Bagaimana Astronot Muslim Berpuasa Ramadan di Luar Angkasa? Ini Kisah Menariknya
loading...
A
A
A
ABU DHABI - Astronot UEA Sultan Al Neyadi akan melalui bulan Ramadan di Stasiun Luar Angkasa Internasional tahun ini. Bahkan dia menjadi astronot pertama yang menghabiskan satu bulan penuh bulan Ramadan di luar angkasa.
Tentu menarik mengikuti bagaimana aktivitas astronot UEA ini selama di luar angkasa, apakah berpuasa sebulan penuh atau tidak. Apalagi Sultan Al Neyadi merupakan astronot muslim pertama yang melalui bulan Ramadan secara penuh di luar angkasa.
Memang Sultan Al Neyadi bukanlah Muslim pertama yang pernah melalui bulan Ramadan di luar angkasa. Sebelumnya ada Pangeran Sultan bin Salman dari Arab Saudi yang merupakan Muslim pertama yang dikirim ke luar angkasa menggunakan pesawat ulang-alik AS Discovery pada tahun 1985.
Dia diluncurkan ke luar angkasa bertepatan pada hari terakhir Ramadan, dan tetap menjalankan ibadah puasa. Jadi bagaimana seorang astronot Muslim berpuasa pada bulan Ramadan tentu merujuk pada pengalaman yang sudah dilalui Pangeran Sultan bin Salman.
Dalam bukunya Seven Days in Space, Pangeran Sultan bin Salman mengungkapkan secara luas tentang menjalankan tugas Islamnya selama pelatihan dan waktunya di luar angkasa. Dia mengungkapkan tentang makan sahur, makan sebelum fajar, pada hari lepas landas, berdoa di menara peluncuran sebelum menaiki pesawat luar angkasa.
Termasuk berpuasa saat berada di luar angkasa, dan membaca Alquran. “Sekarang saya merasa cukup lelah, mungkin karena kurang tidur, tidak berbobot, dan kehilangan cairan tubuh,” ujarnya dalam bukunya.
“Saya benar-benar merasa dehidrasi. Saya memiliki satu jam lagi sampai saya bisa berbuka puasa. Awak kapal yang lain seharusnya sedang tidur pada saat itu, tetapi mereka telah memutuskan untuk tetap bersama saya sampai saya berbuka puasa. Sungguh perasaan yang indah,” tutur Pangeran Sultan bin Salman.
Dia juga menghabiskan Idul Fitri di pesawat ulang-alik. Dia berkata bahwa dia sangat gembira menghabiskan hari istimewa di luar angkasa dan "merayakannya dengan cara saya sendiri". Dia juga membagikan foto dirinya berdoa dan membaca Alquran di luar angkasa.
Tentu menarik mengikuti bagaimana aktivitas astronot UEA ini selama di luar angkasa, apakah berpuasa sebulan penuh atau tidak. Apalagi Sultan Al Neyadi merupakan astronot muslim pertama yang melalui bulan Ramadan secara penuh di luar angkasa.
Memang Sultan Al Neyadi bukanlah Muslim pertama yang pernah melalui bulan Ramadan di luar angkasa. Sebelumnya ada Pangeran Sultan bin Salman dari Arab Saudi yang merupakan Muslim pertama yang dikirim ke luar angkasa menggunakan pesawat ulang-alik AS Discovery pada tahun 1985.
Dia diluncurkan ke luar angkasa bertepatan pada hari terakhir Ramadan, dan tetap menjalankan ibadah puasa. Jadi bagaimana seorang astronot Muslim berpuasa pada bulan Ramadan tentu merujuk pada pengalaman yang sudah dilalui Pangeran Sultan bin Salman.
Dalam bukunya Seven Days in Space, Pangeran Sultan bin Salman mengungkapkan secara luas tentang menjalankan tugas Islamnya selama pelatihan dan waktunya di luar angkasa. Dia mengungkapkan tentang makan sahur, makan sebelum fajar, pada hari lepas landas, berdoa di menara peluncuran sebelum menaiki pesawat luar angkasa.
Termasuk berpuasa saat berada di luar angkasa, dan membaca Alquran. “Sekarang saya merasa cukup lelah, mungkin karena kurang tidur, tidak berbobot, dan kehilangan cairan tubuh,” ujarnya dalam bukunya.
“Saya benar-benar merasa dehidrasi. Saya memiliki satu jam lagi sampai saya bisa berbuka puasa. Awak kapal yang lain seharusnya sedang tidur pada saat itu, tetapi mereka telah memutuskan untuk tetap bersama saya sampai saya berbuka puasa. Sungguh perasaan yang indah,” tutur Pangeran Sultan bin Salman.
Dia juga menghabiskan Idul Fitri di pesawat ulang-alik. Dia berkata bahwa dia sangat gembira menghabiskan hari istimewa di luar angkasa dan "merayakannya dengan cara saya sendiri". Dia juga membagikan foto dirinya berdoa dan membaca Alquran di luar angkasa.