5.000 Virus Baru Ditemukan di Lautan, Paling Banyak di Perairan Beriklim Tropis

Senin, 11 April 2022 - 21:30 WIB
Para peneliti dari Tara Oceans Consortium mengidentifikasikan sekitar 5.500 spesies virus RNA yang berada di lima lautan dunia. Foto/Earth
COLOMBUS - Para peneliti dari Tara Oceans Consortium mengidentifikasikan sekitar 5.500 spesies virus RNA yang berada di lima lautan dunia. Penemuan ini hasil penelitian dengan menganalisa 35.000 sampel air yang diambil dari 121 lokasi di lima lautan dunia.

Mereka memeriksa urutan genetik yang diekstraksi dari organisme air kecil yang dikenal sebagai plankton, yang merupakan inang umum untuk virus RNA. Mereka menemukan urutan milik virus RNA dengan mencari gen kuno yang disebut RdRp, yang ditemukan di semua virus RNA.

Penelitian yang diterbitkan Kamis 7 April 2022 di jurnal Science para peneliti mengidentifikasi lebih dari 44.000 sekuens dengan gen ini. Secara keseluruhan, mereka mengidentifikasi sekitar 5.500 spesies virus RNA baru yang termasuk dalam lima filum yang ada.





Termasuk lima filum yang baru diusulkan, oleh para peneliti, yaitu Taraviricota, Pomiviricota, Paraxenoviricota, Wamoviricota dan Arctiviricota. Spesies virus dalam filum Taraviricota sangat melimpah di perairan beriklim sedang dan tropis. Sementara virus dalam filum Arctiviricota berlimpah di Samudra Arktik.

Keragaman virus yang baru ditemukan begitu besar sehingga para peneliti telah mengusulkan penggandaan jumlah kelompok taksonomi yang diperlukan untuk mengklasifikasikan virus RNA, dari lima filum yang ada menjadi 10 filum. Filum adalah klasifikasi luas dalam biologi tepat di bawah "kingdom."

"Ada begitu banyak keragaman baru di sini - dan seluruh filum [baru], Taraviricota, ditemukan di seluruh lautan, yang menunjukkan bahwa mereka penting secara ekologis," kata Matthew Sullivan, seorang profesor mikrobiologi di The Ohio State University , dikutip SINDOnews dari laman Live Science , Senin (11/4/2022).





Sullivan menuturkan, studi virus RNA biasanya difokuskan pada yang menyebabkan penyakit. Sebab, beberapa virus RNA yang terkenal menyebabkan influenza, Ebola, dan virus corona yang menyebabkan COVID-19.

“Tapi ini hanyalah potongan kecil virus RNA di Bumi. Kami ingin mempelajarinya secara sistematis dalam skala yang sangat besar dan menjelajahi lingkungan yang belum pernah dilihat secara mendalam, kata Sullivan.
(wib)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More