KRI Bubara-868 Kapal Buatan Indonesia yang Bantu Atasi Kebakaran KM Alexindo
loading...
A
A
A
JAKARTA - Unsur TNI Angkatan Laut (TNI AL) yaitu KRI Bubara-868 BKO Danguskamla Koarmada I, membantu menanggulangi kebakaran kapal KM Alexindo di Perairan Teluk Jodoh, Batam, Kepulauan Riau, Kamis (22/02/2024).
KRI Bubara-868 dan KRI Gulamah-869 merupakan kapal perang karya anak bangsa yang diproduksi PT Caputra Mitra Sejati Banten.
Kedua Kapal perang tersebut menambah unsur-unsur kekuatan TNI AL dan sudah menjadi prioritas utama dalam mencapai target Kekuatan Pokok Minimun (MEF) pada 2024.
Dilansir dari Majalah Cakrawala edisi 446 tahun 2019 terbitan Dinas Penerangan Angkatan Laut, KRI Bubara-868 dan KRI Gulamah-869 termasuk kapal perang jenis patroli cepat 40 meter.
KRI Bubara-868 dan KRI Gulamah-869 memiliki spesifikasi panjang 45,5 meter, lebar 7,9 meter, dan bobot 220 ton.
Kapal ini mampu melaju dengan kecepatan maksimal 24 knot, kecepatan jelajah 17 knot dan kecepatan ekonomis 15 knot, serta memiliki ketahanan (endurance) dalam berlayar selama enam hari.
KRI Bubara-868 dan KRI Gulamah-869 telah dilengkapi dengan dua unit radar dua unit radar (JRC JMR9225-6XN dan JRC JMA-9122- 6XA) dan senjata meriam 30 mm.
Senjata utama: Satu unit Kanon OTO Melara RCWS (Remoted Control Weapon System) caliber 30mm berada pada bagian haluan kapal. Kanon dipasang pada weapon station MARLIN (Modular Advanced Remotely Controlled Lightweight Naval).
Cannon memiliki jarak tembak efektif mencapai 3.000 meter dengan kecepatan tembak runtun 160 munisi per menit. Senjata pendukung: 2 unit Senapan mesin berat Browning caliber 12,7mm (.50)
Kanon OTO Melara dapat beroperasi secara mandiri maupun melalui meja kendali di Pusat Informasi Tempur (PIT) yang ada di kapal tersebut.
Lebih jauh lagi, kanon ini juga dapat terintegrasi dalam satu sistem dalam Combat Management System (CMS), sehingga cannon dapat dikendalikan dari Fire Control System (FCS) pada CMS melalui jalur Local Area Network (LAN).
Kejadian bermula ketika KRI Bubara-868 yang sedang melaksanakan operasi Patkor Indosin 24 mendeteksi secara visual adanya kapal terbakar dan dengan cepat dan sigap segera memberikan bantuan
Penanggulangan dipimpin langsung oleh Komandan KRI Bubara-868, Mayor Laut (P) Abdul Gofur dan para prajurit berjibaku menyemprotkan hidrant air laut dari Haluan, wingbridge kanan/kiri di mana arus dan angin cukup kencang.
Di tengah upaya pemadaman oleh KRI Bubara-868, kapal-kapal lainnya mulai berdatangan memberikan bantuan pemadaman dengan hidran air laut antara lain KN Ular Laut dari Bakamla, KN Rantos dari KPLP, TB Megamas Sky & TB Medelyn 3.
Selanjutnya secara bersama-sama, unsur-unsur tersebut berupaya memadamkan kobaran api. Akhirnya, kobaran api di geladak anjungan berhasil dipadamkan dan seluruh ABK kapal berhasil di evakuasi ke darat dengan selamat. Saat ini KM Alexindo masih dalam posisi lego jangkar di Perairan Teluk Jodoh.
Upaya penyelamatan ini sebagai implementasi pelaksanaan perintah pimpinan TNI AL, Kepala Staf Angkatan Laut, Laksamana TNI Dr. Muhammad Ali yang selalu menekankan kepada jajaran TNI AL agar memanfaatkan dan melibatkan segala potensi yang dimiliki baik personel maupun alutsista untuk kegiatan-kegiatan kemanusiaan seperti penanggulangan bencana dan SAR.
KRI Bubara-868 dan KRI Gulamah-869 merupakan kapal perang karya anak bangsa yang diproduksi PT Caputra Mitra Sejati Banten.
Kedua Kapal perang tersebut menambah unsur-unsur kekuatan TNI AL dan sudah menjadi prioritas utama dalam mencapai target Kekuatan Pokok Minimun (MEF) pada 2024.
Dilansir dari Majalah Cakrawala edisi 446 tahun 2019 terbitan Dinas Penerangan Angkatan Laut, KRI Bubara-868 dan KRI Gulamah-869 termasuk kapal perang jenis patroli cepat 40 meter.
KRI Bubara-868 dan KRI Gulamah-869 memiliki spesifikasi panjang 45,5 meter, lebar 7,9 meter, dan bobot 220 ton.
Kapal ini mampu melaju dengan kecepatan maksimal 24 knot, kecepatan jelajah 17 knot dan kecepatan ekonomis 15 knot, serta memiliki ketahanan (endurance) dalam berlayar selama enam hari.
KRI Bubara-868 dan KRI Gulamah-869 telah dilengkapi dengan dua unit radar dua unit radar (JRC JMR9225-6XN dan JRC JMA-9122- 6XA) dan senjata meriam 30 mm.
Senjata utama: Satu unit Kanon OTO Melara RCWS (Remoted Control Weapon System) caliber 30mm berada pada bagian haluan kapal. Kanon dipasang pada weapon station MARLIN (Modular Advanced Remotely Controlled Lightweight Naval).
Cannon memiliki jarak tembak efektif mencapai 3.000 meter dengan kecepatan tembak runtun 160 munisi per menit. Senjata pendukung: 2 unit Senapan mesin berat Browning caliber 12,7mm (.50)
Kanon OTO Melara dapat beroperasi secara mandiri maupun melalui meja kendali di Pusat Informasi Tempur (PIT) yang ada di kapal tersebut.
Lebih jauh lagi, kanon ini juga dapat terintegrasi dalam satu sistem dalam Combat Management System (CMS), sehingga cannon dapat dikendalikan dari Fire Control System (FCS) pada CMS melalui jalur Local Area Network (LAN).
Kejadian bermula ketika KRI Bubara-868 yang sedang melaksanakan operasi Patkor Indosin 24 mendeteksi secara visual adanya kapal terbakar dan dengan cepat dan sigap segera memberikan bantuan
Penanggulangan dipimpin langsung oleh Komandan KRI Bubara-868, Mayor Laut (P) Abdul Gofur dan para prajurit berjibaku menyemprotkan hidrant air laut dari Haluan, wingbridge kanan/kiri di mana arus dan angin cukup kencang.
Di tengah upaya pemadaman oleh KRI Bubara-868, kapal-kapal lainnya mulai berdatangan memberikan bantuan pemadaman dengan hidran air laut antara lain KN Ular Laut dari Bakamla, KN Rantos dari KPLP, TB Megamas Sky & TB Medelyn 3.
Selanjutnya secara bersama-sama, unsur-unsur tersebut berupaya memadamkan kobaran api. Akhirnya, kobaran api di geladak anjungan berhasil dipadamkan dan seluruh ABK kapal berhasil di evakuasi ke darat dengan selamat. Saat ini KM Alexindo masih dalam posisi lego jangkar di Perairan Teluk Jodoh.
Upaya penyelamatan ini sebagai implementasi pelaksanaan perintah pimpinan TNI AL, Kepala Staf Angkatan Laut, Laksamana TNI Dr. Muhammad Ali yang selalu menekankan kepada jajaran TNI AL agar memanfaatkan dan melibatkan segala potensi yang dimiliki baik personel maupun alutsista untuk kegiatan-kegiatan kemanusiaan seperti penanggulangan bencana dan SAR.
(wbs)