Pertama di Dunia, Pesawat Berbahan Bakar Hidrogen Cair Berhasil Mengudara
loading...
A
A
A
Namun, tantangannya, hidrogen cair memerlukan suhu kriogenik (sekitar -253°C), membuat kerumitan pengangkutan dan pengisian bahan bakar.
Pesawat HY4, yang terbuat dari serat kaca dan serat karbon, tidak akan diproduksi secara komersial. Langkah selanjutnya dari pihak H2FLY sekarang adalah meningkatkan sistem sel bahan bakar ke kapasitas megawatt. Sistem H2F-175 tidak hanya akan membuka jangkauan yang lebih jauh, tetapi juga ketinggian hingga 27.000 kaki.
Dalam kemitraan dengan Deutsche Aircraft, kedua pihak bermaksud melakukan retrofit pada demonstran Dornier 328 berkapasitas 30 kursi dengan sel bahan bakar hidrogen-listrik H2FLY dan memulai uji penerbangan pada 2025.
Salah satu pendiri dan CEO H2FLY, Dr Josef Kallo, memperkirakan bahwa sistem yang ditingkatkan akan mampu menggerakkan pesawat regional berkapasitas 40 kursi dengan jangkauan sekitar 2.000 km.
“Sebagai seorang insinyur, saya dapat mengatakan bahwa pesawat bertenaga hidrogen dengan 40 tempat duduk adalah masalah uang dan waktu. Setelah itu menjadi visioner,” kata Kallo.
Namun, ia juga menambahkan bahwa pengujian sejauh ini menunjukkan bahwa ada kemungkinan untuk meningkatkan powertrain hingga 4MW + 4MW, sehingga dapat menggerakkan pesawat lebih besar untuk 80 hingga 100 penumpang.
Hidrogen cair berpotensi menjadi game changer bagi penerbangan komersial. Hal lain yang dibutuhkan oleh penerbangan bertenaga hidrogen di masa depan selain bahan bakar, adalah infrastruktur. Untuk proyek ini, H2FLY telah bekerja sama dengan Air Liquide.
“Ini pertama kalinya kami membawa hidrogen cair untuk diisi bahan bakar di bandara komersial,” kata Pierre Crespi, Direktur Inovasi di Air Liquide Advanced Technologies.
Hidrogen cair tiba di Maribor dengan truk, mengikuti persyaratan keselamatan yang ketat dari pemerintah Slovenia.
Pesawat HY4, yang terbuat dari serat kaca dan serat karbon, tidak akan diproduksi secara komersial. Langkah selanjutnya dari pihak H2FLY sekarang adalah meningkatkan sistem sel bahan bakar ke kapasitas megawatt. Sistem H2F-175 tidak hanya akan membuka jangkauan yang lebih jauh, tetapi juga ketinggian hingga 27.000 kaki.
Dalam kemitraan dengan Deutsche Aircraft, kedua pihak bermaksud melakukan retrofit pada demonstran Dornier 328 berkapasitas 30 kursi dengan sel bahan bakar hidrogen-listrik H2FLY dan memulai uji penerbangan pada 2025.
Salah satu pendiri dan CEO H2FLY, Dr Josef Kallo, memperkirakan bahwa sistem yang ditingkatkan akan mampu menggerakkan pesawat regional berkapasitas 40 kursi dengan jangkauan sekitar 2.000 km.
“Sebagai seorang insinyur, saya dapat mengatakan bahwa pesawat bertenaga hidrogen dengan 40 tempat duduk adalah masalah uang dan waktu. Setelah itu menjadi visioner,” kata Kallo.
Namun, ia juga menambahkan bahwa pengujian sejauh ini menunjukkan bahwa ada kemungkinan untuk meningkatkan powertrain hingga 4MW + 4MW, sehingga dapat menggerakkan pesawat lebih besar untuk 80 hingga 100 penumpang.
Hidrogen cair berpotensi menjadi game changer bagi penerbangan komersial. Hal lain yang dibutuhkan oleh penerbangan bertenaga hidrogen di masa depan selain bahan bakar, adalah infrastruktur. Untuk proyek ini, H2FLY telah bekerja sama dengan Air Liquide.
“Ini pertama kalinya kami membawa hidrogen cair untuk diisi bahan bakar di bandara komersial,” kata Pierre Crespi, Direktur Inovasi di Air Liquide Advanced Technologies.
Hidrogen cair tiba di Maribor dengan truk, mengikuti persyaratan keselamatan yang ketat dari pemerintah Slovenia.