Riset Terbaru : Main Game Ternyata Tidak Rusak Kemampuan Kognitif Anak
loading...
A
A
A
JAKARTA - Riset baru yang dilakukan oleh sekelompok peneliti menghasilkan fakta mengejutkan. Ternyata bermain game tidak merusak kemampuan kognitif anak. Hal itu bertentangan dengan anggapan yang ada saat ini bahwa anak-anak akan mengalami gangguan kognitif karena terlalu lama bermain game.
Jie Zhang, Profesor Kurikulum dan Pengajaran dari University of Houston College of Education mengatakan penelitian yang mereka lakukan tidak menemukan adanya hubungan kasuistis dari bermain video game dengan kerusakan kemampuan kognitif. Menurutnya hal itu tidak terkecuali pada jenis permainan dan berapa lama anak-anak bermain video game.
Penelitian tersebut mereka lakukan dengan mengamati 160 anak sekolah dasar yang mewakili kelompok anak-anak yang sering bermain video game . Pengamatan dilakukan dengan mempelajari kebiasaan mereka dalam bermain video game.
Dari situ diketahui kebanyakan anak-anak normalnya bermain video game selama 2,5 jam per hari. Namun ada juga yang sudah keranjingan bermain video game hingga 4,5 jam per hari.
Untuk mencari adanya hubungan antara bermain video dan kemampuan kognitif, peneliti kemudian meminta seluruh anak untuk menjalani ujian Cognitive Ability Test 7 (CogAT). Tes itu akan menilai kemampuan verbal, kuantitatif, dan keterampilan nonverbal atau spasial adari anak-anak.
Tes CogAT dipilih karena jadi ukuran standar dalam laporan yang dibuat oleh setiap guru mengenai perkembangan kemampuan anak saat berada di sekolah. Hasilnya dari ujian itu diketahui tidak ada relasi yang kuat bahwa kemampuan kognitif anak akan turun karena bermain video game.
"Hasil itu menunjukkan tidak adanya hubungan langsung antara bermain video game dan kinerja kognitif, terlepas dari apa yang telah diasumsikan," kata Jie Zhang.
Namun penelitian tersebut mengungkapkan sisi lain akan dampak video game pada anak-anak. Dalam penelitian itu diketahui beberapa video game memang berhasil membangun keterampilan kognitif orang yang memainkannya.
Apakah hal itu berarti anak-anak bisa terus bermain video game dengan lebih lama? Para peneliti justru mengingatkan bahwa waktu bermain game yang lama justru akan menjauhkan anak-anak dari kegiatan produktif lainnya. Misalnya pekerjaan rumah hingga kegiatan lain yagn lebih spesifik seperti olahraga.
"Setidaknya sekarang yang perlu dipahami dan jadi kunci adalah menemukan keseimbangan dalam perkembangan akasa kanak-kanak. Jadi tidak perlu terlalu khawatir pada video game," ujar Jie Zhang.
Jie Zhang, Profesor Kurikulum dan Pengajaran dari University of Houston College of Education mengatakan penelitian yang mereka lakukan tidak menemukan adanya hubungan kasuistis dari bermain video game dengan kerusakan kemampuan kognitif. Menurutnya hal itu tidak terkecuali pada jenis permainan dan berapa lama anak-anak bermain video game.
Penelitian tersebut mereka lakukan dengan mengamati 160 anak sekolah dasar yang mewakili kelompok anak-anak yang sering bermain video game . Pengamatan dilakukan dengan mempelajari kebiasaan mereka dalam bermain video game.
Dari situ diketahui kebanyakan anak-anak normalnya bermain video game selama 2,5 jam per hari. Namun ada juga yang sudah keranjingan bermain video game hingga 4,5 jam per hari.
Untuk mencari adanya hubungan antara bermain video dan kemampuan kognitif, peneliti kemudian meminta seluruh anak untuk menjalani ujian Cognitive Ability Test 7 (CogAT). Tes itu akan menilai kemampuan verbal, kuantitatif, dan keterampilan nonverbal atau spasial adari anak-anak.
Tes CogAT dipilih karena jadi ukuran standar dalam laporan yang dibuat oleh setiap guru mengenai perkembangan kemampuan anak saat berada di sekolah. Hasilnya dari ujian itu diketahui tidak ada relasi yang kuat bahwa kemampuan kognitif anak akan turun karena bermain video game.
"Hasil itu menunjukkan tidak adanya hubungan langsung antara bermain video game dan kinerja kognitif, terlepas dari apa yang telah diasumsikan," kata Jie Zhang.
Namun penelitian tersebut mengungkapkan sisi lain akan dampak video game pada anak-anak. Dalam penelitian itu diketahui beberapa video game memang berhasil membangun keterampilan kognitif orang yang memainkannya.
Apakah hal itu berarti anak-anak bisa terus bermain video game dengan lebih lama? Para peneliti justru mengingatkan bahwa waktu bermain game yang lama justru akan menjauhkan anak-anak dari kegiatan produktif lainnya. Misalnya pekerjaan rumah hingga kegiatan lain yagn lebih spesifik seperti olahraga.
"Setidaknya sekarang yang perlu dipahami dan jadi kunci adalah menemukan keseimbangan dalam perkembangan akasa kanak-kanak. Jadi tidak perlu terlalu khawatir pada video game," ujar Jie Zhang.
(wsb)