Bagaimana Perangkat Elektronik Jadul Jadi Senjata Mematikan: Pelajaran dari Kasus Hizbullah

Senin, 23 September 2024 - 14:06 WIB
loading...
Bagaimana Perangkat...
Kasus peretasan alat Hizbullah di Lebanon menjadi pengingat bahwa teknologi, bahkan yang terlihat biasa saja, bisa disalahgunakan menjadi senjata mematikan. Foto: AFP
A A A
LEBANON - Insiden mengerikan terjadi di Lebanon. Ribuan pager dan walkie-talkie meledak secara serentak, menyebabkan puluhan orang tewas dan ribuan lainnya terluka. Serangan ini diduga kuat didalangi oleh badan intelijen Israel, Mossad.

Pada Selasa sore pekan lalu, ribuan pager meledak di seluruh negeri, menewaskan sedikitnya 14 orang. Sehari setelahnya, ribuan walkie-talkie meledak, termasuk di pemakaman beberapa orang yang meninggal pada hari sebelumnya, menewaskan sedikitnya 20 orang. Total 37 orang tewas dan 3.000 orang luka-luka.

Namun, yang lebih mengejutkan adalah fakta bahwa perangkat-perangkat tersebut ternyata berasal dari perusahaan-perusahaan di Hongaria, Bulgaria, Taiwan, dan Jepang.

Peretasan Mematikan: Bagaimana Gadget Biasa Menjadi Senjata

Peretasan ini telah memicu penyelidikan mendalam tentang bagaimana perangkat elektronik biasa bisa diubah menjadi senjata mematikan. Hasil investigasi mengungkap sisi gelap rantai pasokan teknologi di Asia, di mana pemalsuan dan praktik manufaktur yang tidak jelas menciptakan celah keamanan yang dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

"Jika rantai pasokan dikompromikan untuk menempatkan bahan peledak di dalamnya ... itu adalah teknik yang luar biasa untuk melakukannya. Namun, kompromi rantai pasokan yang sebenarnya tidaklah terlalu sulit," kata David Fincher, seorang ahli teknologi dan konsultan yang berbasis di China.

Dia mengatakan produk palsu merajalela, terutama di pusat-pusat manufaktur besar seperti China di mana komponen palsu dapat dengan mudah diproduksi, menambahkan bahwa tidak sulit untuk beralih dari komponen palsu ke kompromi rantai pasokan.

"Saya dapat memberi tahu Anda bahwa memasukkan sedikit bahan peledak ke dalam radio bukanlah hal yang sulit."

Tanggapan Perusahaan yang Terlibat

Perusahaan-perusahaan yang produknya terlibat dalam serangan ini, seperti Gold Apollo dari Taiwan dan Icom dari Jepang, telah memberikan tanggapan beragam. Gold Apollo menyalahkan pemegang lisensi mereka di Eropa, sementara Icom menyatakan bahwa walkie-talkie yang digunakan kemungkinan besar adalah produk palsu.

Menteri Ekonomi Taiwan Kuo Jyh-huei juga mengatakan bahwa komponen yang digunakan dalam pager yang meledak di Lebanon tidak dibuat di Taiwan.

Penyelidikan awal oleh pihak berwenang Lebanon terhadap perangkat tersebut menemukan bahwa bahan peledak tersebut ditanam sebelum tiba di negara tersebut, menurut sebuah surat kepada Dewan Keamanan PBB oleh misi Lebanon untuk PBB.

Kerentanan Rantai Pasokan Asia
Bagaimana Perangkat Elektronik Jadul Jadi Senjata Mematikan: Pelajaran dari Kasus Hizbullah

Pakar teknologi David Fincher menjelaskan bahwa rantai pasokan di Asia, terutama di pusat-pusat manufaktur besar seperti China, sangat rentan terhadap pemalsuan dan manipulasi.

Barang Palsu dan Manufaktur Ilegal

Pasar gelap teknologi lama di Asia dipenuhi dengan produk palsu dan komponen tiruan. Hal ini memudahkan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk menyusup ke dalam rantai pasokan dan memodifikasi perangkat elektronik untuk tujuan jahat.

Lebih dari 7% perusahaan di Jepang melaporkan kerugian bisnis akibat produk palsu pada tahun 2020, menurut laporan terbaru yang tersedia dari Kantor Paten Jepang, dengan sekitar sepertiga kasus terkait dengan China.

Icom telah mendesak agar pelanggan hanya menggunakan jaringan distributor resminya untuk memastikan mereka membeli produk asli.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3374 seconds (0.1#10.140)