Penjelasan Ilmiah Fenomena Kabut Tebal di Laut Selatan Jawa

Senin, 23 Oktober 2023 - 09:14 WIB
loading...
Penjelasan Ilmiah Fenomena Kabut Tebal di Laut Selatan Jawa
Ombak besar di perairan selatan Jawa di Sukabumi. (Foto: Dok SINDOnews)
A A A
JAKARTA - Fenomena kabut tebal menyelimuti kawasan perairan laut selatan Gunungkidul pada Minggu (22/10/2023), memicu beragam spekulasi di masyarakat.

Yang jelas, akibat kabut tebal ini nelayan enggan melaut lantaran khawatir keselamannya. Kekhawatiran ini bukan tanpa alasan lantaran salah seorang nelayan di Pantai Ngrenehan meninggal dunia setelah perahunya menabrak karang.

Kabut tebal di perairan laut selatan mulai muncul sejak pagi hari. Kabut pun semakin pekat saat jam menunjukkan pukul 14.00 WIB dan semakin parah pada sore hari. "Suasananya seperti pagi hari berkabut habis hujan itu," tutur Sekretaris SAR Satlinmas Wilayah 2, Surisdiyanto.

Suris mengatakan, fenomena ini sebenarnya sudah sering terjadi. Setiap puncak musim kemarau, fenomena kabut selalu muncul di perairan selatan Gunungkidul. Namun belakangan, intensitasnya semakin meningkat. "Kondisi ini tentu membahayakan bagi para nelayan yang melaut," kata dia.



Seringkali nelayan kesulitan menentukan arah pulang ke daratan karena memang tidak bisa melihat langsung ke daratan. Bahkan lampu Mercu suar yang terpasang sebagai petunjuk juga seringkali tidak terlihat dari lautan.
Kabut tebal juga melanda wilayah perairan Kabupaten Bantul, wilayah Kabupaten Sleman dan beberapa tempat lain di perairan selatan Jawa.

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika BMKG DIY Reny Kraningtyas menjelaskan kabut tersebut merupakan fenomena alam yang tidak bisa dihindari. "Penerbangan juga harus waspada," ujarnya.

Dia menjelaskan kabut adalah semacam awan yang berada di permukaan bumi namun tidak menyebabkan hujan. Hal itu bisa karena kelembaban udara yang cukup tinggi yaitu mendekati 100 persen. Namun jika menyebabkan hujan biasanya berada lebih tinggi lagi.

Kelembaban saat ini sudah berada di atas 95 persen atau dikatakan sangat lembab. Kemudian suhu udara juga sangat dingin sehingga terjadilah kabut. Kabut tersebut bisa terjadi kapanpun baik siang ataupun malam.



Namun, seiring dengan peningkatan suhu dan munculnya sinar matahari maka kabut ini akan memudar. Kabut ini terjadi karena kondensasi atau titik-titik air yang berada di permukaan bumi karena kelembaban yang tinggi dan suhu yang rendah. "kabut ini bisa terjadi di mana saja terutama itu di perairan laut selatan," tuturnya.

Hal ini bisa terjadi pada saat musim kemarau karena sinar matahari yang masuk ke bumi kemudian dipantulkan kembali energinya terlepas semua sehingga suhunya menjadi dingin sekali. Dan kalau orang Jawa Itu bilangnya bediding.

"Jika suhu udara sangat dingin kemudian di area tersebut kelembabannya cukup tinggi, maka bisa memicu terjadinya kabut," katanya.
(msf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1347 seconds (0.1#10.140)