Publikasi Ilmiah Gunung Padang sebagai Piramida Tertua di Dunia Dicabut, Kenapa?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Publikasi ilmiah yang menyatakan Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat, sebagai piramida tertua di dunia telah dicabut Archaeological Prospection. Jurnal online tersebut menyatakan klaim tersebut merupakan kekeliruan besar.
Diketahui, sebelumnya publikasi ilmiah tentang Gunung Padang berhasil menarik banyak perhatian karena klaimnya yang menyatakan situs Gunung Padang yang berada di Indonesia adalah piramida tertua di dunia yang dibangun oleh manusia purba.
Menurut publikasi itu, Gunung Padang yang diterjemahkan menjadi “Gunung Pencerahan” tidak terbentuk secara alami sebagai gunung melainkan dipahat dengan cermat oleh manusia purba menjadi piramida antara 25.000 dan 14.000 tahun lalu.
Klaim ini, jika memang benar, maka usianya akan jauh lebih tua dari piramida tertua di dunia. Dan tim menulis hal ini menunjukkan bahwa praktik konstruksi yang canggih sudah ada ketika pertanian, mungkin, belum ditemukan, melansir IFL Sciene, Jumat (22/3/2024).
Hal lain yang menjadi sorotan adalah klaim adanya rongga atau ruangan tersembunyi di situs tersebut. Dan belakangan para arkeolog lain sama sekali tidak yakin akan publikasi itu karena di dalam publikasi tidak disertakan bukti yang kuat.
Terlebih lagi, Flint Dibble, seorang arkeolog di Universitas Cardiff, Inggris, mengatakan kepada Nature bahwa publikasi yang mengatakan Gunung Padang sebagai piramida tertua menggunakan data yang sah tetapi membuat kesimpulan yang tidak dapat dibenarkan.
Misalnya, tim menggunakan penanggalan karbon, mengklaim bahwa penanggalan tanah organik dari struktur mengungkap beberapa tahap konstruksi sejak ribuan tahun SM, dengan fase awal berasal dari era Palaeolitik.
Menurut tim, sampel tanah dari sekitar bagian gundukan yang mereka anggap sebagai bagian tertua dari konstruksi tersebut berasal dari 27.000 tahun yang lalu. Meskipun hal ini mungkin benar, para arkeolog lebih lanjut menunjukkan kepada Nature bahwa sampel tanah ini tidak menunjukkan tanda-tanda seperti pecahan tulang atau arang yang mengindikasikan aktivitas manusia.
Intinya, tanpa adanya tanda-tanda aktivitas manusia yang lebih meyakinkan di sekitarnya, bukti yang ada hanyalah tanah yang sangat tua. Kekhawatiran inilah yang mengarah pada penyelidikan dan pencabutan selanjutnya oleh Archaeological Prospection.
“Penerbit dan Pemimpin Redaksi telah menyelidiki kekhawatiran ini dan menyimpulkan bahwa artikel tersebut mengandung kesalahan besar,” jelas jurnal tersebut dalam pemberitahuan pencabutannya.
“Kesalahan ini, yang tidak teridentifikasi selama tinjauan sejawat, adalah bahwa penanggalan radiokarbon diterapkan pada sampel tanah yang tidak terkait dengan artefak atau fitur apa pun yang dapat ditafsirkan sebagai antropogenik atau ‘buatan manusia’. Oleh karena itu, penafsiran bahwa situs tersebut adalah piramida kuno yang dibangun 9.000 tahun atau lebih yang lalu adalah tidak benar, dan artikel tersebut harus ditarik kembali."
Diketahui, sebelumnya publikasi ilmiah tentang Gunung Padang berhasil menarik banyak perhatian karena klaimnya yang menyatakan situs Gunung Padang yang berada di Indonesia adalah piramida tertua di dunia yang dibangun oleh manusia purba.
Menurut publikasi itu, Gunung Padang yang diterjemahkan menjadi “Gunung Pencerahan” tidak terbentuk secara alami sebagai gunung melainkan dipahat dengan cermat oleh manusia purba menjadi piramida antara 25.000 dan 14.000 tahun lalu.
Klaim ini, jika memang benar, maka usianya akan jauh lebih tua dari piramida tertua di dunia. Dan tim menulis hal ini menunjukkan bahwa praktik konstruksi yang canggih sudah ada ketika pertanian, mungkin, belum ditemukan, melansir IFL Sciene, Jumat (22/3/2024).
Hal lain yang menjadi sorotan adalah klaim adanya rongga atau ruangan tersembunyi di situs tersebut. Dan belakangan para arkeolog lain sama sekali tidak yakin akan publikasi itu karena di dalam publikasi tidak disertakan bukti yang kuat.
Terlebih lagi, Flint Dibble, seorang arkeolog di Universitas Cardiff, Inggris, mengatakan kepada Nature bahwa publikasi yang mengatakan Gunung Padang sebagai piramida tertua menggunakan data yang sah tetapi membuat kesimpulan yang tidak dapat dibenarkan.
Misalnya, tim menggunakan penanggalan karbon, mengklaim bahwa penanggalan tanah organik dari struktur mengungkap beberapa tahap konstruksi sejak ribuan tahun SM, dengan fase awal berasal dari era Palaeolitik.
Menurut tim, sampel tanah dari sekitar bagian gundukan yang mereka anggap sebagai bagian tertua dari konstruksi tersebut berasal dari 27.000 tahun yang lalu. Meskipun hal ini mungkin benar, para arkeolog lebih lanjut menunjukkan kepada Nature bahwa sampel tanah ini tidak menunjukkan tanda-tanda seperti pecahan tulang atau arang yang mengindikasikan aktivitas manusia.
Intinya, tanpa adanya tanda-tanda aktivitas manusia yang lebih meyakinkan di sekitarnya, bukti yang ada hanyalah tanah yang sangat tua. Kekhawatiran inilah yang mengarah pada penyelidikan dan pencabutan selanjutnya oleh Archaeological Prospection.
“Penerbit dan Pemimpin Redaksi telah menyelidiki kekhawatiran ini dan menyimpulkan bahwa artikel tersebut mengandung kesalahan besar,” jelas jurnal tersebut dalam pemberitahuan pencabutannya.
“Kesalahan ini, yang tidak teridentifikasi selama tinjauan sejawat, adalah bahwa penanggalan radiokarbon diterapkan pada sampel tanah yang tidak terkait dengan artefak atau fitur apa pun yang dapat ditafsirkan sebagai antropogenik atau ‘buatan manusia’. Oleh karena itu, penafsiran bahwa situs tersebut adalah piramida kuno yang dibangun 9.000 tahun atau lebih yang lalu adalah tidak benar, dan artikel tersebut harus ditarik kembali."
(msf)