Tak hanya Efrat yang Mengering, Sungai Amazon Terancam Jadi Daratan

Senin, 22 Mei 2023 - 18:35 WIB
loading...
Tak hanya Efrat yang...
Kekeringan parah, Sungai Amazon terancam jadi daratan. FOTO/ BBC
A A A
CALIFORNIA - Lebih dari setengah danau dan reservoir air terbesar di dunia menyusut. Tak hanya Sungai Efrat , sungai Amazon terancam menjadi daratan.



Fenomena ini mengancam sumber air bagi manusia di masa depan, sedangkan perubahan iklim dan penggunaan yang tidak berkelanjutan menjadi penyebab utamanya.

"Danau di seluruh dunia sedang menghadapi masalah dan implikasinya sangat besar dan berjangkauan luas. Yang menarik perhatian kami adalah 25 persen populasi dunia tinggal di cekungan danau dan area ini menyusut," kata seorang profesor dari University of Colorado Boulder dan rekan penulis.

Balaji Rajagopalan menambahkan, sekitar 2 miliar orang terkena dampak masalah tersebut.

Berbeda dengan sungai yang menjadi fokus para ilmuwan, danau tidak begitu terpantau padahal sangat penting untuk menjamin pasokan air, kata Balaji.

Namun, bencana lingkungan yang melibatkan sumber daya air yang besar seperti Laut Kaspia dan Laut Aral menandakan krisis yang lebih besar lagi.

Untuk mempelajari pertanyaan tersebut secara sistematis, tim yang terdiri dari para ilmuwan dari Amerika Serikat (AS), Prancis, dan Arab Saudi, memeriksa 1.972 danau dan reservoir air terbesar di dunia menggunakan pencitraan satelit dari tahun 1992 hingga 2020.

Mereka fokus pada perairan besar karena survei satelit yang lebih akurat serta kepentingannya bagi manusia dan satwa liar.

Berdasarkan citra satelit Landsat, tim peneliti mampu mengidentifikasi bagaimana volume danau berubah selama hampir 30 tahun.

Hasil penelitian mereka menemukan bahwa 53 persen danau dan waduk utama mengalami penurunan daya tampung air dengan laju 22 gigaton per tahun. Satu gigabyte sama dengan satu miliar metrik ton.

Selama masa penelitian, sebanyak 603 kilometer kubik air hilang atau setara dengan 17 kali penyimpanan air di Lake Mead yang merupakan reservoir air terbesar di AS.

Untuk menemukan penyebabnya, tim menggunakan model statistik yang menyertakan tren hidrologi dan iklim untuk mendeteksi faktor alam dan tindakan manusia.

Untuk danau alami, sebagian besar hilangnya volume air disebabkan oleh pemanasan iklim dan penggunaan yang berlebihan oleh manusia.

Peningkatan suhu akibat perubahan iklim tidak hanya mendorong penguapan tetapi dapat mengurangi penguapan air di atmosfer di beberapa daerah.

"Dampak iklim mendominasi semua faktor lainnya," kata Balaji.

Penulis utama studi, Fangfang Yao menambahkan dalam sebuah pernyataan: "Banyak efek perubahan iklim dan faktor manusia terhadap hilangnya air yang sebelumnya tidak diketahui seperti mengeringnya Danau Good-e-Zareh di Afghanistan dan Danau Mar Chiquita di Argentina".

Salah satu hal yang mengejutkan adalah bahwa danau di daerah basah dan kering di seluruh dunia kehilangan cadangan airnya.

Hal ini menunjukkan bahwa paradigma 'kering semakin kering dan basah semakin basah' digunakan untuk merumuskan bagaimana pengaruh perubahan iklim

Kehilangan air terdeteksi di danau tropis lembab di Amazon serta danau di Benua Arktik sehingga menunjukkan bahwa tren ini lebih luas dari yang diperkirakan, sedangkan hilangnya kapasitas pada tanaman reservoir air disebabkan oleh akumulasi endapan atau sedimen.

Danau air tawar dan tanaman penampung air menyimpan 87 persen pasokan air bersih dunia, sementara strategi baru untuk penggunaan air yang berkelanjutan dan mitigasi iklim perlu segera dicari.

Studi ini sendiri telah dipublikasikan di jurnal Science.
(wbs)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1426 seconds (0.1#10.140)