2 Tahun Terakhir Es Laut Antartika Mencapai Level Terendah
loading...
A
A
A
COLORADO - Dalam 2 tahun terakhir es laut Antartika menyusut hingga mencapai ke tingkat terendah sejak pencatatan menggunakan satelit dimulai lebih dari 40 tahun lalu. Es laut adalah air laut beku yang mengapung di permukaan laut di sekitar wilayah kutub Bumi.
Menurut Pusat Data Salju dan Es Nasional (NSIDC), yang berbasis di University of Colorado Boulder (UCB), tahun lalu luas es laut tercatat kurang dari 772.000 mil persegi atau 2 juta km persegi. Total, ini angka terendah sejak para ilmuwan merekam luas es laut dengan satelit pada tahun 1979.
Pada 21 Februari tahun 2023, jumlah tersebut terus menyusut menjadi hanya 691.000 mil persegi atau 1,8 juta km persegi. Angka ini kira-kira 40% lebih kecil dari rata-rata antara tahun 1981 dan 2010.
Rekor level terendah luas es laut ini diperkirakan terjadi setelah Januari yang luar biasa panas menurut National Oceanic and Atmospheric Administration. “Pada akhir Januari, kami memprediksi ini hanya masalah waktu (sampai rekor level terendah dipecahkan),” kata Will Hobbs, pakar es laut Antartika di Universitas Tasmania dan Program Antartika Australia dikutip SINDOnews dari laman Live Science, Kamis (9/3/2023).
Diketahui es laut terbentuk pada suhu berkelanjutan yang jauh lebih rendah daripada es air tawar, sekitar minus 1,8 derajat Celcius. Es laut menumpuk selama musim dingin hingga mencapai batas maksimumnya, dan mencair pada musim semi dan musim panas hingga mencapai batas minimum.
Di Antartika, di mana musim panas dan musim dingin terbalik relatif terhadap Belahan Bumi Utara, sehingga es laut biasanya mencapai batas maksimumnya pada bulan September. Ketika itu terjadi, es laut menutupi sekitar 7 juta mil persegi atau 18,5 juta kilometer persegi.
Luas es laut minimum Antartika kemungkinan akan terus menurun dalam beberapa dekade mendatang karena suhu global meningkat. Masalah ini merupakan akibat perubahan iklim yang disebabkan manusia sehingga akan lebih banyak es mencair.
Es laut sangat penting bagi predator kutub, seperti penguin di Antartika dan beruang kutub di Kutub Utara, yang menggunakan es sebagai platform untuk berburu. Tapi es laut juga membantu menstabilkan es di Antartika.
Pada gilirannya, ketidakstabilan es dapat mengancam gletser besar, seperti gletser Pulau Pinus dan Thwaites. Yang terakhir ini umumnya dikenal sebagai Doomsday Glacier, yang jika terus meleleh akan menimbulkan bencana.
“Jika gletser ini mulai kehilangan es tanah yang lebih cepat, itu bisa memicu peningkatan dramatis kenaikan permukaan laut sebelum akhir abad ini,” ujar Julienne Stroeve, ilmuwan peneliti senior NSIDC dan profesor di University of Manitoba di Kanada.
Es laut juga memantulkan sinar matahari kembali ke luar angkasa, yang membantu mendinginkan Bumi. Tingkat es laut yang lebih rendah mengurangi porsi cahaya yang dipantulkan, yang disebut albedo, yang selanjutnya akan meningkatkan pemanasan global.
Menurut Pusat Data Salju dan Es Nasional (NSIDC), yang berbasis di University of Colorado Boulder (UCB), tahun lalu luas es laut tercatat kurang dari 772.000 mil persegi atau 2 juta km persegi. Total, ini angka terendah sejak para ilmuwan merekam luas es laut dengan satelit pada tahun 1979.
Pada 21 Februari tahun 2023, jumlah tersebut terus menyusut menjadi hanya 691.000 mil persegi atau 1,8 juta km persegi. Angka ini kira-kira 40% lebih kecil dari rata-rata antara tahun 1981 dan 2010.
Baca Juga
Rekor level terendah luas es laut ini diperkirakan terjadi setelah Januari yang luar biasa panas menurut National Oceanic and Atmospheric Administration. “Pada akhir Januari, kami memprediksi ini hanya masalah waktu (sampai rekor level terendah dipecahkan),” kata Will Hobbs, pakar es laut Antartika di Universitas Tasmania dan Program Antartika Australia dikutip SINDOnews dari laman Live Science, Kamis (9/3/2023).
Diketahui es laut terbentuk pada suhu berkelanjutan yang jauh lebih rendah daripada es air tawar, sekitar minus 1,8 derajat Celcius. Es laut menumpuk selama musim dingin hingga mencapai batas maksimumnya, dan mencair pada musim semi dan musim panas hingga mencapai batas minimum.
Di Antartika, di mana musim panas dan musim dingin terbalik relatif terhadap Belahan Bumi Utara, sehingga es laut biasanya mencapai batas maksimumnya pada bulan September. Ketika itu terjadi, es laut menutupi sekitar 7 juta mil persegi atau 18,5 juta kilometer persegi.
Luas es laut minimum Antartika kemungkinan akan terus menurun dalam beberapa dekade mendatang karena suhu global meningkat. Masalah ini merupakan akibat perubahan iklim yang disebabkan manusia sehingga akan lebih banyak es mencair.
Mengapa es laut penting?
Es laut sangat penting bagi predator kutub, seperti penguin di Antartika dan beruang kutub di Kutub Utara, yang menggunakan es sebagai platform untuk berburu. Tapi es laut juga membantu menstabilkan es di Antartika.
Pada gilirannya, ketidakstabilan es dapat mengancam gletser besar, seperti gletser Pulau Pinus dan Thwaites. Yang terakhir ini umumnya dikenal sebagai Doomsday Glacier, yang jika terus meleleh akan menimbulkan bencana.
“Jika gletser ini mulai kehilangan es tanah yang lebih cepat, itu bisa memicu peningkatan dramatis kenaikan permukaan laut sebelum akhir abad ini,” ujar Julienne Stroeve, ilmuwan peneliti senior NSIDC dan profesor di University of Manitoba di Kanada.
Es laut juga memantulkan sinar matahari kembali ke luar angkasa, yang membantu mendinginkan Bumi. Tingkat es laut yang lebih rendah mengurangi porsi cahaya yang dipantulkan, yang disebut albedo, yang selanjutnya akan meningkatkan pemanasan global.
(wib)