Temuan Jejak Badai Matahari Dahsyat 9.000 Tahun Lalu Membuat Ilmuwan Khawatir
Sabtu, 29 Januari 2022 - 12:02 WIB
JAKARTA - Belum lama ini ilmuwan menemukan jejak badai matahari paling dahsyat yang terjadi sekitar 9.000 tahun lalu di Greendland dan Antartika. Melihat jejak tersebut, para ilmuwan kini khawatir dengan perkiraan mereka soal badai matahari yang terjadi setiap tahun ini.
Inti es yang baru-baru ini dianalisis dari Greenland dan Antartika telah mengungkapkan beberapa puncak produksi berilium-10 dan klorin-36 terbesar yang pernah terdeteksi di masa lalu Bumi.
Bukti kuat menunjukkan ada badai matahari ekstrim sekitar 9.125 tahun yang lalu. "Ini adalah pekerjaan analitis yang memakan waktu dan mahal," kata Raimund Muscheler ahli geologi dari Universitas Lund di Swedia yang dikutip Science Alert, Sabtu (29/1/2022).
Muscheler mengaku terkejut ketika menemukan puncak badai matahari seperti itu. Karena menunjukkan badai matahari raksasa yang sampai sekarang tidak diketahui sehubungan dengan aktivitas matahari yang rendah.
"Dilihat dari kandungan rasio isotopnya, peristiwa ini mungkin lebih besar dari badai matahari terbesar yang tercatat hingga saat ini di inti es dan cincin pohon lainnya, bertanggal tahun 774," katanya.
Badai matahari prasejarah ini jauh lebih besar dari apa pun yang telah dilihat ilmuwan sejak 1950-an. "Sangat penting untuk menganalisis apa arti peristiwa ini bagi teknologi saat ini dan bagaimana kita dapat melindungi diri kita sendiri," katanya.
Badai super kuno yang baru ditemui ilmuwan itu dipicu oleh gelombang plasma panas dan magnetisme dari Matahari. Temuan ini membuat para ilmuwan khawatir tentang kemampuan untuk memprediksi kapan badai besar Matahari seperti ini akan menghantam bumi.
Inti es yang baru-baru ini dianalisis dari Greenland dan Antartika telah mengungkapkan beberapa puncak produksi berilium-10 dan klorin-36 terbesar yang pernah terdeteksi di masa lalu Bumi.
Bukti kuat menunjukkan ada badai matahari ekstrim sekitar 9.125 tahun yang lalu. "Ini adalah pekerjaan analitis yang memakan waktu dan mahal," kata Raimund Muscheler ahli geologi dari Universitas Lund di Swedia yang dikutip Science Alert, Sabtu (29/1/2022).
Muscheler mengaku terkejut ketika menemukan puncak badai matahari seperti itu. Karena menunjukkan badai matahari raksasa yang sampai sekarang tidak diketahui sehubungan dengan aktivitas matahari yang rendah.
"Dilihat dari kandungan rasio isotopnya, peristiwa ini mungkin lebih besar dari badai matahari terbesar yang tercatat hingga saat ini di inti es dan cincin pohon lainnya, bertanggal tahun 774," katanya.
Badai matahari prasejarah ini jauh lebih besar dari apa pun yang telah dilihat ilmuwan sejak 1950-an. "Sangat penting untuk menganalisis apa arti peristiwa ini bagi teknologi saat ini dan bagaimana kita dapat melindungi diri kita sendiri," katanya.
Badai super kuno yang baru ditemui ilmuwan itu dipicu oleh gelombang plasma panas dan magnetisme dari Matahari. Temuan ini membuat para ilmuwan khawatir tentang kemampuan untuk memprediksi kapan badai besar Matahari seperti ini akan menghantam bumi.
Lihat Juga :
tulis komentar anda