Lakukan Praktik Inses, Ini Penderitaan yang Dialami Firaun Tutankhamun
loading...
A
A
A
KAIRO - Penemuan makam Raja Tutankhamun ditemukan di Lembah Para Raja di tepi barat Sungai Nil di seberang Thebes (Luxor modern), Mesir, pada 4 November 1922. Misteri tentang kehidupan Raja Tutankhamun dibayangi desas-desus sensasional.
Berbeda dengan Tutankhamun yang dikenal seluruh dunia setelah penemuan muminya. Nama Ankhesenamun memang tak seterkenal sang Firaun lantaran sejak meninggal, sang ratu seakan menghilang dari catatan sejarah.
Dikutip dari Egytianistic, Ankhesenamun merupakan putri ketiga dari Akhenaten. Ia merupakan saudara tiri dari Tutankhamun yang berbeda ibu dan menikah di usia muda.
Tutankhamun menikahi Ankhesenamun saat dirinya berusia 8 hingga 10 tahun, sementara Ankhesenamun saat itu berusia 13 tahun.
Keduanya terpaksa dinikahkan lantaran Tutankhamun harus menggantikan takhta sang ayah yang meninggal saat dirinya masih muda.
Untuk menjaga-jaga dari serangan para musuh kerajaan, Tutankhamun di usia muda pun dinikahkan dengan Ankhesenamun dengan alasan untuk mempertahankan keturunan yang masih berdarah bangsawan.
Selain itu, sama seperti aturan di kerajaan lainnya bahwa seorang raja harus memiliki pasangan meskipun dirinya masih belum masuk di usia pernikahan.
Praktik inses di Mesir kuno bukanlah hal yang mencengangkan. Pasalnya orang tua Tutankhamun sendiri merupakan kakak beradik yang dinikahkan.
Namun, sayanya pernikahan Tutankhamun dan Ankhesenamun tidak menghasilkan keturunan. Pasalnya Tutankhamun meninggal di usianya yang ke 18 atau 19 tahun di mana diduga bahwa Tutankhamun belum memasuki usia produktif untuk memiliki seorang anak.
Lantaran hal tersebut Ankhesenamun pun tersingkir seakan ditinggalkan oleh sang firaun tanpa ahli waris. Ia pun harus rela menjadi rakyat biasa setelah perebutan takhta selanjutnya terjadi di kerajaan Mesir kuno.
Bahkan Tes DNA terhadap mumi Raja Tutankhamun menunjukkan bahwa penguasa Mesir anak dari hasil inses dan memiliki kelainan genetik dan bertubuh lemah.
Ini karena tradisi kerajaan Mesir yang menikah dengan sesama saudara.
Dia kemungkinan memiliki langit-langit mulut sumbing, kaki bengkok, dan skoliosis, serta tengkorak memanjang dan cacat.
Dia mungkin membutuhkan tongkat untuk berjalan dan bukti menunjukkan dia menderita malaria karena sistem kekebalan yang lemah.
Berbeda dengan Tutankhamun yang dikenal seluruh dunia setelah penemuan muminya. Nama Ankhesenamun memang tak seterkenal sang Firaun lantaran sejak meninggal, sang ratu seakan menghilang dari catatan sejarah.
Dikutip dari Egytianistic, Ankhesenamun merupakan putri ketiga dari Akhenaten. Ia merupakan saudara tiri dari Tutankhamun yang berbeda ibu dan menikah di usia muda.
Tutankhamun menikahi Ankhesenamun saat dirinya berusia 8 hingga 10 tahun, sementara Ankhesenamun saat itu berusia 13 tahun.
Keduanya terpaksa dinikahkan lantaran Tutankhamun harus menggantikan takhta sang ayah yang meninggal saat dirinya masih muda.
Untuk menjaga-jaga dari serangan para musuh kerajaan, Tutankhamun di usia muda pun dinikahkan dengan Ankhesenamun dengan alasan untuk mempertahankan keturunan yang masih berdarah bangsawan.
Selain itu, sama seperti aturan di kerajaan lainnya bahwa seorang raja harus memiliki pasangan meskipun dirinya masih belum masuk di usia pernikahan.
Praktik inses di Mesir kuno bukanlah hal yang mencengangkan. Pasalnya orang tua Tutankhamun sendiri merupakan kakak beradik yang dinikahkan.
Namun, sayanya pernikahan Tutankhamun dan Ankhesenamun tidak menghasilkan keturunan. Pasalnya Tutankhamun meninggal di usianya yang ke 18 atau 19 tahun di mana diduga bahwa Tutankhamun belum memasuki usia produktif untuk memiliki seorang anak.
Lantaran hal tersebut Ankhesenamun pun tersingkir seakan ditinggalkan oleh sang firaun tanpa ahli waris. Ia pun harus rela menjadi rakyat biasa setelah perebutan takhta selanjutnya terjadi di kerajaan Mesir kuno.
Bahkan Tes DNA terhadap mumi Raja Tutankhamun menunjukkan bahwa penguasa Mesir anak dari hasil inses dan memiliki kelainan genetik dan bertubuh lemah.
Ini karena tradisi kerajaan Mesir yang menikah dengan sesama saudara.
Dia kemungkinan memiliki langit-langit mulut sumbing, kaki bengkok, dan skoliosis, serta tengkorak memanjang dan cacat.
Dia mungkin membutuhkan tongkat untuk berjalan dan bukti menunjukkan dia menderita malaria karena sistem kekebalan yang lemah.
(wbs)