China Kembangkan Teknologi Siluman untuk Kapal Selam, Hindari Sonar dengan Meniru Suara Air
loading...
A
A
A
BEIJING - Peneliti China mengklaim telah mengembangkan perangkat pelapis baru yang dapat membantu kapal selam menghindari sonar musuh yang canggih dengan menyerupai air. Kemampuan ini diterapkan pada kapal selam China untuk menghadapi kapal selam bertenaga nuklir milik Amerika Serikat (AS).
Menurut para peneliti China, perangkat berbentuk ubin yang mereka kembangkan dapat menganalisis frekuensi sonar musuh dan menghasilkan gelombang suara yang berlawanan. Akibatnya operator sonar akan mengira kapal selam yang bergerak itu air.
Laman South China Morning Post yang berbasis di Hong Kong melaporkan, Tim Institut Teknologi Beijing mengklaim bahwa suara frekuensi rendah yang dihasilkan oleh ubin memiliki intensitas hingga 147 desibel. Intensitas ini lebih keras daripada konser rock dan cukup kuat untuk memblokir beberapa sonar aktif paling kuat yang digunakan oleh militer AS atau sekutunya.
Lebih lanjut, para insinyur China dapat menempelkan perangkat itu di seluruh lambung kapal selam untuk menghadapi sonar yang datang dari berbagai sudut. Satu unit ubin lengkap ini berukuran kurang dari setengah ketebalan batu bata.
Material ini dinamai berdasarkan fenomena yang diidentifikasi oleh fisikawan Inggris James Joule pada tahun 1842. Fenomena yang dikenal sebagai "magnetostriksi", di mana beberapa bahan meregang atau berkontraksi saat didekatkan dengan magnet.
Kemudian ilmuwan China membuat ubin aktif didasarkan pada teknologi yang dikenal sebagai material magnetostriktif raksasa (GMM). Pembuatan GMM membutuhkan unsur Tanah Langka yang mahal dan berat dalam jumlah yang signifikan, seperti Terbium dan Dysprosium, sehingga penggunaan teknologi tersebut masih terbatas.
“Frekuensi sonar aktif modern semakin rendah, dengan panjang gelombang melebihi satu meter. Jadi lapisan ubin pasif tidak lagi dapat memenuhi persyaratan tempur kapal selam yang tenang, sehingga dibutuhkan lapisan ubin aktif,” kata Wang Wenjie dan rekan-rekannya dalam jurnal Acta Armamentarii berbahasa Mandarin bulan lalu.
Metode ini akan menemukan penerapan luas dalam kelongsong susunan akustik aktif pada kapal selam skala besar. “Unit emisinya ringan, dapat dioperasikan dalam rentang frekuensi yang luas dengan efisiensi tinggi, dan tahan terhadap tekanan,” kata Wang Wenjie.
Selanjutnya, menurut para peneliti, desain teknik perangkat ini juga sangat ditingkatkan oleh para peneliti. Tujuannya agar perangkat ini ideal untuk pemasangan cepat, penggunaan jangka panjang, dan pemeliharaan kapal selam di lautan dalam.
Para ilmuwan China, menolak untuk membocorkan harga dan komposisi tanah jarang dari komponen magnetostriktif sistem yang sangat besar. Langkah ini dilakukan China untuk memperkuat armada kapal selamnya dengan fokus kemampuan menghindari deteksi Angkatan Laut Amerika Serikat dan sekutu regionalnya, terutama di Pasifik.
Misalnya, kapal selam Type-039C diyakini sama sekali tidak terdeteksi dan memiliki kontur siluman yang digunakan dalam pesawat siluman, seperti dicatat oleh The National Interest. Laporan pada Agustus 2022 menyebutkan Angkatan Laut China telah menempatkan kapal selam serang terbaru ini di Armada Laut Timurnya, kira-kira 500 kilometer selatan Pulau utama Taiwan.
Menurut para peneliti China, perangkat berbentuk ubin yang mereka kembangkan dapat menganalisis frekuensi sonar musuh dan menghasilkan gelombang suara yang berlawanan. Akibatnya operator sonar akan mengira kapal selam yang bergerak itu air.
Laman South China Morning Post yang berbasis di Hong Kong melaporkan, Tim Institut Teknologi Beijing mengklaim bahwa suara frekuensi rendah yang dihasilkan oleh ubin memiliki intensitas hingga 147 desibel. Intensitas ini lebih keras daripada konser rock dan cukup kuat untuk memblokir beberapa sonar aktif paling kuat yang digunakan oleh militer AS atau sekutunya.
Lebih lanjut, para insinyur China dapat menempelkan perangkat itu di seluruh lambung kapal selam untuk menghadapi sonar yang datang dari berbagai sudut. Satu unit ubin lengkap ini berukuran kurang dari setengah ketebalan batu bata.
Material ini dinamai berdasarkan fenomena yang diidentifikasi oleh fisikawan Inggris James Joule pada tahun 1842. Fenomena yang dikenal sebagai "magnetostriksi", di mana beberapa bahan meregang atau berkontraksi saat didekatkan dengan magnet.
Kemudian ilmuwan China membuat ubin aktif didasarkan pada teknologi yang dikenal sebagai material magnetostriktif raksasa (GMM). Pembuatan GMM membutuhkan unsur Tanah Langka yang mahal dan berat dalam jumlah yang signifikan, seperti Terbium dan Dysprosium, sehingga penggunaan teknologi tersebut masih terbatas.
“Frekuensi sonar aktif modern semakin rendah, dengan panjang gelombang melebihi satu meter. Jadi lapisan ubin pasif tidak lagi dapat memenuhi persyaratan tempur kapal selam yang tenang, sehingga dibutuhkan lapisan ubin aktif,” kata Wang Wenjie dan rekan-rekannya dalam jurnal Acta Armamentarii berbahasa Mandarin bulan lalu.
Metode ini akan menemukan penerapan luas dalam kelongsong susunan akustik aktif pada kapal selam skala besar. “Unit emisinya ringan, dapat dioperasikan dalam rentang frekuensi yang luas dengan efisiensi tinggi, dan tahan terhadap tekanan,” kata Wang Wenjie.
Selanjutnya, menurut para peneliti, desain teknik perangkat ini juga sangat ditingkatkan oleh para peneliti. Tujuannya agar perangkat ini ideal untuk pemasangan cepat, penggunaan jangka panjang, dan pemeliharaan kapal selam di lautan dalam.
Para ilmuwan China, menolak untuk membocorkan harga dan komposisi tanah jarang dari komponen magnetostriktif sistem yang sangat besar. Langkah ini dilakukan China untuk memperkuat armada kapal selamnya dengan fokus kemampuan menghindari deteksi Angkatan Laut Amerika Serikat dan sekutu regionalnya, terutama di Pasifik.
Misalnya, kapal selam Type-039C diyakini sama sekali tidak terdeteksi dan memiliki kontur siluman yang digunakan dalam pesawat siluman, seperti dicatat oleh The National Interest. Laporan pada Agustus 2022 menyebutkan Angkatan Laut China telah menempatkan kapal selam serang terbaru ini di Armada Laut Timurnya, kira-kira 500 kilometer selatan Pulau utama Taiwan.
(wib)