Gletser Himalaya Mencair 65% Lebih Cepat
loading...
A
A
A
KATHMANDU - Gletser Himalaya menghilang 65% lebih cepat dari 2011 hingga 2020 dibandingkan dengan sepuluh tahun sebelumnya. Gletser Himalaya yang menyediakan air bagi hampir dua miliar orang mencair lebih cepat akibat perubahan iklim.
International Center for Integrated Mountain Development (ICIMOD) menyebutkan bahwa gletser di wilayah Hindu Kush Himalaya (HKH) adalah sumber air penting bagi sekitar 240 juta orang di daerah pegunungan. Termasuk bagi 1,65 miliar orang lainnya di lembah sungai di bawahnya.
Gletser memberi suplai air kepada 10 sistem sungai paling penting di dunia, termasuk sungai Gangga, Indus, Kuning, Mekong, dan Irrawaddy. Jadi secara langsung atau tidak langsung gletser Himalaya memasok energi dan udara bersih bagi miliaran orang.
ICIMOD yang berbasis di Nepal menyebutkan berdasarkan lintasan emisi saat ini, gletser dapat kehilangan hingga 80 persen volumenya pada akhir abad ini. "Saat semakin hangat, es akan mencair, seperti yang diperkirakan, tapi ini berjalan lebih cepat dari yang kita duga,” Philippus Wester dari ICIMOD dikutip SINDOnews dari laman Science Alert, Selasa (20/6/2023).
Bahkan jika pemanasan global dibatasi pada 1,5 hingga 2,0 derajat Celcius sesuai kesepakatan dalam perjanjian iklim Paris, gletser diperkirakan akan kehilangan sepertiga hingga setengah volumenya pada tahun 2100. “Ini perlu tindakan yang cepat,” kata Wester.
Dunia telah menghangat rata-rata hampir 1,2 derajat Celcius sejak pertengahan 1800-an. Kondisi ini mengakibatkan serangkaian cuaca ekstrem, termasuk gelombang panas yang lebih intens, kekeringan yang lebih parah, dan badai yang menjadi lebih ganas dengan naiknya permukaan laut.
Kondisi ini memukul orang-orang yang paling rentan dan negara-negara termiskin di dunia, yang tidak banyak berkontribusi pada emisi bahan bakar fosil yang menaikkan suhu. Menurut Amina Maharjan, tenaga ahli di ICIMOD, mengatakan, sampai saat ini masyarakat tidak mendapatkan dukungan yang dibutuhkan.
Gletser adalah bongkahan es yang memiliki ukuran yang besar yang terbentuk dari endapan salju dalam jangka waktu yang lama. Para ilmuwan memberikan peringatan terkait pencarian gletser karena berpotensi menimbulkan bencana tak terduga.
International Center for Integrated Mountain Development (ICIMOD) menyebutkan bahwa gletser di wilayah Hindu Kush Himalaya (HKH) adalah sumber air penting bagi sekitar 240 juta orang di daerah pegunungan. Termasuk bagi 1,65 miliar orang lainnya di lembah sungai di bawahnya.
Gletser memberi suplai air kepada 10 sistem sungai paling penting di dunia, termasuk sungai Gangga, Indus, Kuning, Mekong, dan Irrawaddy. Jadi secara langsung atau tidak langsung gletser Himalaya memasok energi dan udara bersih bagi miliaran orang.
ICIMOD yang berbasis di Nepal menyebutkan berdasarkan lintasan emisi saat ini, gletser dapat kehilangan hingga 80 persen volumenya pada akhir abad ini. "Saat semakin hangat, es akan mencair, seperti yang diperkirakan, tapi ini berjalan lebih cepat dari yang kita duga,” Philippus Wester dari ICIMOD dikutip SINDOnews dari laman Science Alert, Selasa (20/6/2023).
Bahkan jika pemanasan global dibatasi pada 1,5 hingga 2,0 derajat Celcius sesuai kesepakatan dalam perjanjian iklim Paris, gletser diperkirakan akan kehilangan sepertiga hingga setengah volumenya pada tahun 2100. “Ini perlu tindakan yang cepat,” kata Wester.
Dunia telah menghangat rata-rata hampir 1,2 derajat Celcius sejak pertengahan 1800-an. Kondisi ini mengakibatkan serangkaian cuaca ekstrem, termasuk gelombang panas yang lebih intens, kekeringan yang lebih parah, dan badai yang menjadi lebih ganas dengan naiknya permukaan laut.
Kondisi ini memukul orang-orang yang paling rentan dan negara-negara termiskin di dunia, yang tidak banyak berkontribusi pada emisi bahan bakar fosil yang menaikkan suhu. Menurut Amina Maharjan, tenaga ahli di ICIMOD, mengatakan, sampai saat ini masyarakat tidak mendapatkan dukungan yang dibutuhkan.
Gletser adalah bongkahan es yang memiliki ukuran yang besar yang terbentuk dari endapan salju dalam jangka waktu yang lama. Para ilmuwan memberikan peringatan terkait pencarian gletser karena berpotensi menimbulkan bencana tak terduga.
(wib)