Indonesia-Turki coba Kerja Sama di Bidang Penerbangan dan Antariksa
loading...
A
A
A
JAKARTA - Turki telah melakukan pendekatan secara politis kepada Indonesia untuk melakukan kerja sama pengembangan civilian aircraft project atas pesawat tipe N-219, N-245, dan R-80, melalui Duta Besar Indonesia untuk Turki, Lalu Muhammad Iqbal.
Meski begitu, sebenarnya hubungan kerja sama Indonesia dan Turki dalam bidang kedirgantaraan sudah terjalin sejak lama. (Baca: Pembobol Data Denny Siregar Ditangkap, Politikus Gerindra Soroti Kasus Ini)
Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (DI), Elfien Goentoro, menjelaskan, saat ini PT DI telah memiliki MoU dalam bidang manufaktur dan produksi bagian pesawat tipe N-219 dan N-245 dengan Turki. Saat ini pengembangan pesawat N-219 sudah siap untuk tahap komersialisasi.
Sementara itu, untuk proyek pesawat R-80, Direktur Utama PT Regio Aviasai Indonesia (RAI), Agung Nugroho, Turki adalah negara pertama yang dikunjungi Pendiri PT RAI, mendiang Prof. BJ Habibie, untuk melakukan penjajakan kerja sama teknologi mesin pesawat.
“Pesawat R-80 saat ini sudah mampu memenuhi kapasitas penumpang 90-100 orang,” jelas Agung.
Berbeda halnya dengan Indonesia, industri kedirgantaraan Turki memang memprioritaskan pengembangan dan produksi pesawat tempur untuk kebutuhan militer negaranya. Mengingat Turki termasuk negara maju untuk bidang pengembangan teknologi pesawat tempur.
Presiden Turkey Aerospace Industry (TAI), mengatakan, bahwa dirinya melihat adanya potensi besar untuk dapat mengkolaborasikan kepentingan Turki dan Indonesia, sehingga Turki ke depannya dapat mengembangkan program passenger aircraft military program.
“Turki tetap akan melihat kemungkinan kerja sama untuk pengembangan pesawat penumpang dengan Indonesia,” tegas Menteri Industri dan Teknologi Turki, Mustafa Varank.
Menurut PT DI, Indonesia akan mencoba memasuki pasar komersil terhadap pesawat N-219 yang lebih besar untuk penggunaannya di wilayah Eropa, melalui langkah awal sertifikasi pesawat RI-68, RI-80, dan R-90, di Turki.
Di sisi lain, Direktur Turkish Space Agency, Serdar Huseyin Yildirim, memaparkan, Turki memiliki teknologi satelit yang sangat maju dengan tiga kategori aktivitas satelit, di antaranya satelit komunikasi, observasi bumi, dan satelit saintifik atau eksperimental.
“Sampai saat ini terdapat sembilan satelit komunikasi, tujuh satelit observasi bumi, dan enam satelit untuk eksperimentasi. Sementara ada tiga satelit masing-masing di antaranya sedang dalam tahapan pengembangan,” papara Yildirim.
Sementara itu, Indonesia melalui Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), menuturkan tengah menjalankan proyek pembangunan Bandara Antariksa pertama di Biak, Papua, yang sedang dalam tahap pengkajian.
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN), Bambang PS Brodjonegoro, menjelaskan, pemilihan lokasi di Biak karena wilayah ini paling dekat dengan ekuator, pada titik satu derajat LS dan berhadapan dengan Samudera Pasifik.
Bambang juga menyambut baik ketertarikan Turki dalam proyek pembangunan bandara antariksa ini, dan mengharapkan Indonesia dapat melakukan joint collaboration dengan Turki, untuk dapat mengembangkan level bandara angkasa ini dari nasional menjadi internasional.
Meski begitu, sebenarnya hubungan kerja sama Indonesia dan Turki dalam bidang kedirgantaraan sudah terjalin sejak lama. (Baca: Pembobol Data Denny Siregar Ditangkap, Politikus Gerindra Soroti Kasus Ini)
Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (DI), Elfien Goentoro, menjelaskan, saat ini PT DI telah memiliki MoU dalam bidang manufaktur dan produksi bagian pesawat tipe N-219 dan N-245 dengan Turki. Saat ini pengembangan pesawat N-219 sudah siap untuk tahap komersialisasi.
Sementara itu, untuk proyek pesawat R-80, Direktur Utama PT Regio Aviasai Indonesia (RAI), Agung Nugroho, Turki adalah negara pertama yang dikunjungi Pendiri PT RAI, mendiang Prof. BJ Habibie, untuk melakukan penjajakan kerja sama teknologi mesin pesawat.
“Pesawat R-80 saat ini sudah mampu memenuhi kapasitas penumpang 90-100 orang,” jelas Agung.
Berbeda halnya dengan Indonesia, industri kedirgantaraan Turki memang memprioritaskan pengembangan dan produksi pesawat tempur untuk kebutuhan militer negaranya. Mengingat Turki termasuk negara maju untuk bidang pengembangan teknologi pesawat tempur.
Presiden Turkey Aerospace Industry (TAI), mengatakan, bahwa dirinya melihat adanya potensi besar untuk dapat mengkolaborasikan kepentingan Turki dan Indonesia, sehingga Turki ke depannya dapat mengembangkan program passenger aircraft military program.
“Turki tetap akan melihat kemungkinan kerja sama untuk pengembangan pesawat penumpang dengan Indonesia,” tegas Menteri Industri dan Teknologi Turki, Mustafa Varank.
Menurut PT DI, Indonesia akan mencoba memasuki pasar komersil terhadap pesawat N-219 yang lebih besar untuk penggunaannya di wilayah Eropa, melalui langkah awal sertifikasi pesawat RI-68, RI-80, dan R-90, di Turki.
Di sisi lain, Direktur Turkish Space Agency, Serdar Huseyin Yildirim, memaparkan, Turki memiliki teknologi satelit yang sangat maju dengan tiga kategori aktivitas satelit, di antaranya satelit komunikasi, observasi bumi, dan satelit saintifik atau eksperimental.
“Sampai saat ini terdapat sembilan satelit komunikasi, tujuh satelit observasi bumi, dan enam satelit untuk eksperimentasi. Sementara ada tiga satelit masing-masing di antaranya sedang dalam tahapan pengembangan,” papara Yildirim.
Sementara itu, Indonesia melalui Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), menuturkan tengah menjalankan proyek pembangunan Bandara Antariksa pertama di Biak, Papua, yang sedang dalam tahap pengkajian.
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN), Bambang PS Brodjonegoro, menjelaskan, pemilihan lokasi di Biak karena wilayah ini paling dekat dengan ekuator, pada titik satu derajat LS dan berhadapan dengan Samudera Pasifik.
Bambang juga menyambut baik ketertarikan Turki dalam proyek pembangunan bandara antariksa ini, dan mengharapkan Indonesia dapat melakukan joint collaboration dengan Turki, untuk dapat mengembangkan level bandara angkasa ini dari nasional menjadi internasional.
(wbs)