Kutukan Raja Tutankhamun, Berkembang di Antara Mitos dan Persaingan Terselubung
Minggu, 28 November 2021 - 15:01 WIB
Fritze menjelaskan, ketika Mesir mulai terbuka dengan Barat setelah ekspedisi Napoleon, ada banyak orang yang tertarik dengan mumi dan banyak orang-orang kaya bersedia membiayainya. Namun, tidak semua suka dengan hal itu. "Banyak orang terganggu oleh campur tangan semacam ini terhadap orang mati," ujarnya.
Pada saat itu, cerita fiksi tentang kutukan yang terkait dengan mumi mulai muncul dalam karya sastra. Fritze mencatat bahwa penulis Irlandia Bram Stoker, yang paling terkenal dengan novel "Dracula" -nya, menerbitkan sebuah buku tahun 1903 berjudul "The Jewel of the Seven Stars," diceritakan para arkeolog zaman modern menderita kutukan mumi.
Ketika penemuan makam Raja Tutankhamun, kata Jasmine Day, cerita tentang kutukan mumi semakin menjadi. Jasmine Day mengungkapkan adanya hak eksklusif untuk salah satu media dalam terkait penemuan makam Raja Tutankhamun dan menutup akses media lain untuk memperoleh informasi menimbulkan kemarahan. Untuk itu, media lain memuat cerita yang dikaitkan tentang kutukan mumi. (Baca juga; Arkeolog Mesir Ungkap Kelicikan Raja Ay Menukar Makam Tutankhamun )
"Di antara wartawan yang tidak puas adalah Arthur Weigall, seorang jurnalis, novelis, mantan ahli Mesir Kuno dan saingan berat Howard Carter," kata Day. Ketika Carnarvon meninggal, "Weigall menerkam, mengklaim bahwa kutukan Tutankhamun telah membunuhnya," kata Day seraya menambahkan, meskipun Weigall dilaporkan tidak percaya pada kutukan itu.
Secara ilmiah, penelitian yang dilakukan Mark Nelson, profesor epidemiologi dan pengobatan pencegahan di Universitas Monash di Australia, tidak menemukan bukti mereka yang masuk ke dalam makam Raja Tutankhamun meninggal pada usia muda. Studinya memeriksa catatan 25 orang yang bekerja atau mendatangi makam Raja Tut tak lama setelah ditemukan.
Rata-rata, orang-orang yang masuk ke dalam makam itu ternyata hidup sampai usia 70 tahun, usia yang cukup panjang untuk masa pertengahan abad ke-20. Studi ini menegaskan, "tidak ada bukti yang mendukung keberadaan kutukan mumi," tulis Nelson dalam makalah tahun 2002 yang diterbitkan di British Medical Journal.
Pada saat itu, cerita fiksi tentang kutukan yang terkait dengan mumi mulai muncul dalam karya sastra. Fritze mencatat bahwa penulis Irlandia Bram Stoker, yang paling terkenal dengan novel "Dracula" -nya, menerbitkan sebuah buku tahun 1903 berjudul "The Jewel of the Seven Stars," diceritakan para arkeolog zaman modern menderita kutukan mumi.
Ketika penemuan makam Raja Tutankhamun, kata Jasmine Day, cerita tentang kutukan mumi semakin menjadi. Jasmine Day mengungkapkan adanya hak eksklusif untuk salah satu media dalam terkait penemuan makam Raja Tutankhamun dan menutup akses media lain untuk memperoleh informasi menimbulkan kemarahan. Untuk itu, media lain memuat cerita yang dikaitkan tentang kutukan mumi. (Baca juga; Arkeolog Mesir Ungkap Kelicikan Raja Ay Menukar Makam Tutankhamun )
"Di antara wartawan yang tidak puas adalah Arthur Weigall, seorang jurnalis, novelis, mantan ahli Mesir Kuno dan saingan berat Howard Carter," kata Day. Ketika Carnarvon meninggal, "Weigall menerkam, mengklaim bahwa kutukan Tutankhamun telah membunuhnya," kata Day seraya menambahkan, meskipun Weigall dilaporkan tidak percaya pada kutukan itu.
Secara ilmiah, penelitian yang dilakukan Mark Nelson, profesor epidemiologi dan pengobatan pencegahan di Universitas Monash di Australia, tidak menemukan bukti mereka yang masuk ke dalam makam Raja Tutankhamun meninggal pada usia muda. Studinya memeriksa catatan 25 orang yang bekerja atau mendatangi makam Raja Tut tak lama setelah ditemukan.
Rata-rata, orang-orang yang masuk ke dalam makam itu ternyata hidup sampai usia 70 tahun, usia yang cukup panjang untuk masa pertengahan abad ke-20. Studi ini menegaskan, "tidak ada bukti yang mendukung keberadaan kutukan mumi," tulis Nelson dalam makalah tahun 2002 yang diterbitkan di British Medical Journal.
(wib)
tulis komentar anda