Laut Kaspia Mengering, Akibat Perubahan Iklim Ekstrem dan Siklus Alam yang Normal
Rabu, 29 Desember 2021 - 12:58 WIB
Seorang profesor geografi dari Dagestan State University Eldar Eldarov mengatakan fenomena ini akibat perubahan iklim. Sebab, dia menilai pasokan air untuk Laut Kaspia dari Sungai Volga volumenya tetap sama. (Baca juga; Danau Kelimutu Mengering, Begini Penjelasan Balai Taman Nasional )
“Suhu permukaan (Laut Kaspia) yang lebih tinggi berarti lebih banyak air yang menguap dari laut. Ini akibat suhu tinggi Asia bagian dalam yang terkurung wilayah daratan,” katanya dikutip SINDOnews dari laman moscowtime yang dimuat pada 7 September 2021.
Menurut sebuah studi ilmuwan dari Jerman pada tahun 2020, permukaan Laut Kaspia turun sekitar 7 centimeter setiap tahun sejak 1996. Ini terjadi seiring meningkatnya suhu di cekungan Laut Kaspia. Saat ini seperempat luas permukaan Laut Kaspia mengering dan meninggalkan 93.000 kilometer persegi daratan baru, seluas negara Portugal.
“Biasanya, ketika danau atau laut pedalaman menurun, itu akibat kombinasi dari aktivitas manusia seperti pertanian dan faktor iklim yang mendasarinya. Namun, dalam kasus Laut Kaspia, hampir seluruhnya tentang iklim. Penurunan laut sangat didorong oleh kenaikan suhu,” kata Matthias Prange, ahli iklim Universitas Bremen di Jerman.
Bagi banyak penduduk sekitar Laut Kaspia, fluktuasi permukaan laut satu abad terakhir bukanlah hal yang luar biasa. Mereka menilai penurunan permukaan Laut Kaspia merupakan siklus ekspansi dan kontraksi yang teratur. (Baca juga; Waduk Al-Duwaysat di Idlib Suriah Mengering, Pertama Kali Sejak Dibangun Tahun 1994 )
“Siklus ini adalah ciri khas (Laut) Kaspia. (permukaan laut) Itu naik selama 25 tahun, lalu turun selama 25 tahun. Ada siklus lima puluh tahun,” kata pemilik resor di Dagestan, Amirkhanov, yang yakin air laut akan mulai naik lagi di tahun-tahun mendatang.
Bahkan ada keengganan komunitas ilmiah lokal, untuk menerima ramalan paling suram tentang Laut Kaspia yang menjadi sumber kehidupan Dagestan. “Kaspia adalah sistem yang kompleks. Masih ada kemungkinan laut akan kembali suatu hari nanti,” kata ahli geografi Eldar Eldarov.
“Suhu permukaan (Laut Kaspia) yang lebih tinggi berarti lebih banyak air yang menguap dari laut. Ini akibat suhu tinggi Asia bagian dalam yang terkurung wilayah daratan,” katanya dikutip SINDOnews dari laman moscowtime yang dimuat pada 7 September 2021.
Menurut sebuah studi ilmuwan dari Jerman pada tahun 2020, permukaan Laut Kaspia turun sekitar 7 centimeter setiap tahun sejak 1996. Ini terjadi seiring meningkatnya suhu di cekungan Laut Kaspia. Saat ini seperempat luas permukaan Laut Kaspia mengering dan meninggalkan 93.000 kilometer persegi daratan baru, seluas negara Portugal.
“Biasanya, ketika danau atau laut pedalaman menurun, itu akibat kombinasi dari aktivitas manusia seperti pertanian dan faktor iklim yang mendasarinya. Namun, dalam kasus Laut Kaspia, hampir seluruhnya tentang iklim. Penurunan laut sangat didorong oleh kenaikan suhu,” kata Matthias Prange, ahli iklim Universitas Bremen di Jerman.
Bagi banyak penduduk sekitar Laut Kaspia, fluktuasi permukaan laut satu abad terakhir bukanlah hal yang luar biasa. Mereka menilai penurunan permukaan Laut Kaspia merupakan siklus ekspansi dan kontraksi yang teratur. (Baca juga; Waduk Al-Duwaysat di Idlib Suriah Mengering, Pertama Kali Sejak Dibangun Tahun 1994 )
“Siklus ini adalah ciri khas (Laut) Kaspia. (permukaan laut) Itu naik selama 25 tahun, lalu turun selama 25 tahun. Ada siklus lima puluh tahun,” kata pemilik resor di Dagestan, Amirkhanov, yang yakin air laut akan mulai naik lagi di tahun-tahun mendatang.
Bahkan ada keengganan komunitas ilmiah lokal, untuk menerima ramalan paling suram tentang Laut Kaspia yang menjadi sumber kehidupan Dagestan. “Kaspia adalah sistem yang kompleks. Masih ada kemungkinan laut akan kembali suatu hari nanti,” kata ahli geografi Eldar Eldarov.
(wib)
tulis komentar anda