Jejak Kaki Buaya Raksasa 255 Juta Tahun Lalu Ditemukan di Afrika Selatan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Jejak kaki hewan purba mirip buaya temnospondyl rhinesuchid berhasil dideteksi dengan menggunakan teknologi modern, seperti drone dan pemindai 3D. Hewan purba mirip buaya itu hidup 255 juta tahun lalu.
Dilansir dari Arti, jejak kaki binatang mirip buaya raksasa itu diduga lebih tua dari dinosaurus, bahkan jauh sebelum dinosaurus ada di bumi. Jejak ini ditemukan di Provinsi KwaZulu-Natal Afrika Selatan.
"Penelitian itu telah diterbitkan dalam PLOS ONE oleh David P. Groenewald dari University of the Witwatersrand di Afrika Selatan dan rekannya," tulis laman itu, dikutip Jumat (14/4/2023).
Mereka berhasil mendeteksi jejak prasejarah yang ditinggalkan oleh temnospondyl rhinesuchid, hewan mirip buaya, serta makhluk yang lebih kecil yang hidup sekitar 255 juta tahun yang lalu.
Discover Magazine melaporkan, bahwa makhluk prasejarah akan meluncur di sepanjang dasar badan air, dan kadang-kadang berjalan dengan berbelok tajam.
"Seperti buaya, dia menggeliat melintasi lantai berpasir. Tetapi, ketika menganggur, makhluk itu akan menunggu, menggunakan mata di bagian atas tengkoraknya untuk memantau apa yang terjadi di sekitarnya," jelasnya.
Menurut Smithsonian Magazine, jejak kaki yang ditemukan di Afrika Selatan menunjukkan bahwa makhluk prasejarah itu menggunakan ekornya untuk mendorong dirinya sendiri.
"Jejaknya unik, dan sejauh yang saya tahu, satu-satunya kesan tubuh Permian dari amfibi rhinesuchid sebesar ini," kata Groenewald, kepada Natural History Museum London.
Rhinesuchid temnospondyl hidup tak lama sebelum Peristiwa Kepunahan Massal Permian yang menghancurkan 90 persen kehidupan di bumi, sekitar 252 juta tahun yang lalu.
"Jutaan tahun setelah itu, antara 230 dan 245 juta tahun yang lalu, usia dinosaurus dimulai ketika makhluk-makhluk terkenal muncul secara massal di seluruh planet ini," sambungnya.
Meskipun banyak yang diketahui tentang dinosaurus, Groenewald dan rekan-rekannya menekankan bagaimana penemuan mereka membantu menerangi kehidupan makhluk prasejarah yang bahkan lebih banyak.
"Saya merasa seperti setiap kali saya pergi, saya menemukan sesuatu yang baru atau sesuatu yang belum pernah saya lihat sebelumnya," pungkas Groenewald, kepada Smithsonian Magazine.
Dilansir dari Arti, jejak kaki binatang mirip buaya raksasa itu diduga lebih tua dari dinosaurus, bahkan jauh sebelum dinosaurus ada di bumi. Jejak ini ditemukan di Provinsi KwaZulu-Natal Afrika Selatan.
"Penelitian itu telah diterbitkan dalam PLOS ONE oleh David P. Groenewald dari University of the Witwatersrand di Afrika Selatan dan rekannya," tulis laman itu, dikutip Jumat (14/4/2023).
Mereka berhasil mendeteksi jejak prasejarah yang ditinggalkan oleh temnospondyl rhinesuchid, hewan mirip buaya, serta makhluk yang lebih kecil yang hidup sekitar 255 juta tahun yang lalu.
Discover Magazine melaporkan, bahwa makhluk prasejarah akan meluncur di sepanjang dasar badan air, dan kadang-kadang berjalan dengan berbelok tajam.
"Seperti buaya, dia menggeliat melintasi lantai berpasir. Tetapi, ketika menganggur, makhluk itu akan menunggu, menggunakan mata di bagian atas tengkoraknya untuk memantau apa yang terjadi di sekitarnya," jelasnya.
Menurut Smithsonian Magazine, jejak kaki yang ditemukan di Afrika Selatan menunjukkan bahwa makhluk prasejarah itu menggunakan ekornya untuk mendorong dirinya sendiri.
"Jejaknya unik, dan sejauh yang saya tahu, satu-satunya kesan tubuh Permian dari amfibi rhinesuchid sebesar ini," kata Groenewald, kepada Natural History Museum London.
Rhinesuchid temnospondyl hidup tak lama sebelum Peristiwa Kepunahan Massal Permian yang menghancurkan 90 persen kehidupan di bumi, sekitar 252 juta tahun yang lalu.
"Jutaan tahun setelah itu, antara 230 dan 245 juta tahun yang lalu, usia dinosaurus dimulai ketika makhluk-makhluk terkenal muncul secara massal di seluruh planet ini," sambungnya.
Meskipun banyak yang diketahui tentang dinosaurus, Groenewald dan rekan-rekannya menekankan bagaimana penemuan mereka membantu menerangi kehidupan makhluk prasejarah yang bahkan lebih banyak.
"Saya merasa seperti setiap kali saya pergi, saya menemukan sesuatu yang baru atau sesuatu yang belum pernah saya lihat sebelumnya," pungkas Groenewald, kepada Smithsonian Magazine.
(san)