Setelah India, Giliran Jepang Luncurkan Misi ke Bulan dengan Pesawat Moon Sniper
loading...
A
A
A
Sedangkan instrumen XRISM merupakan kolaborasi antara NASA dan JAXA dan dengan bantuan dari Badan Antariksa Eropa (ESA). XRISM bertujuan untuk mengamati sinar-X yang dilepaskan oleh fenomena ekstrem seperti awan gas panas yang menyelimuti galaksi dan ledakan lubang hitam.
Pesawat ruang angkasa ini membawa pencitraan sinar-X bidang lebar dan spektrometer sinar-X resolusi tinggi kriogenik. Data dari observatorium akan membantu para ilmuwan menyelidiki evolusi alam semesta.
“Astronomi sinar-X memungkinkan kita mempelajari fenomena paling energik di alam semesta. Hal ini memegang kunci untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penting dalam astrofisika modern,” kata Matteo Guainazzi, ilmuwan proyek ESA untuk XRISM.
Observatorium mengorbit pada ketinggian 342 mil atau 550 kilometer di atas Bumi, untuk mensurvei langit selama tiga tahun. Namun misi ini dapat diperluas melalui pemanfaatn pendinginan mekanis sehingga umur pesawat bisa lebih panjang.
Pesawat ruang angkasa ini membawa pencitraan sinar-X bidang lebar dan spektrometer sinar-X resolusi tinggi kriogenik. Data dari observatorium akan membantu para ilmuwan menyelidiki evolusi alam semesta.
“Astronomi sinar-X memungkinkan kita mempelajari fenomena paling energik di alam semesta. Hal ini memegang kunci untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penting dalam astrofisika modern,” kata Matteo Guainazzi, ilmuwan proyek ESA untuk XRISM.
Observatorium mengorbit pada ketinggian 342 mil atau 550 kilometer di atas Bumi, untuk mensurvei langit selama tiga tahun. Namun misi ini dapat diperluas melalui pemanfaatn pendinginan mekanis sehingga umur pesawat bisa lebih panjang.
(wib)