Iran Berencana Luncurkan Dua Satelit Komunikasi, AS Makin Khawatir
loading...
A
A
A
TEHERAN - Iran berencana meluncurkan dua satelit telekomunikasi yang diberi nama Nahid 1 dan Nahid 2. Kedua satelit ini dikembangkan Pusat Penelitian Luar Angkasa Iran (Iranian Space Research Center/ISRC).
Amerika Serikat (AS) telah berulang kali menyuarakan kekhawatirannya peluncuran tersebut dapat meningkatkan teknologi rudal balistik Iran. Termasuk potensi pengiriman hulu ledak nuklir.
Namun Iran menegaskan pihaknya tidak ingin membuat senjata nuklir dan peluncuran satelit serta roketnya hanya untuk tujuan sipil atau pertahanan.
“Satelit Nahid 1 dan Nahid 2 sedang dipersiapkan,” kata Menteri Telekomunikasi Iran Issa Zarepour seperti dikutip kantor berita resmi IRNA.
Nahid adalah nama yang diberikan untuk serangkaian satelit telekomunikasi yang dikembangkan oleh ISRC. “Kami akan meluncurkannya pada akhir tahun,” tambah Zarepour.
Pada awal November tahun lalu, televisi pemerintah Iran mengumumkan peluncuran suborbital yang sukses dari peluncur satelit bernama Ghaem-100.
Roket Ghaem-100 diproduksi oleh organisasi kedirgantaraan Korps Garda Revolusi Islam dan merupakan peluncur satelit berbahan bakar padat tiga tahap pertama Iran.
Iran berhasil menempatkan satelit militer pertamanya ke orbit pada April 2020, yang mendapat teguran keras dari Washington.
Pada bulan Agustus tahun ini, satelit Iran lainnya, bernama Khayyam, diluncurkan oleh Rusia dengan roket Soyuz-2.1b dari Kosmodrom Baikonur di Kazakhstan. Badan antariksa Iran mengatakan perangkat tersebut dibuat oleh Rusia di bawah pengawasan Iran.
Saat itu AS menuduh bahwa Khayyam akan memungkinkan kemampuan mata-mata yang signifikan dan bahwa aliansi Rusia-Iran yang semakin mendalam merupakan ancaman besar bagi dunia.
Badan antariksa Iran menolak tuduhan tersebut. Mereka menegaskan tujuan satelit Khayyam untuk “memantau perbatasan negara,” dan membantu pengelolaan sumber daya alam dan pertanian.
Amerika Serikat (AS) telah berulang kali menyuarakan kekhawatirannya peluncuran tersebut dapat meningkatkan teknologi rudal balistik Iran. Termasuk potensi pengiriman hulu ledak nuklir.
Namun Iran menegaskan pihaknya tidak ingin membuat senjata nuklir dan peluncuran satelit serta roketnya hanya untuk tujuan sipil atau pertahanan.
“Satelit Nahid 1 dan Nahid 2 sedang dipersiapkan,” kata Menteri Telekomunikasi Iran Issa Zarepour seperti dikutip kantor berita resmi IRNA.
Nahid adalah nama yang diberikan untuk serangkaian satelit telekomunikasi yang dikembangkan oleh ISRC. “Kami akan meluncurkannya pada akhir tahun,” tambah Zarepour.
Pada awal November tahun lalu, televisi pemerintah Iran mengumumkan peluncuran suborbital yang sukses dari peluncur satelit bernama Ghaem-100.
Roket Ghaem-100 diproduksi oleh organisasi kedirgantaraan Korps Garda Revolusi Islam dan merupakan peluncur satelit berbahan bakar padat tiga tahap pertama Iran.
Iran berhasil menempatkan satelit militer pertamanya ke orbit pada April 2020, yang mendapat teguran keras dari Washington.
Pada bulan Agustus tahun ini, satelit Iran lainnya, bernama Khayyam, diluncurkan oleh Rusia dengan roket Soyuz-2.1b dari Kosmodrom Baikonur di Kazakhstan. Badan antariksa Iran mengatakan perangkat tersebut dibuat oleh Rusia di bawah pengawasan Iran.
Saat itu AS menuduh bahwa Khayyam akan memungkinkan kemampuan mata-mata yang signifikan dan bahwa aliansi Rusia-Iran yang semakin mendalam merupakan ancaman besar bagi dunia.
Badan antariksa Iran menolak tuduhan tersebut. Mereka menegaskan tujuan satelit Khayyam untuk “memantau perbatasan negara,” dan membantu pengelolaan sumber daya alam dan pertanian.
(wib)