Mahasiswa UNS Kembangkan Teknologi Mempercepat Produksi Garam
loading...
A
A
A
DUNIA internasional telah mengakui bahwa Indonesia merupakan sebuah negara maritim, negara yang berada dalam kawasan laut luas. Meski begitu, terdapat suatu fakta bahwa Indonesia masih mengimpor garam. Hal ini menjadi indikasi bahwa produksi garam dalam negeri masih belum bisa memenuhi kebutuhan garam di Indonesia.
Melihat kondisi ini, beberapa mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) memiliki ide brilian untuk membantu para petani garam yang selama ini menggunakan metode manual. Mereka adalah Dji Hanafit dan Muhammad Khoirul Huda dari Program Studi (Prodi) Pendidikan Teknik Mesin (PTM) serta Arini Nurfadilah dari Prodi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). (Baca: Kisah Mengharukan Ayah dan Anak Berebut Jihad di Perang Badar)
“Ide ini tercetus sejak maraknya permasalahan garam di Indonesia dan kami tertarik untuk membantu para petani garam. Dari situlah kami bertiga mulai mencari inovasi bagaimana supaya petani garam bisa meningkatkan produksi garam dan bisa membantu perekonomian para petani,” kata Dji, selaku ketua tim, saat dihubungi tim KORAN SINDO.
Dji mengungkapkan bahwa pencetusan ide tersebut bersamaan dengan waktu pembukaan kegiatan Proposal Kegiatan Mahasiswa (PKM) yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Dari situ, Dji dan kawan-kawan mencoba merancang teknologi yang mampu meningkatkan produksi petani garam.
Para mahasiswa UNS mengembangkan teknologi bernama Parabolic Salt Machine. Penciptaan teknologi tersebut berada di bawah bimbingan Dr. Eng. Nugroho Agung Pambudi selaku dosen PTM dan Kepala Energy Society Laboratory (ESL) PTM. (Baca juga: Mahfud MD Kembali Tegaskan Pemerintah Tak Akan Menunda Pilkada 2020)
“Berdasarkan diskusi yang telah kami lakukan dan atas bimbingan Dosen Pendidikan Teknik Mesin UNS Bapak Dr. Eng, Nugroho Agung Pambudi, M.Eng, maka tercetuslah ide untuk mengisiasi Parabolic Salt Machine,” katanya.
Inovasi teknologi penghasil garam buatan mahasiswa UNS menggunakan metode Pengabutan Misty Fan Berbasis Solar Concentrator dan Cakram. Metode ini diklaim dapat mempercepat proses pembuatan garam.
“Metode tersebut (Pengabutan Misty Fan Berbasis Solar Concentrator dan Cakram) adalah proses yang kami rancang dengan menggabungkan beberapa komponen pada Parabolic Salt Machine untuk mempercepat proses pengkristalan dari air laut menjadi garam,” kata Dji.
Mereka menargetkan alat yang sedang dikembangkan tersebut akan diaplikasikan di Kabupaten Rembang. Sebagaimana yang telah diketahui bersama bahwa Kabupaten Rembang memiliki potensi penghasil garam terbesar di Indonesia.
Dji memiliki pandangan terhadap potensi penghasil garam yang belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Sebagian besar petani garam di Indonesia masih menggunakan cara tradisional.
Melihat kondisi ini, beberapa mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) memiliki ide brilian untuk membantu para petani garam yang selama ini menggunakan metode manual. Mereka adalah Dji Hanafit dan Muhammad Khoirul Huda dari Program Studi (Prodi) Pendidikan Teknik Mesin (PTM) serta Arini Nurfadilah dari Prodi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). (Baca: Kisah Mengharukan Ayah dan Anak Berebut Jihad di Perang Badar)
“Ide ini tercetus sejak maraknya permasalahan garam di Indonesia dan kami tertarik untuk membantu para petani garam. Dari situlah kami bertiga mulai mencari inovasi bagaimana supaya petani garam bisa meningkatkan produksi garam dan bisa membantu perekonomian para petani,” kata Dji, selaku ketua tim, saat dihubungi tim KORAN SINDO.
Dji mengungkapkan bahwa pencetusan ide tersebut bersamaan dengan waktu pembukaan kegiatan Proposal Kegiatan Mahasiswa (PKM) yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Dari situ, Dji dan kawan-kawan mencoba merancang teknologi yang mampu meningkatkan produksi petani garam.
Para mahasiswa UNS mengembangkan teknologi bernama Parabolic Salt Machine. Penciptaan teknologi tersebut berada di bawah bimbingan Dr. Eng. Nugroho Agung Pambudi selaku dosen PTM dan Kepala Energy Society Laboratory (ESL) PTM. (Baca juga: Mahfud MD Kembali Tegaskan Pemerintah Tak Akan Menunda Pilkada 2020)
“Berdasarkan diskusi yang telah kami lakukan dan atas bimbingan Dosen Pendidikan Teknik Mesin UNS Bapak Dr. Eng, Nugroho Agung Pambudi, M.Eng, maka tercetuslah ide untuk mengisiasi Parabolic Salt Machine,” katanya.
Inovasi teknologi penghasil garam buatan mahasiswa UNS menggunakan metode Pengabutan Misty Fan Berbasis Solar Concentrator dan Cakram. Metode ini diklaim dapat mempercepat proses pembuatan garam.
“Metode tersebut (Pengabutan Misty Fan Berbasis Solar Concentrator dan Cakram) adalah proses yang kami rancang dengan menggabungkan beberapa komponen pada Parabolic Salt Machine untuk mempercepat proses pengkristalan dari air laut menjadi garam,” kata Dji.
Mereka menargetkan alat yang sedang dikembangkan tersebut akan diaplikasikan di Kabupaten Rembang. Sebagaimana yang telah diketahui bersama bahwa Kabupaten Rembang memiliki potensi penghasil garam terbesar di Indonesia.
Dji memiliki pandangan terhadap potensi penghasil garam yang belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Sebagian besar petani garam di Indonesia masih menggunakan cara tradisional.