Fakta Fosil Kapal Nabi Nuh, Antara Penemuan Ilmiah dan Pareidolia
Minggu, 26 Desember 2021 - 16:22 WIB
Meksipun menarik perhatian, namun klaim tersebut secara ilmiah masih dianggap secara skeptis. Misal Yeung menolak untuk mengungkapkan lokasi penemuan fosil kapal Nabi Nuh dan malah merahasiakannya. Kayu yang diduga berusia 5.000 tahun juga tidak tersedia untuk pengujian independen.
Ini tentu saja pada dasarnya tidak ilmiah. Sebab, agar klaim dapat dibuktikan, bukti tersebut harus dipresentasikan kepada ilmuwan lain untuk ditinjau oleh rekan sejawat. Apalagi secara ilmiah, agak sulit dimengerti bagaimana sebuah bahtera besar berakhir di atas gunung setinggi 3.685 meter.
Laman livescience menyebut fenomena ini dengan istilah pareidolia, yaitu kecenderungan melihat wajah atau pola pada suatu benda mati. Contoh mudah, kita pernah mengalami melihat awan yang seolah berbentuk sayap malaikat. Dalam konteks ini, bentuk gunung Ararat ini terlihat sebagai wujud dari Bahtera Nuh.
Namun, laman daily sabah memiliki sudut pandang yang berbeda tentang di mana Bahtera Nabi Nuh berhenti. Mengutip Al-Quran pada Surat Hud: 44 disebutkan bahwa Bahtera Nuh berhenti di gunung (bukit) Judi. (Baca juga; Manuskrip Babilonia Kuno Mengungkap Kisah Banjir Besar Mirip Bahtera Nuh )
Nama gunung (bukit) Judi adalah sebuah gunung (Cudi, sekarang) di distrik Bohtan, Turki yang berbatasan dengan Irak dan Suriah. Gunung setinggi 2.144 meter ini paling cocok untuk didarati kapal dan dekat dengan tempat tinggal Nabi Nuh.
Dikisahkan bahwa Merpati yang dikirim Nabi Nuh untuk melihat apakah banjir telah berakhir, kembali dengan membawa ranting zaitun di mulutnya. Ini sesuai dengan lokasi kebun zaitun di barat daya Gunung (Bukit) Cudi, berbeda dengan lereng Gunung Ararat di Turki yang tingginya 5.137 meter, tidak ada pohon zaitun maupun pohon lain karena dingin tertutup salju.
Ini tentu saja pada dasarnya tidak ilmiah. Sebab, agar klaim dapat dibuktikan, bukti tersebut harus dipresentasikan kepada ilmuwan lain untuk ditinjau oleh rekan sejawat. Apalagi secara ilmiah, agak sulit dimengerti bagaimana sebuah bahtera besar berakhir di atas gunung setinggi 3.685 meter.
Laman livescience menyebut fenomena ini dengan istilah pareidolia, yaitu kecenderungan melihat wajah atau pola pada suatu benda mati. Contoh mudah, kita pernah mengalami melihat awan yang seolah berbentuk sayap malaikat. Dalam konteks ini, bentuk gunung Ararat ini terlihat sebagai wujud dari Bahtera Nuh.
Namun, laman daily sabah memiliki sudut pandang yang berbeda tentang di mana Bahtera Nabi Nuh berhenti. Mengutip Al-Quran pada Surat Hud: 44 disebutkan bahwa Bahtera Nuh berhenti di gunung (bukit) Judi. (Baca juga; Manuskrip Babilonia Kuno Mengungkap Kisah Banjir Besar Mirip Bahtera Nuh )
Nama gunung (bukit) Judi adalah sebuah gunung (Cudi, sekarang) di distrik Bohtan, Turki yang berbatasan dengan Irak dan Suriah. Gunung setinggi 2.144 meter ini paling cocok untuk didarati kapal dan dekat dengan tempat tinggal Nabi Nuh.
Dikisahkan bahwa Merpati yang dikirim Nabi Nuh untuk melihat apakah banjir telah berakhir, kembali dengan membawa ranting zaitun di mulutnya. Ini sesuai dengan lokasi kebun zaitun di barat daya Gunung (Bukit) Cudi, berbeda dengan lereng Gunung Ararat di Turki yang tingginya 5.137 meter, tidak ada pohon zaitun maupun pohon lain karena dingin tertutup salju.
(wib)
tulis komentar anda