Hadapi 3 Varian COVID, Peneliti: Indonesia Bakal Dihadang 2 Masalah Besar

Selasa, 16 Februari 2021 - 13:00 WIB
loading...
Hadapi 3 Varian COVID, Peneliti: Indonesia Bakal Dihadang 2 Masalah Besar
Hadapi 3 varian mutasi virus Corona, Indonesia dihadapai dua masalah besar saat menggelar surveilans (pengumpulan data yang terus menerus dan pemantauan) genom virus SARS-CoV-2. Foto/Ist
A A A
JAKARTA - Angka kasus baru infeksi COVID-19 terus meningkat sehingga menimbulkan kekhawatiran. Belum lagi ditambah informasi mutasi virus Corona baru yang berkembang di negara-negara lain.

Varian baru yang menjadi perhatian utama dari para peneliti Whole Genome Sequencing (WGS) di Indonesia saat ini adalah varian B 1.1.7 atau VOC202012/01 alias VUI202012/01 dari Inggris. Kemudian ada juga varian B 1.351 atau 501Y.V2 dari Afrika Selatan dan varian B 1.1.28.1 atau P.1 dari Brazil.

“Seperti yang sudah kita ketahui bahwa ada kekhawatiran bahwa varian baru virus SARS-CoV-2 dapat memengaruhi tingkat penyebaran, tingkat keparahan, dan juga efek pada vaksin Covid-19 yang beredar saat ini," ungkap Menristek/Kepala BRIN , Bambang PS Brodjonegoro, dalam keterangan resmi Kementerian.

Data sementara di Indonesia belum menunjukkan adanya varian baru tersebut, tapi masih diperlukan informasi yang lebih mendalam. Pemerintah mengklaim tengah berupaya melakukan surveilans (pengumpulan data yang terus menerus dan pemantauan) genom virus SARS-CoV-2.

Tujuannya agar dapat dilakukan upaya pencegahan dan penanggulangan meluasnya penyebaran Covid-19 di Indonesia. Surveilans genom dilakukan untuk mengetahui dan mempelajari varian baru ini, apakah lebih menular sehingga dapat semakin memperburuk kondisi pandemik di Indonesia.

"Untuk kelancaran surveilans diperlukan koordinasi di tingkat nasional dan global," kata Bambang.

Presiden Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID), Peter Bogner, menyampaikan, tantangan Indonesia dalam melakukan surveilans genom virus SARS CoV-2 adalah pada luasnya wilayah Nusantara dan populasi yang tinggi.

Hal ini menyebabkan dibutuhkan waktu dan sumber daya yang besar untuk mengumpulkan data WGS yang lebih banyak dan detail. Sehingga masih mungkin varian baru tersebut belum terdeteksi.

“Dibutuhkan usaha bersama pihak pemerintah untuk secara masif mengumpulkan data dengan cakupan yang lebih luas, tidak hanya daerah metropolitan namun ke seluruh pelosok,” papar Bogner.
(iqb)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1494 seconds (0.1#10.140)