WHO Kirim Tim Selidiki Penyakit Misterius di Afrika yang Tewaskan 89 Orang
Rabu, 15 Desember 2021 - 11:21 WIB
JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melakukan penyelidikan terhadap penyakit misterius yang menewaskan 89 orang di Sudan Selatan. Saat ini WHO mengirim tim untuk menyelidiki penyakit tersebut.
Kementerian Kesehatan Sudah Selatan mencatat, penyakit misterius itu mewabahh di utara Kota Fangak di negara bagian Jonglei. WHO telah mengirim tim ilmuwan respon cepat ke daerah itu untuk menyelidiki dengan mengumpulkan sampel dari orang-orang yang sakit.
“Kami memutuskan untuk mengirim tim respon cepat untuk pergi dan melakukan penilaian dan investigasi risiko, tim akan mengumpulkan sampel dari orang yang sakit. Untuk sementara angka yang kami dapatkan adalah ada 89 kematian,” kata Sheila Baya dari WHO kepada BBC, Rabu (15/12/2021).
Daerah yang terkena dampak juga merupakan salah satu yang paling parah dilanda banjir besar baru-baru ini. Sehingga ilmuwan harus menggunakan helikopter untuk memasuki Fangak. "Sekarang tim sedang menunggu transportasi untuk membawa mereka ke Juba, hari ini," katanya.
Menurut Lam Tungwar Kueigwong, Menteri Pertanahan, Perumahan dan Utilitas Umum negara bagian Unity, banjir parah telah meningkatkan penyebaran penyakit seperti malaria dan menyebabkan kekurangan gizi pada anak-anak akibat kekurangan makanan.
Banjir di utara Sudan Selatan telah menghancurkan masyarakat di wilayah tersebut, memutus akses mereka ke pasokan makanan dan komoditas penting lainnya.
Badan pengungsi PBB UNHCR mengatakan bahwa lebih dari 700.000 orang telah terkena dampak banjir terburuk di negara itu selama hampir 60 tahun, yang diklaim disebabkan oleh perubahan iklim.
Badan amal internasional Médecins Sans Frontires (MSF), yang beroperasi di daerah itu, mengatakan kekacauan yang disebabkan oleh banjir sekarang meningkatkan tekanan pada fasilitas kesehatan.
“Kami sangat prihatin dengan malnutrisi, dengan tingkat malnutrisi akut yang parah dua kali lipat dari ambang batas WHO, dan jumlah anak yang dirawat di rumah sakit kami dengan malnutrisi parah berlipat ganda sejak awal banjir,” ujarnya.
Kementerian Kesehatan Sudah Selatan mencatat, penyakit misterius itu mewabahh di utara Kota Fangak di negara bagian Jonglei. WHO telah mengirim tim ilmuwan respon cepat ke daerah itu untuk menyelidiki dengan mengumpulkan sampel dari orang-orang yang sakit.
“Kami memutuskan untuk mengirim tim respon cepat untuk pergi dan melakukan penilaian dan investigasi risiko, tim akan mengumpulkan sampel dari orang yang sakit. Untuk sementara angka yang kami dapatkan adalah ada 89 kematian,” kata Sheila Baya dari WHO kepada BBC, Rabu (15/12/2021).
Daerah yang terkena dampak juga merupakan salah satu yang paling parah dilanda banjir besar baru-baru ini. Sehingga ilmuwan harus menggunakan helikopter untuk memasuki Fangak. "Sekarang tim sedang menunggu transportasi untuk membawa mereka ke Juba, hari ini," katanya.
Menurut Lam Tungwar Kueigwong, Menteri Pertanahan, Perumahan dan Utilitas Umum negara bagian Unity, banjir parah telah meningkatkan penyebaran penyakit seperti malaria dan menyebabkan kekurangan gizi pada anak-anak akibat kekurangan makanan.
Banjir di utara Sudan Selatan telah menghancurkan masyarakat di wilayah tersebut, memutus akses mereka ke pasokan makanan dan komoditas penting lainnya.
Badan pengungsi PBB UNHCR mengatakan bahwa lebih dari 700.000 orang telah terkena dampak banjir terburuk di negara itu selama hampir 60 tahun, yang diklaim disebabkan oleh perubahan iklim.
Badan amal internasional Médecins Sans Frontires (MSF), yang beroperasi di daerah itu, mengatakan kekacauan yang disebabkan oleh banjir sekarang meningkatkan tekanan pada fasilitas kesehatan.
“Kami sangat prihatin dengan malnutrisi, dengan tingkat malnutrisi akut yang parah dua kali lipat dari ambang batas WHO, dan jumlah anak yang dirawat di rumah sakit kami dengan malnutrisi parah berlipat ganda sejak awal banjir,” ujarnya.
(ysw)
Lihat Juga :
tulis komentar anda