Mengapa Jerman Mengimbau Warganya Meninggalkan Lebanon?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Terbunuhnya petinggi Hamas Saleh Al-Arouri di Beirut pada 2 Januari 2024 membuat situasi keamanan di wilayah tersebut tak kondusif. Hal ini menjawab pertanyaan mengapa Jerman mengimbau warganya meninggalkan Lebanon. Selain mengeluarkan travel warning, Jerman juga mendesak warganya segera meninggalkan Lebanon.
"Perluasan konflik tidak dapat dihindari, terutama mengingat pembunuhan wakil ketua biro politik Hamas, Saleh Al-Arouri, di wilayah Beirut pada 2 Januari 2024," demikian pernyataan di situs web Kementerian Luar Negeri Jerman dikutip dari Al Arabiya.
Peringatan ini berlaku khususnya untuk bagian selatan Lebanon hingga termasuk area perkotaan selatan Beirut. Selain Jerman, Kanada juga melakukan upaya serupa karena Hizbullah bersumpah akan melakukan pembalasan atas terbunuhnya Saleh Al-Arouri. Langkah yang sama juga dilakukan Amerika Serikat dan Swedia. Mereka mengingatkan warganya untuk segera meninggalkan Lebanon.
Dalam pidato di televisi Pimpinan Hizbullah Lebanon, Hassan Nasrallah, menyatakan Amerika Serikat bertanggung jawab atas perang di Gaza dan bersumpah akan melakukan pembalasan atas pembunuhan petinggi Hamas di Beirut, Saleh al-Arouri.
Dalam ancaman langsung kepada Israel terkait perluasan perang ke Lebanon, Nasrallah mengancam akan memberikan respons yang belum pernah terjadi sebelumnya. "Jika musuh berpikir untuk memulai perang melawan Lebanon, maka pertempuran kita akan tanpa batas, tanpa batasan, tanpa aturan. Dan mereka tahu apa yang saya maksud," katanya.
"Kami tidak takut perang. Kami tidak merasa takut. Kami tidak ragu. Jika kami ragu, kami akan berhenti di garis depan."
Nasrallah menyampaikan pesannya sambil memperingati kematian komandan Pasukan Quds Iran, Qasem Soleimani, dan pemimpin milisi Irak Abu Mahdi al-Muhandis, satu hari setelah serangan Israel yang diduga menewaskan Arouri di Dahieh, kubu kuat Hizbullah di Beirut. "Kejahatan besar ini tidak akan tinggal tanpa respons dan hukuman," katanya, tanpa menyebut waktu atau tanggal untuk pembalasan.
Nasrallah memuji tindakan perlawanan di Irak, Suriah, Yaman, Tepi Barat, dan Gaza. Milisi yang didukung Iran di Irak telah menyerang pasukan AS di negara mereka dan Suriah lebih dari 100 kali sebagai respons terhadap perang Israel-Hamas. Sementara pasukan Houthi yang didukung Iran di Yaman telah menyerang pengiriman internasional di Laut Merah dan meluncurkan misil ke arah Israel.
Nasrallah khususnya memuji peran Houthi dalam konflik, menyebut tindakan mereka di Laut Merah sebagai langkah berani. Sementara itu, Hizbullah telah menyerang posisi Israel di sepanjang perbatasan Lebanon-Israel sejak perang dimulai, termasuk beberapa serangan setelah kematian Arouri. Namun mereka menahan diri untuk tidak melancarkan serangan besar-besaran.
"Perluasan konflik tidak dapat dihindari, terutama mengingat pembunuhan wakil ketua biro politik Hamas, Saleh Al-Arouri, di wilayah Beirut pada 2 Januari 2024," demikian pernyataan di situs web Kementerian Luar Negeri Jerman dikutip dari Al Arabiya.
Peringatan ini berlaku khususnya untuk bagian selatan Lebanon hingga termasuk area perkotaan selatan Beirut. Selain Jerman, Kanada juga melakukan upaya serupa karena Hizbullah bersumpah akan melakukan pembalasan atas terbunuhnya Saleh Al-Arouri. Langkah yang sama juga dilakukan Amerika Serikat dan Swedia. Mereka mengingatkan warganya untuk segera meninggalkan Lebanon.
Dalam pidato di televisi Pimpinan Hizbullah Lebanon, Hassan Nasrallah, menyatakan Amerika Serikat bertanggung jawab atas perang di Gaza dan bersumpah akan melakukan pembalasan atas pembunuhan petinggi Hamas di Beirut, Saleh al-Arouri.
Dalam ancaman langsung kepada Israel terkait perluasan perang ke Lebanon, Nasrallah mengancam akan memberikan respons yang belum pernah terjadi sebelumnya. "Jika musuh berpikir untuk memulai perang melawan Lebanon, maka pertempuran kita akan tanpa batas, tanpa batasan, tanpa aturan. Dan mereka tahu apa yang saya maksud," katanya.
"Kami tidak takut perang. Kami tidak merasa takut. Kami tidak ragu. Jika kami ragu, kami akan berhenti di garis depan."
Nasrallah menyampaikan pesannya sambil memperingati kematian komandan Pasukan Quds Iran, Qasem Soleimani, dan pemimpin milisi Irak Abu Mahdi al-Muhandis, satu hari setelah serangan Israel yang diduga menewaskan Arouri di Dahieh, kubu kuat Hizbullah di Beirut. "Kejahatan besar ini tidak akan tinggal tanpa respons dan hukuman," katanya, tanpa menyebut waktu atau tanggal untuk pembalasan.
Nasrallah memuji tindakan perlawanan di Irak, Suriah, Yaman, Tepi Barat, dan Gaza. Milisi yang didukung Iran di Irak telah menyerang pasukan AS di negara mereka dan Suriah lebih dari 100 kali sebagai respons terhadap perang Israel-Hamas. Sementara pasukan Houthi yang didukung Iran di Yaman telah menyerang pengiriman internasional di Laut Merah dan meluncurkan misil ke arah Israel.
Nasrallah khususnya memuji peran Houthi dalam konflik, menyebut tindakan mereka di Laut Merah sebagai langkah berani. Sementara itu, Hizbullah telah menyerang posisi Israel di sepanjang perbatasan Lebanon-Israel sejak perang dimulai, termasuk beberapa serangan setelah kematian Arouri. Namun mereka menahan diri untuk tidak melancarkan serangan besar-besaran.
(msf)