Gravitasi Kuat Lindungi Bumi dari Ancaman Tabrakan dengan Asteroid
loading...
A
A
A
STOCKHOLM - Gravitasi yang kuat ternyata mampu melindungi Bumi dari ancaman tabrakan dahsyat dengan batuan luar angkasa, seperti asteroid. Meskipun setiap tahun puluhan asteroid mendekat ke Bumi dibandingkan dengan bulan, namun tabrakan dahsyat sangat jarang terjadi.
Massa planet Bumi dan bulan yang sangat besar mengerahkan gaya gravitasi yang sangat besar juga pada benda-benda di dekatnya. Perbedaan gravitasi yang dialami benda-benda ini, disebut gaya pasang surut.
Gaya pasang surut yang dihasilkan oleh Bumi diperkirakan membantu mengatasi ancaman tabrakan dengan asteroid besar. Namun, gaya pasang surut ini juga menimbulkan masalah karena menghasilkan lebih banyak asteroid dekat Bumi (near-Earth asteroid/NEA) berukuran kecil yang kemungkinan dapat menabrak Bumi.
Hanya saja jangan panik karena fragmen ini berdiameter lebih kecil dari 0,6 mil atau 1 kilometer. Asteroid ini tidak menimbulkan ancaman besar sampai pada tingkat kepunahan. Dua peristiwa tumbukan asteroid terbesar yang menghantam Bumi terjadi di Tunguska dan Chelyabinsk.
Untuk mengatasi ancaman asteroid kecil ini, ilmuwan mengusulkan menggunakan prediksi lintasan setelah asteroid besar pecah menjadi ukuran yang lebih kecil. Mikael Granvik, ilmuwan planet di Universitas Teknologi Luleå Swedia, yang lama mengamati asteroid dekat Bumi (NEA) yang terkoyak secara gravitasi mengusulkan ide baru ini.
Granvik dan rekan-rekannya membandingkan hasil model mereka dengan pengamatan asteroid selama tujuh tahun yang dikumpulkan oleh Catalina Sky Survey. Sebuah program berbasis teleskop Arizona yang didanai NASA untuk mendeteksi NEA atau asteroid dekat Bumi.
Granvik menyadari bahwa asteroid-asteroid aneh ini bisa jadi merupakan pecahan asteroid yang lebih besar yang mengalami gangguan pasang surut. Granvik dan rekannya Kevin Walsh, peneliti di Southwest Research Institute di Colorado, menyebutkan pecahan asteroid kehilangan antara 50% dan 90% massanya, sehingga menghasilkan aliran fragmen.
Sekarang, model mereka dengan tepat memperhitungkan asteroid yang sebelumnya tidak dapat dijelaskan, menunjukkan bahwa asteroid tersebut tercipta oleh gangguan pasang surut. Mereka menggambarkan temuan tersebut dalam studi baru, yang telah diterima untuk dipublikasikan di The Astrophysical Journal Letters dan tersedia di database pracetak arXiv.
“Meskipun sulit ditemukan, kombinasi beberapa pecahan asteroid akan menghasilkan tanda yang dapat kami identifikasi,” kata Granvik dikutip SINDOnews dari laman Space, Selasa (2/1/2024).
Simulasi tambahan menunjukkan pecahan-pecahan tersebut bertahan dalam waktu yang sangat lama. Rata-rata bisa berlangsung selama 9 juta tahun sebelum bertabrakan dengan matahari atau planet atau dikeluarkan dari tata surya.
Massa planet Bumi dan bulan yang sangat besar mengerahkan gaya gravitasi yang sangat besar juga pada benda-benda di dekatnya. Perbedaan gravitasi yang dialami benda-benda ini, disebut gaya pasang surut.
Gaya pasang surut yang dihasilkan oleh Bumi diperkirakan membantu mengatasi ancaman tabrakan dengan asteroid besar. Namun, gaya pasang surut ini juga menimbulkan masalah karena menghasilkan lebih banyak asteroid dekat Bumi (near-Earth asteroid/NEA) berukuran kecil yang kemungkinan dapat menabrak Bumi.
Hanya saja jangan panik karena fragmen ini berdiameter lebih kecil dari 0,6 mil atau 1 kilometer. Asteroid ini tidak menimbulkan ancaman besar sampai pada tingkat kepunahan. Dua peristiwa tumbukan asteroid terbesar yang menghantam Bumi terjadi di Tunguska dan Chelyabinsk.
Untuk mengatasi ancaman asteroid kecil ini, ilmuwan mengusulkan menggunakan prediksi lintasan setelah asteroid besar pecah menjadi ukuran yang lebih kecil. Mikael Granvik, ilmuwan planet di Universitas Teknologi Luleå Swedia, yang lama mengamati asteroid dekat Bumi (NEA) yang terkoyak secara gravitasi mengusulkan ide baru ini.
Granvik dan rekan-rekannya membandingkan hasil model mereka dengan pengamatan asteroid selama tujuh tahun yang dikumpulkan oleh Catalina Sky Survey. Sebuah program berbasis teleskop Arizona yang didanai NASA untuk mendeteksi NEA atau asteroid dekat Bumi.
Granvik menyadari bahwa asteroid-asteroid aneh ini bisa jadi merupakan pecahan asteroid yang lebih besar yang mengalami gangguan pasang surut. Granvik dan rekannya Kevin Walsh, peneliti di Southwest Research Institute di Colorado, menyebutkan pecahan asteroid kehilangan antara 50% dan 90% massanya, sehingga menghasilkan aliran fragmen.
Sekarang, model mereka dengan tepat memperhitungkan asteroid yang sebelumnya tidak dapat dijelaskan, menunjukkan bahwa asteroid tersebut tercipta oleh gangguan pasang surut. Mereka menggambarkan temuan tersebut dalam studi baru, yang telah diterima untuk dipublikasikan di The Astrophysical Journal Letters dan tersedia di database pracetak arXiv.
“Meskipun sulit ditemukan, kombinasi beberapa pecahan asteroid akan menghasilkan tanda yang dapat kami identifikasi,” kata Granvik dikutip SINDOnews dari laman Space, Selasa (2/1/2024).
Simulasi tambahan menunjukkan pecahan-pecahan tersebut bertahan dalam waktu yang sangat lama. Rata-rata bisa berlangsung selama 9 juta tahun sebelum bertabrakan dengan matahari atau planet atau dikeluarkan dari tata surya.
(wib)