Mengapa Laron Berkumpul di Tempat yang Banyak Cahaya? Ini Penjelasannya
loading...
A
A
A
BERLIN - Ahli entomologi dan ekologi telah mencoba cukup lama untuk memahami perilaku laron laron terhadap cahaya . Namun, alasan pasti mengapa laron tertarik pada cahaya belum terjawab secara pasti dan tidak banyak fakta yang terungkap.
Laron biasanya berkeliaran di malam hari dan menggunakan cahaya bulan sebagai sistem navigasi. Laron biasanya mengikuti cahaya untuk mempertahankan sudut yang konstan selama terbang untuk mencapai tujuan.
Oleh karena itu, sampai batas tertentu, cahaya lampu seolah bertindak sebagai bulan bagi laron dan sebagai daya tarik. Namun, ini tidak bertindak sebagai sistem navigasi, tetapi mereka terus terbang di sekitarnya.
Dikutip dari laman sciencefriday, Jumat (24/3/2023), fenomena ini dikenal sebagai fototaksis positif untuk menggambarkan laron yang aktif di malam hari tertarik pada cahaya. Sedangkan untuk beberapa spesies ngegat yang tidak suka cahaya disebut sebagai fototaksis negatif.
Meskipun belum banyak fakta terungkap alasan laron tertarik pada cahaya, namun sejauh mana daya tarik ini bekerja sudah pernah dibuktikan. Jika menyalakan lampu di beranda, maka akan menarik laron dalam radius jarak hingga 23 meter.
Fakta itu ditemukan Franz Holker dan kelompok penelitiannya dalam percobaan di salah satu daerah tergelap Jerman di Westhavelland sekitar 70 kilometer barat laut dari Berlin. Mereka menemukan cahaya bertindak seolah sebagai penyedot debu dalam membawa semua laron dalam radius 23 meter ke cahaya.
Dikutip dari laman Zmescience, Dr Henry Hsiao menerbitkan pada tahun 1973 bahwa laron atau ngengat dalam eksperimennya tidak berputar atau terbang langsung ke sumber cahaya, melainkan terbang ke wilayah di sebelah lampu. Bisa jadi mereka melihat area yang lebih gelap di sebelah lampu karena kontras yang tinggi dan terbang ke sana untuk menghindari cahaya.
Begitu mereka mencapai cahaya, laron mungkin tetap dekat dengannya karena dua alasan. Pertama, mereka mungkin lelah dan perlu istirahat. Kedua, kecerahan cahaya mungkin membuat mereka merespons seperti yang mereka lakukan terhadap sinar matahari, yaitu bersembunyi atau menjadi tidak aktif.
Laron biasanya berkeliaran di malam hari dan menggunakan cahaya bulan sebagai sistem navigasi. Laron biasanya mengikuti cahaya untuk mempertahankan sudut yang konstan selama terbang untuk mencapai tujuan.
Oleh karena itu, sampai batas tertentu, cahaya lampu seolah bertindak sebagai bulan bagi laron dan sebagai daya tarik. Namun, ini tidak bertindak sebagai sistem navigasi, tetapi mereka terus terbang di sekitarnya.
Dikutip dari laman sciencefriday, Jumat (24/3/2023), fenomena ini dikenal sebagai fototaksis positif untuk menggambarkan laron yang aktif di malam hari tertarik pada cahaya. Sedangkan untuk beberapa spesies ngegat yang tidak suka cahaya disebut sebagai fototaksis negatif.
Meskipun belum banyak fakta terungkap alasan laron tertarik pada cahaya, namun sejauh mana daya tarik ini bekerja sudah pernah dibuktikan. Jika menyalakan lampu di beranda, maka akan menarik laron dalam radius jarak hingga 23 meter.
Fakta itu ditemukan Franz Holker dan kelompok penelitiannya dalam percobaan di salah satu daerah tergelap Jerman di Westhavelland sekitar 70 kilometer barat laut dari Berlin. Mereka menemukan cahaya bertindak seolah sebagai penyedot debu dalam membawa semua laron dalam radius 23 meter ke cahaya.
Dikutip dari laman Zmescience, Dr Henry Hsiao menerbitkan pada tahun 1973 bahwa laron atau ngengat dalam eksperimennya tidak berputar atau terbang langsung ke sumber cahaya, melainkan terbang ke wilayah di sebelah lampu. Bisa jadi mereka melihat area yang lebih gelap di sebelah lampu karena kontras yang tinggi dan terbang ke sana untuk menghindari cahaya.
Begitu mereka mencapai cahaya, laron mungkin tetap dekat dengannya karena dua alasan. Pertama, mereka mungkin lelah dan perlu istirahat. Kedua, kecerahan cahaya mungkin membuat mereka merespons seperti yang mereka lakukan terhadap sinar matahari, yaitu bersembunyi atau menjadi tidak aktif.
(wib)