Mengenal Turbulensi di Pesawat, Bisakah Bikin Kecelakaan?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sebagian orang yang bepergian menggunakan pesawat pasti pernah merasakah turbulensi atau guncangan saat berada di ketinggian. Sebenarnya apa itu turbulensi? Dan apakah bisa membuat pesawat terjatuh?
Turbulensi sendiri merupakan guncangan yang terjadi di pesawat saat aliran udara berubah secara drastis, seperti melewati cuaca buruk, aliran jet, angin, area pegunungan, menembus awan. Namun, pesawat sudah didesain sedemikian rupa agar aman saat melewati turbulensi.
Melansir Weather.gov, intensitas turbulensi juga terbagi dalam beberapa kategori, yakni light, moderate, severe, dan extreme. Tetapi, seluruh intensitas tersebut tidak dapat membuat pesawat jatuh, meski bisa menyebabkan kerusakan.
Sebenarnya, turbulensi juga dapat terdeteksi oleh pilot melalui radar dan juga informasi dari Air Traffic Control (ATC).
Namun, ada satu turbulensi yang tak dapat terdeteksi, yaitu Clear Air Turbulence (CAT), yang cukup berbahaya karena bisa membuat pesawat tiba-tiba alami guncangan.
Ahli meteorologi mengandalkan berbagai algoritme, satelit, dan sistem radar yang berbeda untuk menghasilkan prakiraan penerbangan terperinci untuk kondisi seperti udara dingin, kecepatan angin, badai petir, dan turbulensi. Mereka menandai di mana dan kapan turbulensi mungkin terjadi.
Dengan menggunakan prakiraan ini, selain panduan dari ATC, pilot berupaya melewati area yang bergejolak dengan menyesuaikan ketinggian untuk mendapatkan penerbangan yang paling mulus.
Hal ini berarti terbang lebih tinggi atau lebih rendah dari ketinggian yang diperkirakan akan terjadi turbulensi, dan berpotensi membakar lebih banyak bahan bakar daripada perkiraan awal. Ini menjadi sebuah upaya yang bisa memakan banyak biaya perjalanan.
Robert Sumwalt, Kepala Pusat Keselamatan Penerbangan di Embry-Riddle Aeronautical University, menekankan bahwa tidak mungkin mencegah atau memprediksi semua turbulensi.
“Selalu ada kemungkinan terjadinya situasi buruk yang tidak terduga. Umumnya hal itu tidak akan menyakiti Anda dan tidak akan membuat sayap pesawat terlepas,” kata Sumwalt dikutip dari New York Times.
Meski tak berbahaya, turbulensi bisa menyebabkan risiko, seperti terpental apabila tidak memakai sabuk pengaman, kepala terbentur, apabila bagasi diatas kepala tidak tertutup barang-barang yang ada di dalamnya bisa terjatuh dan melukai penumpang, dan barang yang diatas meja lipatberhamburan.
Turbulensi sendiri merupakan guncangan yang terjadi di pesawat saat aliran udara berubah secara drastis, seperti melewati cuaca buruk, aliran jet, angin, area pegunungan, menembus awan. Namun, pesawat sudah didesain sedemikian rupa agar aman saat melewati turbulensi.
Melansir Weather.gov, intensitas turbulensi juga terbagi dalam beberapa kategori, yakni light, moderate, severe, dan extreme. Tetapi, seluruh intensitas tersebut tidak dapat membuat pesawat jatuh, meski bisa menyebabkan kerusakan.
Sebenarnya, turbulensi juga dapat terdeteksi oleh pilot melalui radar dan juga informasi dari Air Traffic Control (ATC).
Namun, ada satu turbulensi yang tak dapat terdeteksi, yaitu Clear Air Turbulence (CAT), yang cukup berbahaya karena bisa membuat pesawat tiba-tiba alami guncangan.
Ahli meteorologi mengandalkan berbagai algoritme, satelit, dan sistem radar yang berbeda untuk menghasilkan prakiraan penerbangan terperinci untuk kondisi seperti udara dingin, kecepatan angin, badai petir, dan turbulensi. Mereka menandai di mana dan kapan turbulensi mungkin terjadi.
Dengan menggunakan prakiraan ini, selain panduan dari ATC, pilot berupaya melewati area yang bergejolak dengan menyesuaikan ketinggian untuk mendapatkan penerbangan yang paling mulus.
Hal ini berarti terbang lebih tinggi atau lebih rendah dari ketinggian yang diperkirakan akan terjadi turbulensi, dan berpotensi membakar lebih banyak bahan bakar daripada perkiraan awal. Ini menjadi sebuah upaya yang bisa memakan banyak biaya perjalanan.
Robert Sumwalt, Kepala Pusat Keselamatan Penerbangan di Embry-Riddle Aeronautical University, menekankan bahwa tidak mungkin mencegah atau memprediksi semua turbulensi.
“Selalu ada kemungkinan terjadinya situasi buruk yang tidak terduga. Umumnya hal itu tidak akan menyakiti Anda dan tidak akan membuat sayap pesawat terlepas,” kata Sumwalt dikutip dari New York Times.
Meski tak berbahaya, turbulensi bisa menyebabkan risiko, seperti terpental apabila tidak memakai sabuk pengaman, kepala terbentur, apabila bagasi diatas kepala tidak tertutup barang-barang yang ada di dalamnya bisa terjatuh dan melukai penumpang, dan barang yang diatas meja lipatberhamburan.
(dan)