Keunikan Semut Matabele yang Diulas di Netflix, Obati Rekannya dengan Antibiotik
loading...
A
A
A
JAKARTA - Semut Matabele (Megaponera analis) yang tersebar luas di selatan Sahara memiliki banyak keunikan. Nama semut ini berasal dari suku Afrika yang buas dan gemar menghancurkan segala sesuatu pada era 1880an. Semut ini sama kuat dan agresifnya.
Dalam kesehariannya, semut Matabele makan rayap dan melakukan ekspedisi berburu berbahaya yang menantang maut. Tak jarang mereka terluka saat berburu, namun belakangan terungkap semut ini punya kemampuan tinggi dalam pengobatan.
Kehidupan semut Matabele ditampilkan dalam dokumen delapan bagian Life on Our Planet di Netflix. Adegan tentang semut ini difilmkan pada tahun 2021 di stasiun penelitian Universitas Würzburg di Pantai Gading. Mereka fokus pada habitat alami semut dan sarang buatan di stasiun tersebut.
Dilansir dari ZME Science, Jumat (5/1/2024), hasil penelitian terbaru mengungkap semut Matabele telah mengembangkan sistem perawatan kesehatan yang rumit. Para peneliti dari Jerman menemukan semut ini dapat membedakan antara luka yang tidak terinfeksi dan terinfeksi, dan merawat yang terinfeksi dengan efisien menggunakan antibiotik yang mereka hasilkan sendiri.
"Analisis kimia menunjukkan profil hidrokarbon pada cuticle semut berubah akibat infeksi luka," kata Erik Frank, peneliti dari Julius-Maximilians-Universität (JMU) Würzburg.
Semut ini dapat mengidentifikasi perubahan ini dengan akurat, memungkinkan mereka untuk menilai status infeksi.
Sebuah studi pada 2018 juga menemukan semut Matabele membawa pulang rekannya yang terluka setelah menyerang rayap, dan kemudian merawat mereka di sarang, memegang anggota tubuh yang sakit dengan mandibula dan kaki depan sambil menjilati luka. Ini adalah hewan non-manusia pertama secara sistematis merawat yang terluka hingga sembuh.
Studi sebelumnya yang mengungkap perilaku menarik ini tidak meneliti bagaimana penyembuhan terjadi. Hal inilah yang sekarang diketahui para peneliti. Semut ini mengaplikasikan senyawa antimikroba dan protein ke luka yang terinfeksi. Mereka mengambil antibiotik ini dari kelenjar yang terletak di samping thorax. Sekresinya memiliki lebih dari 110 komponen, setengah dari jumlah tersebut memiliki efek penyembuhan luka.
Pengaplikasian senyawa ini adalah terapi yang sangat efektif. Tingkat kematian individu yang terinfeksi berkurang hingga 90 persen, seperti yang ditemukan para peneliti. Mereka percaya hal ini memiliki implikasi medis, karena patogen utama yang ditemukan di luka semut, yang disebut Pseudomonas aeruginosa, juga merupakan penyebab infeksi utama pada manusia, dengan beberapa strain yang tahan terhadap antibiotik.
Tim peneliti sekarang mengeksplorasi perilaku perawatan luka pada spesies semut lainnya dan hewan sosial lainnya. Mereka juga ingin mengidentifikasi dan menganalisis antibiotik yang digunakan oleh semut Matabele bekerja sama dengan kelompok penelitian kimia. Mereka berpendapat hal ini bisa mengarah pada penemuan antibiotik baru yang dapat digunakan pada manusia.
Dalam kesehariannya, semut Matabele makan rayap dan melakukan ekspedisi berburu berbahaya yang menantang maut. Tak jarang mereka terluka saat berburu, namun belakangan terungkap semut ini punya kemampuan tinggi dalam pengobatan.
Kehidupan semut Matabele ditampilkan dalam dokumen delapan bagian Life on Our Planet di Netflix. Adegan tentang semut ini difilmkan pada tahun 2021 di stasiun penelitian Universitas Würzburg di Pantai Gading. Mereka fokus pada habitat alami semut dan sarang buatan di stasiun tersebut.
Dilansir dari ZME Science, Jumat (5/1/2024), hasil penelitian terbaru mengungkap semut Matabele telah mengembangkan sistem perawatan kesehatan yang rumit. Para peneliti dari Jerman menemukan semut ini dapat membedakan antara luka yang tidak terinfeksi dan terinfeksi, dan merawat yang terinfeksi dengan efisien menggunakan antibiotik yang mereka hasilkan sendiri.
"Analisis kimia menunjukkan profil hidrokarbon pada cuticle semut berubah akibat infeksi luka," kata Erik Frank, peneliti dari Julius-Maximilians-Universität (JMU) Würzburg.
Semut ini dapat mengidentifikasi perubahan ini dengan akurat, memungkinkan mereka untuk menilai status infeksi.
Sebuah studi pada 2018 juga menemukan semut Matabele membawa pulang rekannya yang terluka setelah menyerang rayap, dan kemudian merawat mereka di sarang, memegang anggota tubuh yang sakit dengan mandibula dan kaki depan sambil menjilati luka. Ini adalah hewan non-manusia pertama secara sistematis merawat yang terluka hingga sembuh.
Studi sebelumnya yang mengungkap perilaku menarik ini tidak meneliti bagaimana penyembuhan terjadi. Hal inilah yang sekarang diketahui para peneliti. Semut ini mengaplikasikan senyawa antimikroba dan protein ke luka yang terinfeksi. Mereka mengambil antibiotik ini dari kelenjar yang terletak di samping thorax. Sekresinya memiliki lebih dari 110 komponen, setengah dari jumlah tersebut memiliki efek penyembuhan luka.
Pengaplikasian senyawa ini adalah terapi yang sangat efektif. Tingkat kematian individu yang terinfeksi berkurang hingga 90 persen, seperti yang ditemukan para peneliti. Mereka percaya hal ini memiliki implikasi medis, karena patogen utama yang ditemukan di luka semut, yang disebut Pseudomonas aeruginosa, juga merupakan penyebab infeksi utama pada manusia, dengan beberapa strain yang tahan terhadap antibiotik.
Tim peneliti sekarang mengeksplorasi perilaku perawatan luka pada spesies semut lainnya dan hewan sosial lainnya. Mereka juga ingin mengidentifikasi dan menganalisis antibiotik yang digunakan oleh semut Matabele bekerja sama dengan kelompok penelitian kimia. Mereka berpendapat hal ini bisa mengarah pada penemuan antibiotik baru yang dapat digunakan pada manusia.
(msf)