Gletser Terus Mencair, Apa Pengaruhnya untuk Bumi?

Selasa, 16 Maret 2021 - 20:31 WIB
loading...
Gletser Terus Mencair, Apa Pengaruhnya untuk Bumi?
Sungai gletser di bawah Gunung Cook, Selandia Baru. Foto/Lee Brown
A A A
JAKARTA - Mencairnya gletser di seluruh dunia meningkatkan pemecahan molekul karbon kompleks di seluruh sungai. Kondisi ini dikhawatirkan akan berpotensi lebih jauh terhadap perubahan iklim akibat emisi karbon.

Tim peneliti internasional yang dipimpin oleh University of Leeds untuk pertama kalinya mengaitkan sungai pegunungan yang dialiri gletser dengan laju dekomposisi bahan tanaman yang lebih tinggi. Ini merupaan sebuah proses utama dalam siklus karbon global. (Baca: Diprediksi Terjadi 12 Bulan Lagi, Es Alaska Picu Tsunami Setinggi Ratusan Meter)

Saat gletser gunung mencair , air dialirkan ke sungai di hilir. Tetapi dengan pemanasan global yang mempercepat hilangnya gletser, sungai memiliki suhu air yang lebih hangat pergerakan sedimen yang berubah-ubah. Kondisi ini kemudian jauh lebih menguntungkan bagi jamur untuk tumbuh dan berkembang.

Dilansir Phys.org , jamur yang hidup di sungai ini menguraikan bahan organik seperti daun dan kayu tanaman, yang akhirnya menyebabkan pelepasan karbon dioksida ke udara. Proses tersebut telah diukur di 57 sungai di enam pegunungan di seluruh dunia, di Austria, Ekuador, Prancis, Selandia Baru, Norwegia, dan Amerika Serikat.

Penulis utama Sarah Fell, dari Sekolah Geografi, mengatakan pola dan proses serupa ditemukan di seluruh dunia. "Kami menemukan peningkatan laju penguraian bahan organik di sungai pegunungan, yang kemudian diharapkan dapat menyebabkan lebih banyak pelepasan karbon ke atmosfer. (Baca juga: Pilih BUlan untuk Menyimpan DNA 6,7 Juta Spesies di Bulan, Ini Penjelasan Ilmuwan)

"Ini adalah bentuk umpan balik iklim yang tidak terduga, di mana pemanasan mendorong hilangnya gletser , yang pada gilirannya dengan cepat mendaur ulang karbon di sungai sebelum dikembalikan ke atmosfer."

Mundurnya gletser gunung semakin cepat dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya di banyak bagian dunia, dengan perubahan iklim diprediksi akan terus berlanjut kehilangan es sepanjang abad ke-21.

Namun, respons proses ekosistem sungai (seperti siklus nutrisi dan karbon) terhadap penurunan tutupan gletser, dan peran keanekaragaman hayati dalam mendorongnya masih kurang dipahami.

Tim peneliti menggunakan kain kanvas untuk meniru bahan tanaman seperti daun dan rumput yang menumpuk secara alami di sungai. Potongan kanvas dibiarkan di sungai selama kurang lebih satu bulan, kemudian diambil dan diuji untuk menentukan seberapa mudahnya robek.

Potongan lebih mudah robek saat jamur air memenuhinya, menunjukkan bahwa dekomposisi molekul karbon berlangsung lebih cepat di sungai yang lebih hangat karena aliran air dari gletser lebih sedikit. (Baca juga: Pendaratan Manusia Pertama di Bulan Masih Dianggap Hoax)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2030 seconds (0.1#10.140)