Sehari Dihantam 48 Ton Batu Luar Angkasa, Ini Alasan Bumi Tetap Aman
Rabu, 17 Agustus 2022 - 16:12 WIB
FLORIDA - Bumi terus menerus dibombardir batuan luar angkasa , dalam sehari jika dirata-rata ada sekitar 48,5 ton bebatuan dari antariksa yang menghantam planet kita. Beruntung sebagian besar batuan luar angkasa hancur di lapisan atmosfer , dan hanya sebagian kecil saja yang sampai ke Bumi.
Astronom meteor Peter Jenniskens dari NASA Ames Research Center mengungkapkan mengapa batuan luar angkasa hancur di lapisan atmosfer. Selain akibat suhu yang sangat panas di lapisan atmosfer sekitar sekitar 3.000 derajat Fahrenheit atau 1.649 derajat Celcius, ternyata jenis batu luar angkasa yang jatuh ke Bumi punya karakteristik berbeda.
Sebuah studi baru menjelaskan bahwa meteorit terbesar yang sampai ke Bumi berasal dari bagian belakang asteroid, yang merupakan bagian terakhir dari asteroid, yang pecah saat memasuki atmosfer. Hal ini diketahui berdasarkan enelitian Jenniskens pada asteroid 2008 TC3, batu berukuran enam meter yang memasuki atmosfer pada tahun 2008.
Mengingat, para astronom hanya melihat 20 jam sebelum asteroid hancur, serta banyak pelacakan lintasannya, sehingga data yang diperoleh terbatas. Setelah meledak di atmosfer, meteorit menghujani Gurun Nubia di Sudan melintasi area berukuran sekitar 7 x 30 kilometer.
Jenniskens mengumpulkan pecahan dan mencatat meteorit bersama profesor Universitas Khartoum Muawia Shaddad dan muridnya. Mereka menemukan lebih dari 600 meteorit mulai dari ukuran ibu jari hingga sebesar kepalan tangan.
Fragmen yang lebih kecil tersebar di area yang panjang dan sempit di dalam bidang puing yang cocok dengan lintasan asteroid. Sedangkan fragmen yang lebih besar menyimpang lebih jauh dari jalur asteroid.
Astronom meteor Peter Jenniskens dari NASA Ames Research Center mengungkapkan mengapa batuan luar angkasa hancur di lapisan atmosfer. Selain akibat suhu yang sangat panas di lapisan atmosfer sekitar sekitar 3.000 derajat Fahrenheit atau 1.649 derajat Celcius, ternyata jenis batu luar angkasa yang jatuh ke Bumi punya karakteristik berbeda.
Sebuah studi baru menjelaskan bahwa meteorit terbesar yang sampai ke Bumi berasal dari bagian belakang asteroid, yang merupakan bagian terakhir dari asteroid, yang pecah saat memasuki atmosfer. Hal ini diketahui berdasarkan enelitian Jenniskens pada asteroid 2008 TC3, batu berukuran enam meter yang memasuki atmosfer pada tahun 2008.
Mengingat, para astronom hanya melihat 20 jam sebelum asteroid hancur, serta banyak pelacakan lintasannya, sehingga data yang diperoleh terbatas. Setelah meledak di atmosfer, meteorit menghujani Gurun Nubia di Sudan melintasi area berukuran sekitar 7 x 30 kilometer.
Jenniskens mengumpulkan pecahan dan mencatat meteorit bersama profesor Universitas Khartoum Muawia Shaddad dan muridnya. Mereka menemukan lebih dari 600 meteorit mulai dari ukuran ibu jari hingga sebesar kepalan tangan.
Fragmen yang lebih kecil tersebar di area yang panjang dan sempit di dalam bidang puing yang cocok dengan lintasan asteroid. Sedangkan fragmen yang lebih besar menyimpang lebih jauh dari jalur asteroid.
tulis komentar anda