Bak Cinta yang Kering Ditelikung, Laut Aral Mengering Setelah 2 Sungai Sumber Mata Airnya Dialihkan
Sabtu, 27 November 2021 - 09:50 WIB
LAUT Aral merupakan salah satu danau terbesar di dunia dengan luas 68.000 kilometer persegi di Asia Tengah. Bak oasis, Laut Aral diapit gurun gersang di wilayah Kazakhstan (Provinsi Aktobe dan Kyzylorda) di utara dan Uzbekistan (Karakalpakstan) di selatan.
Laut Aral secara harfiah diartikan sebagai Laut Kepulauan, merujuk pada lebih dari 1.500 pulau yang pernah ada di danau ini. Laut Aral yang dahulu luasnya diperkirakan dua kali lipat luas wilayah Jawa Tengah dikisahkan pernah punya ombak setinggi 7 meter yang bergemuruh.
Bencana mulai hadir pada tahun 1940-an, ketika Uni Soviet meningkatkan program perekonomian negaranya. Uni Soviet yang mengembangkan industri kapas dan pertanian mengalihkan sumber air dari dua sungai besar yang menopang sumber air Laut Aral, yaitu sungai Syr Darya dan Amu Darya.
Bak cinta yang kering karena ditelikung, mulai 1960-an permukaan Laut Aral mulai menyusut tiga meter setiap tahun. Sebelum akhinya benar-benar mengering karena dua aliran sungai besar sumber air Laut Aral ‘ditelikung’ untuk kepentingan industri dan ekonomi.
Tanpa aliran air 2 sungai itu, Laut Aral mulai menghilang. Pada tahun 2007, hanya sekitar 10% danau yang masih tersisa. Karena aliran air sungai digunakan untuk mengairi gurun di sekitarnya yang diubah menjadi lahan pertanian untuk kapas dan tanaman lainnya. (Baca juga; Danau-danau Kering Bermunculan, Bukti Bumi Bocor Tak Terbantahkan )
Saat menyusut, Laut Aral menjadi lebih asin dan menyerap lebih banyak polusi dari pupuk dan pestisida pertanian. Debu asin dari dasar danau yang terbuka menjadi bahaya kesehatan masyarakat. Perikanan dan masyarakat yang bergantung pada Laut Aral juga mulai kolaps.
Mengeringnya Laut Aral juga mempengaruhi iklim, wilayah sekitar mengalami musim dingin yang lebih dingin dan musim panas yang lebih panas dan lebih kering. "Ini adalah pertama kalinya benar-benar kering di zaman modern dalam 600 tahun terakhir," kata Philip Micklin, ahli geografi emeritus di Western Michigan University di Kalamazoo, dan ahli Laut Aral.
Dua foto dari Satelit NASA, satu diambil pada 25 Agustus 2000 dan foto lainnya diambil pada 19 Agustus 2014, menunjukkan perbedaan mencolok dalam penampilan Laut Aral. Perairan yang dulunya luas di lobus timur (ditunjukkan dalam warna hijau zamrud di foto satelit) telah menghilang. Gambar yang diambil oleh satelit NASA menunjukkan bahwa cekungan timur Laut Aral Selatan sekarang benar-benar kering.
Laut Aral secara harfiah diartikan sebagai Laut Kepulauan, merujuk pada lebih dari 1.500 pulau yang pernah ada di danau ini. Laut Aral yang dahulu luasnya diperkirakan dua kali lipat luas wilayah Jawa Tengah dikisahkan pernah punya ombak setinggi 7 meter yang bergemuruh.
Bencana mulai hadir pada tahun 1940-an, ketika Uni Soviet meningkatkan program perekonomian negaranya. Uni Soviet yang mengembangkan industri kapas dan pertanian mengalihkan sumber air dari dua sungai besar yang menopang sumber air Laut Aral, yaitu sungai Syr Darya dan Amu Darya.
Bak cinta yang kering karena ditelikung, mulai 1960-an permukaan Laut Aral mulai menyusut tiga meter setiap tahun. Sebelum akhinya benar-benar mengering karena dua aliran sungai besar sumber air Laut Aral ‘ditelikung’ untuk kepentingan industri dan ekonomi.
Tanpa aliran air 2 sungai itu, Laut Aral mulai menghilang. Pada tahun 2007, hanya sekitar 10% danau yang masih tersisa. Karena aliran air sungai digunakan untuk mengairi gurun di sekitarnya yang diubah menjadi lahan pertanian untuk kapas dan tanaman lainnya. (Baca juga; Danau-danau Kering Bermunculan, Bukti Bumi Bocor Tak Terbantahkan )
Saat menyusut, Laut Aral menjadi lebih asin dan menyerap lebih banyak polusi dari pupuk dan pestisida pertanian. Debu asin dari dasar danau yang terbuka menjadi bahaya kesehatan masyarakat. Perikanan dan masyarakat yang bergantung pada Laut Aral juga mulai kolaps.
Mengeringnya Laut Aral juga mempengaruhi iklim, wilayah sekitar mengalami musim dingin yang lebih dingin dan musim panas yang lebih panas dan lebih kering. "Ini adalah pertama kalinya benar-benar kering di zaman modern dalam 600 tahun terakhir," kata Philip Micklin, ahli geografi emeritus di Western Michigan University di Kalamazoo, dan ahli Laut Aral.
Dua foto dari Satelit NASA, satu diambil pada 25 Agustus 2000 dan foto lainnya diambil pada 19 Agustus 2014, menunjukkan perbedaan mencolok dalam penampilan Laut Aral. Perairan yang dulunya luas di lobus timur (ditunjukkan dalam warna hijau zamrud di foto satelit) telah menghilang. Gambar yang diambil oleh satelit NASA menunjukkan bahwa cekungan timur Laut Aral Selatan sekarang benar-benar kering.
tulis komentar anda