Flu Burung Terindikasi Telah Membunuh Beruang Kutub

Selasa, 09 Januari 2024 - 19:54 WIB
loading...
Flu Burung Terindikasi Telah Membunuh Beruang Kutub
Flu burung membunuh Beruang Kutub. FOTO/ METRO
A A A
ALASKA - Untuk pertama kalinya flu burung diketahui membunuh beruang kutub di Utqiagvik, Alaska. Mamalia malang itu ditemukan mati karena terkena dampak paling parah akibat wabah yang saat ini melanda negara tersebut.



Beruang kutub menjadi spesies baru yang mati karena flu burung setelah sebelumnya menjangkit lumba-lumba, anjing laut, rubah, dan berang-berang di Inggris. Temuan ini menandai bahwa bahaya flu burung rupanya semakin meluas.

Sebagai informasi, virus flu burung atau dikenal juga H5N1 selain menjangkit unggas juha dapat menginfeksi manusia. Biasanya manusia yang terjangkit adalah mereka yang bekerja di bidang peternakan unggas.

"Ini adalah kasus beruang kutub pertama yang dilaporkan di mana pun,” kata Dr Bob Gerlach, dokter hewan di negara bagian Alaska, sebagaimana dikutip dari Metro ada Selasa (9/1/2024).

Beruang adalah hewan pertama yang terdaftar dalam Undang-Undang Spesies Terancam Punah (Endangered Species Act) AS yang mati akibat penyakit ini. Beruang kutub, juga dikenal sebagai Ursus maritimus, juga digolongkan rentan terhadap kepunahan oleh Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam.

Hewan-hewan ini sangat berisiko terkena perubahan iklim, karena pemanasan Arktik berarti berkurangnya es laut, yang mereka andalkan untuk berburu dan membesarkan anak-anak mereka.

Mereka juga memainkan peran penting sebagai predator utama di wilayah tersebut, menjaga rantai makanan tetap sehat dengan memakan predator lain seperti anjing laut yang, jika dibiarkan, akan berdampak besar pada jumlah ikan.

Namun, dengan berkurangnya es laut, beruang kutub juga beralih ke sumber makanan lain, dan juga diketahui suka mengais. Tampaknya itulah yang terjadi di sini, beruang yang terinfeksi sebelumnya memakan bangkai burung yang terjangkit.

"Jika seekor burung mati karena hal ini, apalagi jika dipelihara di lingkungan yang dingin, virus tersebut dapat bertahan untuk sementara waktu di lingkungan tersebut," ungkap Dr Gerlach.

Pada wabah-wabah sebelumnya, virus ini sebagian besar menyerang unggas peliharaan, dimana unggas liar membantu menyebarkan penyakit ini. Sekarang virus telah menyebar ke hewan lain.
(wbs)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1827 seconds (0.1#10.140)