Ilmuwan Kaget, Bangsa Babilonia Gunakan Rumus Matematika Segitiga 1000 Tahun Sebelum Pythagoras
loading...
A
A
A
LONDON - Penemuan terbaru berupa tablet Babilonia kuno berasal dari tahun 1800 dan 1600 SM yang memuat teori Pythagoras membuat para ilmuwan bingung. Ini berarti bangsa Babilonia kuno telah mengenal rumus menghitung segitiga lebih awal 1000 tahun, sebelum teori Pythagoras ditemukan filsuf Yunani kuno pada tahun 570 SM.
Bukti tersebut diterjemahkan dari tablet Babilonia kuno berupa lempengan tanah liat berlabel YBC 7289. Tablet kuno ini menggunakan prinsip teorema Pythagoras untuk menghitung panjang diagonal di dalam persegi panjang.
“Ada bukti nyata (lempengan tanah liat) yang tidak dapat disangkal menunjukkan bahwa Teorema Pythagoras ditemukan dan dibuktikan oleh ahli matematika Babilonia 1000 tahun sebelum Pythagoras lahir,” kata Matematikawan Bruce Ratner, dari Universitas Rutgers dikutip SINDOnews dari laman Daily Mail, Kamis (5/10/2023).
Ratner mempublikasikan penelitiannya di Journal of Targeting, Measurement and Analysis for Marketing pada tahun 2009, namun penelitian tersebut dimuat kembali secara online. Ratner yang melakukan penelitian ini, memiliki gelar Ph.D. dalam Statistik Matematika dan Probabilitas dari Universitas Rutgers.
Ratner menganalisis tablet YBC 7289 yang ditemukan di Mesopotamia selatan dan disimpan di Universitas Yale. Tablet ini memiliki tanda yang terukir di seluruh bagiannya, menunjukkan persegi miring dan dua diagonalnya, dengan beberapa tanda terukir di sepanjang satu sisi dan di bawah diagonal horizontal.
Ratner memplot angka dengan menerjemahkan dari basis 60, sistem penghitungan yang digunakan oleh orang Babilonia kuno. Basis 60, juga dikenal sebagai sexagesimal, adalah sistem angka yang menggunakan 60 sebagai basisnya, bukan basis 10 (desimal) yang umum kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam sistem basis 60, bilangan direpresentasikan menggunakan 60 simbol atau angka berbeda, seperti cara kita menggunakan angka 0-9 dalam sistem desimal. Ini digunakan untuk mengukur waktu, koordinat plot dan konsep dalam trigonometri.
Dia menjelaskan dalam penelitiannya bahwa ada dua faktor pada tablet yang sangat signifikan. Pertama adalah penandaan yang membuktikan bahwa orang Babilonia tahu cara menghitung akar kuadrat suatu bilangan dengan akurasi yang luar biasa.
Kedua, pencipta tablet yang tidak dikenal ini memahami metode komputasi sederhana hampir 4.000 tahun yang lalu. Caranya dengan mengalikan sisi persegi dengan akar kuadrat dua.
“Dari sini, seseorang memperoleh penggunaan di zaman modern yaitu 60 detik dalam satu menit, 60 menit dalam satu jam, dan 360 (60 × 6) derajat dalam lingkaran,” katanya.
Tentu menjadi pertanyaan menarik, benarkah Pythagoras, filsuf Yunani kuno, yang lahir pada tahun 570 SM, sebagai penemu rumus matematika untuk menghitung sisi segitiga?
Bukti tersebut diterjemahkan dari tablet Babilonia kuno berupa lempengan tanah liat berlabel YBC 7289. Tablet kuno ini menggunakan prinsip teorema Pythagoras untuk menghitung panjang diagonal di dalam persegi panjang.
“Ada bukti nyata (lempengan tanah liat) yang tidak dapat disangkal menunjukkan bahwa Teorema Pythagoras ditemukan dan dibuktikan oleh ahli matematika Babilonia 1000 tahun sebelum Pythagoras lahir,” kata Matematikawan Bruce Ratner, dari Universitas Rutgers dikutip SINDOnews dari laman Daily Mail, Kamis (5/10/2023).
Ratner mempublikasikan penelitiannya di Journal of Targeting, Measurement and Analysis for Marketing pada tahun 2009, namun penelitian tersebut dimuat kembali secara online. Ratner yang melakukan penelitian ini, memiliki gelar Ph.D. dalam Statistik Matematika dan Probabilitas dari Universitas Rutgers.
Ratner menganalisis tablet YBC 7289 yang ditemukan di Mesopotamia selatan dan disimpan di Universitas Yale. Tablet ini memiliki tanda yang terukir di seluruh bagiannya, menunjukkan persegi miring dan dua diagonalnya, dengan beberapa tanda terukir di sepanjang satu sisi dan di bawah diagonal horizontal.
Ratner memplot angka dengan menerjemahkan dari basis 60, sistem penghitungan yang digunakan oleh orang Babilonia kuno. Basis 60, juga dikenal sebagai sexagesimal, adalah sistem angka yang menggunakan 60 sebagai basisnya, bukan basis 10 (desimal) yang umum kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam sistem basis 60, bilangan direpresentasikan menggunakan 60 simbol atau angka berbeda, seperti cara kita menggunakan angka 0-9 dalam sistem desimal. Ini digunakan untuk mengukur waktu, koordinat plot dan konsep dalam trigonometri.
Dia menjelaskan dalam penelitiannya bahwa ada dua faktor pada tablet yang sangat signifikan. Pertama adalah penandaan yang membuktikan bahwa orang Babilonia tahu cara menghitung akar kuadrat suatu bilangan dengan akurasi yang luar biasa.
Kedua, pencipta tablet yang tidak dikenal ini memahami metode komputasi sederhana hampir 4.000 tahun yang lalu. Caranya dengan mengalikan sisi persegi dengan akar kuadrat dua.
“Dari sini, seseorang memperoleh penggunaan di zaman modern yaitu 60 detik dalam satu menit, 60 menit dalam satu jam, dan 360 (60 × 6) derajat dalam lingkaran,” katanya.
Tentu menjadi pertanyaan menarik, benarkah Pythagoras, filsuf Yunani kuno, yang lahir pada tahun 570 SM, sebagai penemu rumus matematika untuk menghitung sisi segitiga?
(wib)