Bagaimana Astronot Muslim Berpuasa Ramadan di Luar Angkasa? Ini Kisah Menariknya

Jum'at, 24 Maret 2023 - 18:00 WIB
loading...
Bagaimana Astronot Muslim Berpuasa Ramadan di Luar Angkasa? Ini Kisah Menariknya
Astronot UEA Sultan Al Neyadi akan melalui bulan Ramadan di Stasiun Luar Angkasa Internasional tahun ini. Foto/SpaceX
A A A
ABU DHABI - Astronot UEA Sultan Al Neyadi akan melalui bulan Ramadan di Stasiun Luar Angkasa Internasional tahun ini. Bahkan dia menjadi astronot pertama yang menghabiskan satu bulan penuh bulan Ramadan di luar angkasa.

Tentu menarik mengikuti bagaimana aktivitas astronot UEA ini selama di luar angkasa, apakah berpuasa sebulan penuh atau tidak. Apalagi Sultan Al Neyadi merupakan astronot muslim pertama yang melalui bulan Ramadan secara penuh di luar angkasa.

Memang Sultan Al Neyadi bukanlah Muslim pertama yang pernah melalui bulan Ramadan di luar angkasa. Sebelumnya ada Pangeran Sultan bin Salman dari Arab Saudi yang merupakan Muslim pertama yang dikirim ke luar angkasa menggunakan pesawat ulang-alik AS Discovery pada tahun 1985.



Dia diluncurkan ke luar angkasa bertepatan pada hari terakhir Ramadan, dan tetap menjalankan ibadah puasa. Jadi bagaimana seorang astronot Muslim berpuasa pada bulan Ramadan tentu merujuk pada pengalaman yang sudah dilalui Pangeran Sultan bin Salman.

Dalam bukunya Seven Days in Space, Pangeran Sultan bin Salman mengungkapkan secara luas tentang menjalankan tugas Islamnya selama pelatihan dan waktunya di luar angkasa. Dia mengungkapkan tentang makan sahur, makan sebelum fajar, pada hari lepas landas, berdoa di menara peluncuran sebelum menaiki pesawat luar angkasa.

Termasuk berpuasa saat berada di luar angkasa, dan membaca Alquran. “Sekarang saya merasa cukup lelah, mungkin karena kurang tidur, tidak berbobot, dan kehilangan cairan tubuh,” ujarnya dalam bukunya.

“Saya benar-benar merasa dehidrasi. Saya memiliki satu jam lagi sampai saya bisa berbuka puasa. Awak kapal yang lain seharusnya sedang tidur pada saat itu, tetapi mereka telah memutuskan untuk tetap bersama saya sampai saya berbuka puasa. Sungguh perasaan yang indah,” tutur Pangeran Sultan bin Salman.



Dia juga menghabiskan Idul Fitri di pesawat ulang-alik. Dia berkata bahwa dia sangat gembira menghabiskan hari istimewa di luar angkasa dan "merayakannya dengan cara saya sendiri". Dia juga membagikan foto dirinya berdoa dan membaca Alquran di luar angkasa.

Dia menyinggung bagaimana rekannya dari Amerika John Fabian mendoakannya dengan baik ketika Arab Saudi mengumumkan bahwa bulan sabit telah terlihat, menandai akhir Ramadan dan awal Idul Fitri.

Pangeran Salman memiliki menu khusus di pesawat ulang-alik, termasuk ayam asam manis, jagung manis rebus, keju kembang kol, salad tuna, pasta, udang, salmon, ayam goreng, cokelat panas, buah-buahan dan sayuran, serta kopi dan teh tanpa kafein.

Selain Pangeran Sultan bin Salman, ada astronot Malaysia Sheikh Muszaphar Shukor yang pernah menghabiskan beberapa hari Ramadan di luar angkasa pada tahun 2007. Dia diluncurkan menggunakan roket Soyuz Rusia dari pelabuhan antariksa Baikonur Cosmodrome di Kazakhstan.



Namun, dia tidak berpuasa saat menjalankan misi ke luar angkasa yang bertepatan dengan bulan Ramadan. “Islam sangat lunak. Jika saya tidak bisa berpuasa di luar angkasa, saya selalu bisa kembali dan melakukannya di lain waktu,” kata Mr Shukor beberapa minggu sebelum peluncurannya.

Dilaporkan dia juga merayakan Idul Fitri di luar angkasa untuk rekan-rekannya. Dia membawa beberapa sate Malaysia, atau tusuk sate potongan daging pedas, dan kue kering bersamanya.
Bagaimana Astronot Muslim Berpuasa Ramadan di Luar Angkasa? Ini Kisah Menariknya


Astronot UEA Sultan Al Neyadi selama Ramadan di luar angkasa kemungkinan tidak akan berpuasa dengan alasan kesehatan dan keselamatan misi jangka panjang. “Saya dalam definisi seorang musafir, dan kita sebenarnya bisa berbuka puasa dan itu tidak wajib,” ujarnya dikutip SINDOnews dari laman thenationalnews, Jumat (24/3/2023).

Dia mengatakan bahwa jika mendapat kesempatan, dia akan menjalankan puasa beberapa hari, dan akan berbagi makanan dengan rekan-rekannya di ISS. “Selama enam bulan, kita akan melewati saat-saat yang sangat menyenangkan seperti Idul Fitri dan Ramadan,” katanya.

Untuk puasa dan salat di luar angkasa, para astronot dapat mengikuti zona waktu yang digunakan di stasiun luar angkasa, yaitu UTC atau yang disebut juga GMT. Bahkan, astronot Muslim dapat mengikuti waktu Makkah.
(wib)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2305 seconds (0.1#10.140)