Astronot NASA Abadikan Penampakan Aurora Indah yang Menutupi Bumi
loading...
A
A
A
FLORIDA - Astronot NASA Josh Cassada memotret aurora berwana hijau yang indah dari luar angkasa, untuk mengabadikan dampak badai matahari yang melanda Bumi. Aurora yang tampak memesona dari Bumi, dan semakin terlihat spektakuler dan luas ketika diabadikan dari luar angkasa.
“Benar-benar tidak nyata,” cuit astronot NASA Josh Cassada pada 28 Februari 2023 di samping foto indah aurora hijau yang berputar-putar di sekitar garis lintang paling utara Bumi. Cassada mengambil gambar dari Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), yang mengorbit di ketinggian sekitar 400 kilometer di atas Bumi.
Aurora dikenal sebagai cahaya utara ketika terlihat di Belahan Bumi Utara. Aurora terbentuk ketika partikel bermuatan yang dipancarkan matahari menabrak molekul yang berbeda di atmosfer bumi.
Partikel matahari mengionisasi molekul-molekul itu, atau menghilangkan elektron darinya, menyebabkan molekul-molekul itu bersinar. Molekul oksigen terionisasi memancarkan cahaya kehijauan neon yang paling sering kita lihat dari aurora.
“Molekul nitrogen memancarkan cahaya merah atau merah muda. Sementara molekul hidrogen dan helium melepaskan cahaya biru dan ungu,” demikian keterangan Badan Antariksa Kanada dikutip dari laman Live Science, Kamis (2/3/2023).
Astronot Frank Rubio dari NASA (kanan) mengacungkan jempol dan astronot Josh Cassada (kiri) menjelang perjalanan ruang angkasa November 2022. Di belakang adalah astronot NASA Nicole Mann. Foto/NASA
Fenomena aurora paling sering terlihat di garis lintang tinggi, karena partikel surya bermuatan cenderung memperbesar garis medan magnet Bumi, yang berakhir di kutub Utara dan Selatan. Namun, ketika matahari menyemburkan gumpalan plasma yang sangat besar yang disebut coronal mass ejection (CME), dapat menghasilkan aurora yang lebih besar dan lebih luas yang muncul di garis lintang yang jauh lebih rendah dari biasanya.
Aktivitas Matahari sangat tinggi akhir-akhir ini, dengan dua CME menghantam Bumi pada 26 Februari dan 27 Februari 2023. Masuknya partikel bermuatan secara tiba-tiba ini kemungkinan memicu aurora besar yang dilihat Cassada dari luar angkasa.
CME menjadi lebih umum saat matahari mendekati puncak siklus aktivitas 11 tahunnya, yang saat ini diperkirakan terjadi pada tahun 2025. Aktivitas matahari telah meningkat secara signifikan dalam beberapa bulan terakhir, dengan jilatan api matahari yang kuat yang ditembakkan dari permukaan bintang kita setiap beberapa hari.
Mereka tidak berbahaya bagi manusia, tapi CME yang sangat kuat dapat merusak satelit, memicu pemadaman radio, dan bahkan menyebabkan kegagalan jaringan listrik di Bumi. Para ilmuwan terus memantau matahari untuk tanda-tanda lontaran semacam itu.
“Benar-benar tidak nyata,” cuit astronot NASA Josh Cassada pada 28 Februari 2023 di samping foto indah aurora hijau yang berputar-putar di sekitar garis lintang paling utara Bumi. Cassada mengambil gambar dari Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), yang mengorbit di ketinggian sekitar 400 kilometer di atas Bumi.
Aurora dikenal sebagai cahaya utara ketika terlihat di Belahan Bumi Utara. Aurora terbentuk ketika partikel bermuatan yang dipancarkan matahari menabrak molekul yang berbeda di atmosfer bumi.
Partikel matahari mengionisasi molekul-molekul itu, atau menghilangkan elektron darinya, menyebabkan molekul-molekul itu bersinar. Molekul oksigen terionisasi memancarkan cahaya kehijauan neon yang paling sering kita lihat dari aurora.
“Molekul nitrogen memancarkan cahaya merah atau merah muda. Sementara molekul hidrogen dan helium melepaskan cahaya biru dan ungu,” demikian keterangan Badan Antariksa Kanada dikutip dari laman Live Science, Kamis (2/3/2023).
Astronot Frank Rubio dari NASA (kanan) mengacungkan jempol dan astronot Josh Cassada (kiri) menjelang perjalanan ruang angkasa November 2022. Di belakang adalah astronot NASA Nicole Mann. Foto/NASA
Fenomena aurora paling sering terlihat di garis lintang tinggi, karena partikel surya bermuatan cenderung memperbesar garis medan magnet Bumi, yang berakhir di kutub Utara dan Selatan. Namun, ketika matahari menyemburkan gumpalan plasma yang sangat besar yang disebut coronal mass ejection (CME), dapat menghasilkan aurora yang lebih besar dan lebih luas yang muncul di garis lintang yang jauh lebih rendah dari biasanya.
Aktivitas Matahari sangat tinggi akhir-akhir ini, dengan dua CME menghantam Bumi pada 26 Februari dan 27 Februari 2023. Masuknya partikel bermuatan secara tiba-tiba ini kemungkinan memicu aurora besar yang dilihat Cassada dari luar angkasa.
CME menjadi lebih umum saat matahari mendekati puncak siklus aktivitas 11 tahunnya, yang saat ini diperkirakan terjadi pada tahun 2025. Aktivitas matahari telah meningkat secara signifikan dalam beberapa bulan terakhir, dengan jilatan api matahari yang kuat yang ditembakkan dari permukaan bintang kita setiap beberapa hari.
Mereka tidak berbahaya bagi manusia, tapi CME yang sangat kuat dapat merusak satelit, memicu pemadaman radio, dan bahkan menyebabkan kegagalan jaringan listrik di Bumi. Para ilmuwan terus memantau matahari untuk tanda-tanda lontaran semacam itu.
(wib)