Oasis Kehidupan yang Tersembunyi Ditemukan di Bawah Laut Maladewa
Senin, 24 Oktober 2022 - 17:01 WIB
MALE - Sebuah oasis kehidupan laut dalam di gurun berair yang luas ditemukan di sekitar gunung laut Kepulauan Maladewa . Tim peneliti Aquanauts menyebutnya The Trapping Zone, dunia sedalam 500 meter di bawah laut tempat ikan-ikan besar berkumpul berpesta nekton mikroskopis.
Mikronekton mirip dengan zooplankton, meskipun sedikit lebih besar, berukuran antara 2 dan 20 sentimeter. Organisme kecil ini secara aktif berenang di antara permukaan laut dan perairan sedalam satu kilometer, menciptakan gelombang migrasi vertikal setiap siang dan malam saat ikan yang lebih besar mengikuti untuk mencari makan.
Tim internasional telah menemukan ekosistem baru di sekitar gunung laut dalam 'Satho Rahaa', berdasarkan pergerakan mikronekton. Saat Matahari terbit setiap hari, organisme kecil ini mulai berenang ke bawah dari permukaan.
Namun, di dekat gunung vulkanik bawah laut yang tenggelam, dan fosil terumbu karbonat yang terbentuk 60 juta tahun yang lalu, mencegah mikronekton untuk menyelam lebih dalam dari sekitar 500 meter. Mereka terperangkap oleh topografi, sehingga mudah dimangsa predator yang lebih besar, seperti tuna, hiu, dan ikan laut dalam lainnya.
Tim peneliti tidak hanya menghitung jumlah ikan yang banyak, mereka juga melihat keragaman hayati yang luar biasa. Kapal selam yang mereka gunakan merekam keberadaan hiu macan, hiu insang, hiu gulper, hiu martil bergigi, hiu sutra, hiu macan pasir, dan bahkan hiu semak duri, yang relatif langka.
“Mengapa ini terjadi? Apakah ini sesuatu yang spesifik pada kedalaman 500 meter, apakah kehidupan ini semakin dalam, transisi apa ini, apa yang ada di sana, dan mengapa?” kata Lucy Woodall ilmuwan kelautan Universitas Oxford yang kagum dengan keajaiban ini dikutip SINDOnews dari laman sciencealert, Senin (24/10/2022).
Mungkin gunung bawah laut dan gunung berapi yang tenggelam adalah titik panas bagi kehidupan laut dalam sehingga menjerat mikronekton. Pergerakan ikan secara vertikal bolak-balik melalui kolom air setiap hari, menurut beberapa perkiraan, merupakan migrasi massal terbesar di planet ini.
Mikronekton mirip dengan zooplankton, meskipun sedikit lebih besar, berukuran antara 2 dan 20 sentimeter. Organisme kecil ini secara aktif berenang di antara permukaan laut dan perairan sedalam satu kilometer, menciptakan gelombang migrasi vertikal setiap siang dan malam saat ikan yang lebih besar mengikuti untuk mencari makan.
Tim internasional telah menemukan ekosistem baru di sekitar gunung laut dalam 'Satho Rahaa', berdasarkan pergerakan mikronekton. Saat Matahari terbit setiap hari, organisme kecil ini mulai berenang ke bawah dari permukaan.
Namun, di dekat gunung vulkanik bawah laut yang tenggelam, dan fosil terumbu karbonat yang terbentuk 60 juta tahun yang lalu, mencegah mikronekton untuk menyelam lebih dalam dari sekitar 500 meter. Mereka terperangkap oleh topografi, sehingga mudah dimangsa predator yang lebih besar, seperti tuna, hiu, dan ikan laut dalam lainnya.
Tim peneliti tidak hanya menghitung jumlah ikan yang banyak, mereka juga melihat keragaman hayati yang luar biasa. Kapal selam yang mereka gunakan merekam keberadaan hiu macan, hiu insang, hiu gulper, hiu martil bergigi, hiu sutra, hiu macan pasir, dan bahkan hiu semak duri, yang relatif langka.
“Mengapa ini terjadi? Apakah ini sesuatu yang spesifik pada kedalaman 500 meter, apakah kehidupan ini semakin dalam, transisi apa ini, apa yang ada di sana, dan mengapa?” kata Lucy Woodall ilmuwan kelautan Universitas Oxford yang kagum dengan keajaiban ini dikutip SINDOnews dari laman sciencealert, Senin (24/10/2022).
Mungkin gunung bawah laut dan gunung berapi yang tenggelam adalah titik panas bagi kehidupan laut dalam sehingga menjerat mikronekton. Pergerakan ikan secara vertikal bolak-balik melalui kolom air setiap hari, menurut beberapa perkiraan, merupakan migrasi massal terbesar di planet ini.
tulis komentar anda