Tahukah Anda, Ada Masa Hari di Bumi hanya Berlangsung 19 Jam

Jum'at, 16 Juni 2023 - 17:24 WIB
loading...
Tahukah Anda, Ada Masa Hari di Bumi hanya Berlangsung 19 Jam
Ilustrasi Bumi. Foto: Istimewa
A A A
JAKARTA - Tahukah Anda, bahwa ada masa, hari di Bumi hanya berlangsung 19 jam. Hal ini berlangsung selama satu miliar tahun yang dikenal sebagai miliaran tahun yang membosankan.

Ross Mitchell dari Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok dan Uwe Kirscher dari Universitas Curtin Australia mengatakan, periode ini dikenal sebagai stabilitas kurang tektonik, stasis iklim dan evolusi biologis yang lambat.

"Bumi adalah satu-satunya tempat yang dikenal di alam semesta, di mana kehidupan telah berasal dan menemukan kelayakannya," katanya, dilansir dari NDTV, Jumat (16/6/2023).


Dijelaskan dia, proses kehidupan di Bumi telah berlangsung miliaran tahun. Hal ini membuat planet itu berubah menjadi dunia laut. Tapi ada waktu dalam sejarah Bumi yang bergejolak, semuanya melambat.

Studi tentang periode ini dikenal sebagai miliar yang membosankan dan telah diterbitkan di Nature Geoscience.

"Seiring waktu, bulan telah mencuri energi rotasi Bumi untuk meningkatkannya menjadi orbit yang lebih tinggi, dan lebih jauh dari Bumi, sehingga melambat menjadi 19 jam," sambungnya.

Menurut data geologis, untuk lebih memahami bumi, termasuk perubahan ritmis dalam iklim planet yang didorong oleh kekuatan astronomi, termasuk kemiringan goyangan dan aksialnya.

"Kami menyadari, bahwa akhirnya saatnya untuk menguji semacam pinggiran, tetapi sepenuhnya masuk akal, ide alternatif tentang paleorotasi Bumi," sambung Mitchell, dikutip dalam Science Alert.



Mitchell dan Kirscher menyelidiki sejarah masa lalu yang kacau di Bumi untuk mencari faktor-faktor yang dapat mengantarkan planet kita ke dalam fase keseimbangan relatif.

Menurut hipotesis mereka, periode panjang hari yang konsisten di Bumi muncul setelah fluktuasi yang signifikan dalam kondisi atmosfer. Khususnya, peristiwa oksidasi yang hebat, saat kadar oksigen melonjak, dan menghasilkan lapisan ozon yang kemudian menghilang.

Para peneliti mengusulkan bahwa pengenalan lapisan ozon tambahan ini dapat menyerap lebih banyak sinar matahari dari pada uap air, memicu fenomena yang dikenal sebagai pasang matahari yang kurang dikenal di Bumi.

"Pasang Surya ini bergema di atmosfer saat menghangat pada siang hari," pungkasnya.
(san)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3234 seconds (0.1#10.140)