Memaksimalkan Penggunaan Energi Terbarukan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pemanfaatan energi terbarukan kini semakin pesat. Di era teknologi yang serbacanggih, perlengkapan rumah tangga kini didesain hemat energi listrik dengan memanfaatkan teknologi tenaga surya (solar panel).
Salah satu penyebab terjadinya pemanasan global adalah penggunaan bahan bakar fosil yang saat ini telah melampaui batas, sehingga karbondioksida (CO²) memadat pada lapisan ozon sehingga sinar matahari tidak dapat memantul kembali. (Baca: Cukup Diucapkan, Amalan Ringan Ini Pahalanya Berlimpah)
Sumber energi terbarukan menjadi alternatif untuk menjawab masalah pemanasan global. Sumber energinya ada di lingkungan sekitar, menggunakan teknologi yang sederhana dan ramah lingkungan, serta sumber energinya pun berkelanjutan dan tidak akan habis.
Energi-energi terbarukan tersebut beragam jenisnya. Pemanfaatan teknologi surya untuk rumah tangga saat ini sedang digalakkan. Pemerintah pun terus mendorong penggunaan energi terbarukan dalam aspek kehidupan masyarakat.
Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) atau Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memberikan apresiasi pada hasil kolaborasi ITB dan Pertamina yang mengembangkan inovasi bahan bakar biofuel berbahan minyak sawit. Hal itu dipertegas oleh Menristek/BRIN Bambang Brodjonegoro saat memberikan sambutan dalam webinar ”The Development of Biofuels Indonesia-Brazil”.
“Bahan bakar nabati berbasis sawit diprediksi akan menjadikan perekonomian Indonesia bergerak lebih cepat dan dapat meminimalkan dampak perlambatan ekonomi yang kini mulai melanda banyak negara di dunia. Karena itu, kita wajib memberikan apresiasi kepada semua pihak yang terlibat dalam menelurkan inovasi tersebut,” ujar Menteri Bambang. (Baca juga: Ekspor Agustus Anjlok, Industri Pengolahan Turun 4,91%)
Selain energi terbarukan untuk konsumsi rumah tangga, pemerintah juga mendorong penggunaan energi terbarukan di sektor transportasi. Konsumsi bahan bakar dalam negeri mencapai 1,79 juta barel per hari, namun kini Pertamina dan ITB telah berhasil memproduksi green diesel D100 dari 100% refined bleached deodorized palm oil (RBDPO) yang di-crack menggunakan katalis merah putih hasil pengembangan ITB dan Pertamina dengan kelapa sawit berkapasitas 1.000 barel per hari. Langkah ini dapat membantu kebutuhan bahan bakar fosil dalam negeri yang sangat tinggi.
“Bahan bakar minyak sawit merupakan komoditas sumber daya alam terbarukan di Indonesia yang jumlahnya berlimpah. Biofuel juga memberi peluang terhadap pemberdayaan petani sawit rakyat dalam industri bahan baku biohidrokarbon, sehingga akan meningkatkan kesejahteraan hidup mereka,” paparnya.
Penggunaan bahan bakar green diesel D100 pada kendaraan tidak akan menurunkan kinerja mesin atau menuntut dilakukan modifikasi tertentu pada mesin sebagaimana yang terjadi pada kendaraan yang menggunakan bahan bakar biodiesel B30 yang berbasis fatty acid methyl ester (FAME). (Lihat videonya: Marion Jola Bikin Heboh karena Bra, Gisella Menyesal Bercerai)
Plt Deputi Bidang Penguatan Inovasi Kemenristek/BRIN, Jumain Appe, mengatakan, Brasil berhasil mengimplementasikan kebijakan pemanfaatan bahan bakar nabati berbasis tebu. Brasil akan menyajikan teknologi yang digunakan di dalam memproduksi bahan bakar nabati. (Anton C)
Salah satu penyebab terjadinya pemanasan global adalah penggunaan bahan bakar fosil yang saat ini telah melampaui batas, sehingga karbondioksida (CO²) memadat pada lapisan ozon sehingga sinar matahari tidak dapat memantul kembali. (Baca: Cukup Diucapkan, Amalan Ringan Ini Pahalanya Berlimpah)
Sumber energi terbarukan menjadi alternatif untuk menjawab masalah pemanasan global. Sumber energinya ada di lingkungan sekitar, menggunakan teknologi yang sederhana dan ramah lingkungan, serta sumber energinya pun berkelanjutan dan tidak akan habis.
Energi-energi terbarukan tersebut beragam jenisnya. Pemanfaatan teknologi surya untuk rumah tangga saat ini sedang digalakkan. Pemerintah pun terus mendorong penggunaan energi terbarukan dalam aspek kehidupan masyarakat.
Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) atau Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memberikan apresiasi pada hasil kolaborasi ITB dan Pertamina yang mengembangkan inovasi bahan bakar biofuel berbahan minyak sawit. Hal itu dipertegas oleh Menristek/BRIN Bambang Brodjonegoro saat memberikan sambutan dalam webinar ”The Development of Biofuels Indonesia-Brazil”.
“Bahan bakar nabati berbasis sawit diprediksi akan menjadikan perekonomian Indonesia bergerak lebih cepat dan dapat meminimalkan dampak perlambatan ekonomi yang kini mulai melanda banyak negara di dunia. Karena itu, kita wajib memberikan apresiasi kepada semua pihak yang terlibat dalam menelurkan inovasi tersebut,” ujar Menteri Bambang. (Baca juga: Ekspor Agustus Anjlok, Industri Pengolahan Turun 4,91%)
Selain energi terbarukan untuk konsumsi rumah tangga, pemerintah juga mendorong penggunaan energi terbarukan di sektor transportasi. Konsumsi bahan bakar dalam negeri mencapai 1,79 juta barel per hari, namun kini Pertamina dan ITB telah berhasil memproduksi green diesel D100 dari 100% refined bleached deodorized palm oil (RBDPO) yang di-crack menggunakan katalis merah putih hasil pengembangan ITB dan Pertamina dengan kelapa sawit berkapasitas 1.000 barel per hari. Langkah ini dapat membantu kebutuhan bahan bakar fosil dalam negeri yang sangat tinggi.
“Bahan bakar minyak sawit merupakan komoditas sumber daya alam terbarukan di Indonesia yang jumlahnya berlimpah. Biofuel juga memberi peluang terhadap pemberdayaan petani sawit rakyat dalam industri bahan baku biohidrokarbon, sehingga akan meningkatkan kesejahteraan hidup mereka,” paparnya.
Penggunaan bahan bakar green diesel D100 pada kendaraan tidak akan menurunkan kinerja mesin atau menuntut dilakukan modifikasi tertentu pada mesin sebagaimana yang terjadi pada kendaraan yang menggunakan bahan bakar biodiesel B30 yang berbasis fatty acid methyl ester (FAME). (Lihat videonya: Marion Jola Bikin Heboh karena Bra, Gisella Menyesal Bercerai)
Plt Deputi Bidang Penguatan Inovasi Kemenristek/BRIN, Jumain Appe, mengatakan, Brasil berhasil mengimplementasikan kebijakan pemanfaatan bahan bakar nabati berbasis tebu. Brasil akan menyajikan teknologi yang digunakan di dalam memproduksi bahan bakar nabati. (Anton C)
(ysw)