Begini Penampakan Ledakan Besar Matahari yang Baru Terjadi, Apa Dampaknya ke Bumi?
Sabtu, 19 Februari 2022 - 08:21 WIB
AWAL pekan ini Matahari meletus dengan ledakan besar dan melontarkan partikel sejauh jutaan kilometer ke luar angkasa. Ilmuwan yang memantau menggunakan pesawat luar angkasa Solar Orbiter milik ESA dan NASA , mengatakan ledakan itu adalah letusan matahari terbesar yang pernah diamati.
Letusan besar itu terjadi pada 15 Februari 2022 di bagian sisi terjauh Matahari, sisi yang menghadap jauh dari planet Bumi. Namun, Badan Antariksa Eropa (ESA) dan NASA memperkirakan badai geomagnetik mungkin terjadi dalam beberapa hari ke depan.
Dikutip dari laman universetoday, Sabtu (19/2/2022), kemungkinan ini bisa terjadi karena wilayah aktif di Matahari yang bertanggung jawab atas ledakan itu berbalik ke arah Bumi. Peristiwa ledakan matahari tersebut diabadikan oleh beberapa wahana antariksa, antara lain Solar Orbiter dan STEREO A.
Penonjolan matahari terdiri dari lingkaran plasma bercahaya merah, yang disusun oleh garis-garis medan magnet kusut yang dihasilkan oleh dinamo internal Matahari. Ledakan menonjol terjadi ketika struktur seperti itu menjadi tidak stabil dan meledak keluar, melepaskan plasma.
Mereka sering dikaitkan dengan ledakan partikel bermuatan yang disebut coronal mass ejections (CMEs), yang jika diarahkan ke Bumi, dapat mendatangkan malapetaka khususnya pada teknologi berbasis ruang angkasa. Seperti yang dialami 40 dari 49 satelit internet Starlink yang baru diluncurkan SpaceX, rontok akibat badai matahari.
Partikel matahari juga mempengaruhi atmosfer Bumi, sehingga sulit bagi satelit untuk mempertahankan orbitnya. Dalam sebuah pernyataan pada 8 Februari 2022, SpaceX mengatakan kecepatan eskalasi dan tingkat keparahan badai menyebabkan hambatan atmosfer meningkat hingga 50 persen lebih tinggi daripada selama peluncuran sebelumnya.
Aktivitas Matahari pasti meningkat dalam beberapa bulan terakhir, dan peristiwa terbaru pada 15 Februari 2022 ini menabrak dua komet "sungrazer" yang mendekati Matahari. Misi luar angkasa lainnya juga dapat mengamati peristiwa tersebut, termasuk pesawat ruang angkasa Solar and Heliospheric Observatory (SOHO).
Letusan besar itu terjadi pada 15 Februari 2022 di bagian sisi terjauh Matahari, sisi yang menghadap jauh dari planet Bumi. Namun, Badan Antariksa Eropa (ESA) dan NASA memperkirakan badai geomagnetik mungkin terjadi dalam beberapa hari ke depan.
Dikutip dari laman universetoday, Sabtu (19/2/2022), kemungkinan ini bisa terjadi karena wilayah aktif di Matahari yang bertanggung jawab atas ledakan itu berbalik ke arah Bumi. Peristiwa ledakan matahari tersebut diabadikan oleh beberapa wahana antariksa, antara lain Solar Orbiter dan STEREO A.
Penonjolan matahari terdiri dari lingkaran plasma bercahaya merah, yang disusun oleh garis-garis medan magnet kusut yang dihasilkan oleh dinamo internal Matahari. Ledakan menonjol terjadi ketika struktur seperti itu menjadi tidak stabil dan meledak keluar, melepaskan plasma.
Mereka sering dikaitkan dengan ledakan partikel bermuatan yang disebut coronal mass ejections (CMEs), yang jika diarahkan ke Bumi, dapat mendatangkan malapetaka khususnya pada teknologi berbasis ruang angkasa. Seperti yang dialami 40 dari 49 satelit internet Starlink yang baru diluncurkan SpaceX, rontok akibat badai matahari.
Baca Juga
Partikel matahari juga mempengaruhi atmosfer Bumi, sehingga sulit bagi satelit untuk mempertahankan orbitnya. Dalam sebuah pernyataan pada 8 Februari 2022, SpaceX mengatakan kecepatan eskalasi dan tingkat keparahan badai menyebabkan hambatan atmosfer meningkat hingga 50 persen lebih tinggi daripada selama peluncuran sebelumnya.
Aktivitas Matahari pasti meningkat dalam beberapa bulan terakhir, dan peristiwa terbaru pada 15 Februari 2022 ini menabrak dua komet "sungrazer" yang mendekati Matahari. Misi luar angkasa lainnya juga dapat mengamati peristiwa tersebut, termasuk pesawat ruang angkasa Solar and Heliospheric Observatory (SOHO).
(wib)
Lihat Juga :
tulis komentar anda