Mengenal Siklon Tropis Koinu serta Dampaknya, Fenomena Alam yang Dapat Memunculkan Badai Besar
loading...
A
A
A
JAKARTA - Siklon Tropis Koinu menjadi salah satu fenomena alam yang dapat memengaruhi cuaca di sejumlah wilayah Indonesia. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika ( BMKG ) menyebutkan bahwa fenomena ini dapat menimbulkan cuaca ekstrem seperti hujan lebat dan gelombang tinggi.
Dilansir dari jurnal bertajuk "Karakteristik dan Dampak Siklon Tropis yang Tumbuh di Sekitar Wilayah Indonesia", siklon tropis merupakan badai dengan kekuatan besar dengan rata-rata radius siklon tropis mencapai 150 hingga 200 km.
Siklon tropis terbentuk di atas lautan luas yang umumnya mempunyai suhu permukaan air laut hangat, lebih dari 26,5 derajat celcius. Fenomena ini ditandai dengan munculnya angin kencang yang berputar di dekat pusatnya mempunyai kecepatan angin lebih dari 63 km/jam.
Siklon tropis dikenal dengan berbagai istilah di muka bumi, yaitu “badai tropis” atau “typhoon” atau “topan” jika terbentuk di Samudra Pasifik Barat. Kemudian “siklon” atau “cyclone” jika terbentuk di sekitar India atau Australia, dan “hurricane” jika terbentuk di Samudra Atlantik.
Dari penjelasan tersebut maka sudah bisa diambil kesimpulan bahwa Siklon Tropis Koinu merupakan fenomena alam skala regional yang muncul di samudera tropis.
Siklon Tropis Koinu telah terpantau berada di Laut Filipina sebelah timur Filipina, tepatnya di sekitar 18.3 derajat Lintang Utara dan 128.4 derajat Bujur Timur menurut laporan BMKG.
BMKG juga menyebutkan bahwa Siklon Tropis Koinu diperkirakan akan meningkat dalam 24 jam ke depan dan bergerak ke arah barat laut.
Dari laporan tersebut, BMKG menghimbau dampak tidak langsung dari Siklon Tropis Koinu. Kemungkinan akan terjadi hujan sedang hingga lebat disertai kilat atau petir dan angin kencang di wilayah Kalimantan Utara bagian utara.
Ada pula potensi gelombang laut dengan tinggi 1.25 hingga 2.5 meter di perairan Kepulauan Sangihe hingga Talaud, Perairan Kepulauan Sitaro, Perairan Bitung hingga Likupang, Laut Maluku again Utara, Perairan Utara Halmahera, dan Samudra Pasifik Utara Halmahera.
Imbauan yang diberikan BMKG tersebut itu memang berkaitan dengan dampak Siklon Tropis pada umumnya, yakni adanya hujan lebat disertai gelombang tinggi.
Siklon tropis memang menimbulkan dampak yang sangat besar pada tempat-tempat yang dilaluinya. Sebab, ukurannya yang sangat besar serta angin kencang dan gumpalan awan yang dimilikinya.
Dampak siklon tropis bisa berupa angin kencang, hujan deras yang terus menerus, bahkan berhari-hari yang dapat mengakibatkan terjadinya banjir, gelombang tinggi, dan gelombang badai (storm surge).
Dampak siklon tropis di laut akan menimbulkan gelombang tinggi, hujan deras disertai angin kencang, mengganggu pelayaran internasional, dan berpotensi untuk menenggelamkan kapal. Siklon tropis juga bisa memutar air sehingga akan menimbulkan gelombang laut yang sangat tinggi.
Meskipun wilayah Indonesia bukan merupakan daerah pembentukan badai/siklon tropis, tetapi posisi geografisnya berbatasan dengan daerah pembentukan dan lintasan siklon tropis.
Oleh karena itu, siklon tropis berpengaruh terhadap kondisi cuaca di wilayah Indonesia. Ini dapat terjadi di luar periode yang semestinya, misalnya seperti hujan lebat di musim kemarau.
Dilansir dari jurnal bertajuk "Karakteristik dan Dampak Siklon Tropis yang Tumbuh di Sekitar Wilayah Indonesia", siklon tropis merupakan badai dengan kekuatan besar dengan rata-rata radius siklon tropis mencapai 150 hingga 200 km.
Siklon tropis terbentuk di atas lautan luas yang umumnya mempunyai suhu permukaan air laut hangat, lebih dari 26,5 derajat celcius. Fenomena ini ditandai dengan munculnya angin kencang yang berputar di dekat pusatnya mempunyai kecepatan angin lebih dari 63 km/jam.
Siklon tropis dikenal dengan berbagai istilah di muka bumi, yaitu “badai tropis” atau “typhoon” atau “topan” jika terbentuk di Samudra Pasifik Barat. Kemudian “siklon” atau “cyclone” jika terbentuk di sekitar India atau Australia, dan “hurricane” jika terbentuk di Samudra Atlantik.
Dari penjelasan tersebut maka sudah bisa diambil kesimpulan bahwa Siklon Tropis Koinu merupakan fenomena alam skala regional yang muncul di samudera tropis.
Siklon Tropis Koinu
Siklon Tropis Koinu telah terpantau berada di Laut Filipina sebelah timur Filipina, tepatnya di sekitar 18.3 derajat Lintang Utara dan 128.4 derajat Bujur Timur menurut laporan BMKG.
BMKG juga menyebutkan bahwa Siklon Tropis Koinu diperkirakan akan meningkat dalam 24 jam ke depan dan bergerak ke arah barat laut.
Dari laporan tersebut, BMKG menghimbau dampak tidak langsung dari Siklon Tropis Koinu. Kemungkinan akan terjadi hujan sedang hingga lebat disertai kilat atau petir dan angin kencang di wilayah Kalimantan Utara bagian utara.
Ada pula potensi gelombang laut dengan tinggi 1.25 hingga 2.5 meter di perairan Kepulauan Sangihe hingga Talaud, Perairan Kepulauan Sitaro, Perairan Bitung hingga Likupang, Laut Maluku again Utara, Perairan Utara Halmahera, dan Samudra Pasifik Utara Halmahera.
Dampak Siklon Tropis Koinu
Imbauan yang diberikan BMKG tersebut itu memang berkaitan dengan dampak Siklon Tropis pada umumnya, yakni adanya hujan lebat disertai gelombang tinggi.
Siklon tropis memang menimbulkan dampak yang sangat besar pada tempat-tempat yang dilaluinya. Sebab, ukurannya yang sangat besar serta angin kencang dan gumpalan awan yang dimilikinya.
Dampak siklon tropis bisa berupa angin kencang, hujan deras yang terus menerus, bahkan berhari-hari yang dapat mengakibatkan terjadinya banjir, gelombang tinggi, dan gelombang badai (storm surge).
Dampak siklon tropis di laut akan menimbulkan gelombang tinggi, hujan deras disertai angin kencang, mengganggu pelayaran internasional, dan berpotensi untuk menenggelamkan kapal. Siklon tropis juga bisa memutar air sehingga akan menimbulkan gelombang laut yang sangat tinggi.
Meskipun wilayah Indonesia bukan merupakan daerah pembentukan badai/siklon tropis, tetapi posisi geografisnya berbatasan dengan daerah pembentukan dan lintasan siklon tropis.
Oleh karena itu, siklon tropis berpengaruh terhadap kondisi cuaca di wilayah Indonesia. Ini dapat terjadi di luar periode yang semestinya, misalnya seperti hujan lebat di musim kemarau.
(okt)