PBB Catat Tiga Bulan Terakhir Bumi Dilanda Suhu Paling Panas
loading...
A
A
A
GENEWA - Organisasi Meteorologi Dunia PBB mencatat tiga bulan terakhir suhu terpanas yang pernah terjadi di Bumi.
Badan PBB tersebut, mengutip data dari Layanan Perubahan Iklim Copernicus UE, lebih lanjut mengungkapkan bahwa Agustus adalah salah satu bulan terpanas "dengan selisih yang besar" dan terpanas kedua setelah Juli 2023.
Suhu di bulan Agustus diperkirakan sekitar 1,5 derajat Celcius lebih hangat dibandingkan rata-rata pra-industri.
Pada bulan Agustus juga terjadi suhu permukaan laut rata-rata bulanan tertinggi di dunia yang mencapai rekor 20,98 derajat Celcius.
“Planet kita baru saja mengalami musim panas terpanas yang pernah tercatat. Kerusakan iklim' telah dimulai” kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dalam sebuah pernyataan.
Badan Meteorologi itu menjelaskan bahwa fenomena pendinginan suhu atau yang dikenal La Nina kemungkinan besar akan berakhir, setelah terjadi selama tiga tahun sebagai bagian siklus alami cuaca.
Mereka pun mencatat dampak pemanasan global dari perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia.
Sementara negara di seluruh dunia telah berjanji untuk mengurangi emisi guna menjaga kenaikan suhu di bawah 1,5 derajat Celcius agar menghindari dampak terburuk dari perubahan iklim.
Dunia lebih panas sekitar 1,1 derajat Celcius dibandingkan periode sebelum Revolusi Industri pada 1750-1900, ketika manusia mulai menggunakan bahan bakar fosil dalam jumlah besar, dan melepaskan gas emisi ke atmosfer.
Suhu di Bumi pada tahun 2023 diperkirakan antara 1,08 derajat Celcius dan 1,32 derajat Celcius di atas rata-rata pra-industri atau sebelum Revolusi Industri.
Tahun terpanas sejak pencatatan dimulai pada 1850, terjadi pada tahun 2016 ketika ahli meteorologi mengatakan fenomena cuaca yang dikenal sebagai El Nino meningkatkan suhu global.
Namun tiga tahun ke belakang telah dipengaruhi oleh pola cuaca lain yang disebut La Nina, saat suhu laut yang lebih dingin dari rata-rata di Samudra Pasifik menurunkan suhu rata-rata global.
Badan PBB tersebut, mengutip data dari Layanan Perubahan Iklim Copernicus UE, lebih lanjut mengungkapkan bahwa Agustus adalah salah satu bulan terpanas "dengan selisih yang besar" dan terpanas kedua setelah Juli 2023.
Suhu di bulan Agustus diperkirakan sekitar 1,5 derajat Celcius lebih hangat dibandingkan rata-rata pra-industri.
Pada bulan Agustus juga terjadi suhu permukaan laut rata-rata bulanan tertinggi di dunia yang mencapai rekor 20,98 derajat Celcius.
“Planet kita baru saja mengalami musim panas terpanas yang pernah tercatat. Kerusakan iklim' telah dimulai” kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dalam sebuah pernyataan.
Badan Meteorologi itu menjelaskan bahwa fenomena pendinginan suhu atau yang dikenal La Nina kemungkinan besar akan berakhir, setelah terjadi selama tiga tahun sebagai bagian siklus alami cuaca.
Mereka pun mencatat dampak pemanasan global dari perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia.
Sementara negara di seluruh dunia telah berjanji untuk mengurangi emisi guna menjaga kenaikan suhu di bawah 1,5 derajat Celcius agar menghindari dampak terburuk dari perubahan iklim.
Dunia lebih panas sekitar 1,1 derajat Celcius dibandingkan periode sebelum Revolusi Industri pada 1750-1900, ketika manusia mulai menggunakan bahan bakar fosil dalam jumlah besar, dan melepaskan gas emisi ke atmosfer.
Suhu di Bumi pada tahun 2023 diperkirakan antara 1,08 derajat Celcius dan 1,32 derajat Celcius di atas rata-rata pra-industri atau sebelum Revolusi Industri.
Tahun terpanas sejak pencatatan dimulai pada 1850, terjadi pada tahun 2016 ketika ahli meteorologi mengatakan fenomena cuaca yang dikenal sebagai El Nino meningkatkan suhu global.
Namun tiga tahun ke belakang telah dipengaruhi oleh pola cuaca lain yang disebut La Nina, saat suhu laut yang lebih dingin dari rata-rata di Samudra Pasifik menurunkan suhu rata-rata global.
(wbs)