Misteri Bulu Serigala Berubah Jadi Hitam Terungkap, Dipicu Virus Mematikan
Senin, 02 Januari 2023 - 16:23 WIB
Para peneliti menganalisis 12 populasi serigala di seluruh Amerika Utara untuk melihat korelasi antara antibodi distemper anjing dengan serigala berbulu hitam. Mereka menemukan serigala dengan antibodi memang lebih cenderung memiliki bulu hitam, terutama pada serigala yang lebih tua.
Serigala berbulu hitam juga lebih umum di daerah yang pernah dilanda wabah penyakit itu. Berdasarkan data populasi serigala selama 20 tahun di Taman Nasional Yellowstone, terdiri dari 55 persen serigala abu-abu dan 45 persen serigala hitam.
Dari serigala hitam tersebut, hanya 5 persen yang memiliki dua salinan varian gen CPD103 berbulu hitam. Hal ini menunjukkan bahwa serigala yang memilih pasangan dengan warna yang berlawanan memiliki peluang keberhasilan reproduksi yang lebih baik, dan keturunannya selamat dari penyakit anjing.
Namun, ini hanya berfungsi di daerah yang pernah mengalami wabah penyakit anjing. Menurut pemodelan matematika tim, keunggulan kompetitif memilih pasangan warna yang berlawanan menghilang jika distemper anjing tidak menjadi masalah.
“Ketika pewarnaan ditentukan secara genetik dan resistensi penyakit diwariskan dan terkait dengan pewarnaan, maka preferensi untuk pasangan dengan warna tertentu akan meningkatkan kebugaran. Termasuk memaksimalkan kemungkinan menghasilkan keturunan yang resisten di lingkungan dengan patogen yang cukup sering dan ganas,” tulis para peneliti.
Serigala berbulu hitam juga lebih umum di daerah yang pernah dilanda wabah penyakit itu. Berdasarkan data populasi serigala selama 20 tahun di Taman Nasional Yellowstone, terdiri dari 55 persen serigala abu-abu dan 45 persen serigala hitam.
Dari serigala hitam tersebut, hanya 5 persen yang memiliki dua salinan varian gen CPD103 berbulu hitam. Hal ini menunjukkan bahwa serigala yang memilih pasangan dengan warna yang berlawanan memiliki peluang keberhasilan reproduksi yang lebih baik, dan keturunannya selamat dari penyakit anjing.
Namun, ini hanya berfungsi di daerah yang pernah mengalami wabah penyakit anjing. Menurut pemodelan matematika tim, keunggulan kompetitif memilih pasangan warna yang berlawanan menghilang jika distemper anjing tidak menjadi masalah.
“Ketika pewarnaan ditentukan secara genetik dan resistensi penyakit diwariskan dan terkait dengan pewarnaan, maka preferensi untuk pasangan dengan warna tertentu akan meningkatkan kebugaran. Termasuk memaksimalkan kemungkinan menghasilkan keturunan yang resisten di lingkungan dengan patogen yang cukup sering dan ganas,” tulis para peneliti.
(wib)
tulis komentar anda