Mahasiswa UNS Kembangkan Teknologi Mempercepat Produksi Garam
loading...
A
A
A
“Kami ingin membantu perekonomian petani garam karena harga garam itu naik turun dan kami ingin menghasilkan garam yang lebih dan bisa diekspor. Kualitas garam kita kalah dengan garam impor, padahal kalau bisa dimaksimalkan kualitas garam kita lebih bagus,” tutur Dji. (Baca juga: Virus Corona Intai Pembalap Tour de France 2020)
Penelitian tentang teknologi untuk proses produksi garam sebenarnya sudah pernah dilakukan seperti penggunaan teknologi filter ullir, plastik geomembran, dan rumah prisma. Namun, hal itu masih belum mampu mengatasi permasalahan produksi garam di Indonesia. Inilah yang membuat Dji dan kawan-kawan tertarik untuk membuat teknologi yang mampu memproduksi garam dengan cepat dan tentu kualitasnya baik.
Teknologi buatan mahasiswa UNS ini terdiri atas proses filtrasi dan melewati proses pemanasan air laut menggunakan solar concentrator. Kemudian akan dipecah partikel airnya menjadi bagian yang kecil-kecil dan bantu embusan angin dari misty fan.
“Proses pembuatan garam terdiri atas proses filtrasi, proses pemanasan air menggunakan parabolic concentrator. Ketika air garam panas, akan mempercepat proses pengkristalan garam dengan menggunakan bantuan embusan angin blower,” tuturnya.
Hingga saat ini, penelitian Dji dan kawan-kawan masih terkendala karena pandemi Covid-19. Padahal, penelitian mereka masih perlu ditindaklanjuti tentang kandungan NaCl dari garam yang dihasilkan oleh alat tersebut.
“Karena berdasarkan adendum (pasal tambahan) dari pedoman PKM 2020 menghendaki untuk pelaksanaan pkm dikondisikan secara daring, kami tidak melakukan pembuatan prototipe. Artinya, dana yang diberikan tidak untuk melakukannya,” kata Dji.
Dji berharap teknologi buatannya dapat segera direalisasikan untuk pemenuhan kebutuhan garam di Indonesia. Apabila telah tercukupi, bisa dikembangkan lagi untuk dapat diimpor. (Lihat videonya: Razia Masker, Banyak Pengendara Motor Nekat Kabur)
“Harapan kami adalah rancangan teknologi ini dapat segera direalisasikan sehingga secara khusus akan membantu para petani garam dalam proses produksi, juga masyarakat secara umum karena melalui produksi garam yang meningkat secara kualitas dan kuantitas maka kebutuhan garam nasional akan terpenuhi,” tuturnya. (Fandy)
Penelitian tentang teknologi untuk proses produksi garam sebenarnya sudah pernah dilakukan seperti penggunaan teknologi filter ullir, plastik geomembran, dan rumah prisma. Namun, hal itu masih belum mampu mengatasi permasalahan produksi garam di Indonesia. Inilah yang membuat Dji dan kawan-kawan tertarik untuk membuat teknologi yang mampu memproduksi garam dengan cepat dan tentu kualitasnya baik.
Teknologi buatan mahasiswa UNS ini terdiri atas proses filtrasi dan melewati proses pemanasan air laut menggunakan solar concentrator. Kemudian akan dipecah partikel airnya menjadi bagian yang kecil-kecil dan bantu embusan angin dari misty fan.
“Proses pembuatan garam terdiri atas proses filtrasi, proses pemanasan air menggunakan parabolic concentrator. Ketika air garam panas, akan mempercepat proses pengkristalan garam dengan menggunakan bantuan embusan angin blower,” tuturnya.
Hingga saat ini, penelitian Dji dan kawan-kawan masih terkendala karena pandemi Covid-19. Padahal, penelitian mereka masih perlu ditindaklanjuti tentang kandungan NaCl dari garam yang dihasilkan oleh alat tersebut.
“Karena berdasarkan adendum (pasal tambahan) dari pedoman PKM 2020 menghendaki untuk pelaksanaan pkm dikondisikan secara daring, kami tidak melakukan pembuatan prototipe. Artinya, dana yang diberikan tidak untuk melakukannya,” kata Dji.
Dji berharap teknologi buatannya dapat segera direalisasikan untuk pemenuhan kebutuhan garam di Indonesia. Apabila telah tercukupi, bisa dikembangkan lagi untuk dapat diimpor. (Lihat videonya: Razia Masker, Banyak Pengendara Motor Nekat Kabur)
“Harapan kami adalah rancangan teknologi ini dapat segera direalisasikan sehingga secara khusus akan membantu para petani garam dalam proses produksi, juga masyarakat secara umum karena melalui produksi garam yang meningkat secara kualitas dan kuantitas maka kebutuhan garam nasional akan terpenuhi,” tuturnya. (Fandy)
(ysw)