Gunung Fuji Tak Berselimut Salju Setelah 130 Tahun: Fenomena Langka yang Mengkhawatirkan
loading...
A
A
A
JEPANG - Gunung Fuji, ikon Jepang yang terkenal dengan puncaknya yang tertutup salju, kini tampak berbeda. Untuk pertama kalinya dalam 130 tahun, gunung tertinggi di Jepang ini belum juga diselimuti salju hingga akhir Oktober 2024.
Fenomena langka ini sontak menarik perhatian dunia, memicu kekhawatiran akan dampak perubahan iklim yang semakin nyata.
Meski, kabar baik datang dari para ahli meteorologi lokal: Gunung Fuji diprediksi akan kembali berselimut salju pekan depan!
Udara dingin diprediksi akan masuk dan mengubah hujan menjadi salju di dekat puncak. "Cuaca akan berangsur cerah, dan salju pertama di gunung tersebut kemungkinan dapat diamati pada pagi hari tanggal 7 November," tulis tenki.jp.
Perusahaan prakiraan cuaca lainnya, Weather News, juga menyatakan bahwa "salju pertama kemungkinan akan mundur ke bulan November".
Dampak Perubahan Iklim
Yutaka Katsuta, seorang ahli meteorologi di kantor meteorologi kota Kofu, mengatakan bahwa perubahan iklim mungkin berperan dalam menunda turunnya salju.
"Suhu tinggi musim panas ini berlanjut hingga September, menghambat udara dingin (yang membawa salju)," jelas Katsuta.
Musim panas Jepang tahun ini tercatat sebagai yang terpanas dalam sejarah, setara dengan 2023. Gelombang panas ekstrem yang dipicu oleh perubahan iklim melanda banyak bagian dunia, termasuk Jepang.
Para wisatawan yang berkunjung ke Gunung Fuji merasa terkejut dengan fenomena ini. Hugo Koide, seorang wisatawan asal Prancis, mengatakan kepada AFP bahwa "cukup mengejutkan melihat tidak ada salju pada saat ini tahun".
Koide, yang sering mengunjungi daerah tersebut di musim gugur saat kecil, mengingat bagaimana Fuji "selalu tertutup salju".
Jason Le, seorang wisatawan dari Australia, juga mengungkapkan keheranannya. "Saya datang dengan mengenakan kaos dan celana pendek. Rasanya agak berbeda," kata Le. "Saya pikir di seluruh dunia hal ini semakin memengaruhi semua orang. Kami dari Australia dan yang Anda lihat adalah cuaca semakin panas di bulan-bulan musim panas dan semakin dingin lebih awal," tambahnya.
Banyak resor ski semakin terpaksa menghadapi realitas iklim yang memanas. Di Jepang, kota Sapporo di pulau Hokkaido yang biasanya dingin telah mulai membahas pengurangan skala festival salju yang terkenal karena kekurangan salju.
Fenomena Gunung Fuji tanpa salju ini merupakan indikator yang jelas dan mengkhawatirkan tentang dampak perubahan iklim. Suhu global yang meningkat menyebabkan pola cuaca menjadi tidak menentu dan mengubahlanskapalam.
Fenomena langka ini sontak menarik perhatian dunia, memicu kekhawatiran akan dampak perubahan iklim yang semakin nyata.
Meski, kabar baik datang dari para ahli meteorologi lokal: Gunung Fuji diprediksi akan kembali berselimut salju pekan depan!
Prediksi Turun Salju
Tenki.jp, situs web prakiraan cuaca yang dikelola oleh Asosiasi Cuaca Jepang (Japan Weather Association) memprediksi hujan akan turun di sekitar Gunung Fuji pada 6 November.Udara dingin diprediksi akan masuk dan mengubah hujan menjadi salju di dekat puncak. "Cuaca akan berangsur cerah, dan salju pertama di gunung tersebut kemungkinan dapat diamati pada pagi hari tanggal 7 November," tulis tenki.jp.
Perusahaan prakiraan cuaca lainnya, Weather News, juga menyatakan bahwa "salju pertama kemungkinan akan mundur ke bulan November".
Anomali
Biasanya, salju mulai terbentuk di Gunung Fuji pada tanggal 2 Oktober. Rekor sebelumnya untuk salju pertama terlambat terjadi pada 1955 dan 2016, yaitu pada 26 Oktober. Namun, tahun ini, Gunung Fuji tetap tanpa salju hingga akhir Oktober, menandai rekor baru dalam 130 tahun terakhir.Dampak Perubahan Iklim
Yutaka Katsuta, seorang ahli meteorologi di kantor meteorologi kota Kofu, mengatakan bahwa perubahan iklim mungkin berperan dalam menunda turunnya salju."Suhu tinggi musim panas ini berlanjut hingga September, menghambat udara dingin (yang membawa salju)," jelas Katsuta.
Musim panas Jepang tahun ini tercatat sebagai yang terpanas dalam sejarah, setara dengan 2023. Gelombang panas ekstrem yang dipicu oleh perubahan iklim melanda banyak bagian dunia, termasuk Jepang.
Para wisatawan yang berkunjung ke Gunung Fuji merasa terkejut dengan fenomena ini. Hugo Koide, seorang wisatawan asal Prancis, mengatakan kepada AFP bahwa "cukup mengejutkan melihat tidak ada salju pada saat ini tahun".
Koide, yang sering mengunjungi daerah tersebut di musim gugur saat kecil, mengingat bagaimana Fuji "selalu tertutup salju".
Jason Le, seorang wisatawan dari Australia, juga mengungkapkan keheranannya. "Saya datang dengan mengenakan kaos dan celana pendek. Rasanya agak berbeda," kata Le. "Saya pikir di seluruh dunia hal ini semakin memengaruhi semua orang. Kami dari Australia dan yang Anda lihat adalah cuaca semakin panas di bulan-bulan musim panas dan semakin dingin lebih awal," tambahnya.
Fenomena Global
Cuaca hangat tidak hanya memengaruhi Gunung Fuji, tetapi juga daerah bersalju lainnya di seluruh dunia.Banyak resor ski semakin terpaksa menghadapi realitas iklim yang memanas. Di Jepang, kota Sapporo di pulau Hokkaido yang biasanya dingin telah mulai membahas pengurangan skala festival salju yang terkenal karena kekurangan salju.
Fenomena Gunung Fuji tanpa salju ini merupakan indikator yang jelas dan mengkhawatirkan tentang dampak perubahan iklim. Suhu global yang meningkat menyebabkan pola cuaca menjadi tidak menentu dan mengubahlanskapalam.
(dan)