Canggih, Kecerdasan Buatan Mampu Prediksi Bakal Penyakit

Sabtu, 03 Oktober 2020 - 10:13 WIB
loading...
Canggih, Kecerdasan...
Foto/dok
A A A
PARA peneliti di Amerika Serikat (AS) telah menciptakan metode baru untuk menganalisis kemungkinan timbulnya suatu penyakit di kemudian hari. Mereka menggunakan kecerdasan buatan untuk mencari perubahan bentuk atau penipisan lapisan tulang yang dapat menyebabkan rasa nyeri atau sakit saat beraktivitas.

Tulang merupakan bagian tubuh penting untuk membuat badan dapat berdiri tegak. Tanpa adanya tulang, tubuh tidak dapat bergerak dengan mudah dan lincah. (Baca: Amalan Ringan yang Bisa Jadi Sebab Turunnya Rahmat Allah)

Namun seiring bertambahnya usia, tidak sedikit orang yang mengalami osteoartritis atau keausan jaringan pelindung di ujung tulang (tulang rawan). Osteoartritis adalah kerusakan pada tulang rawan dan sendi yang biasanya diderita oleh lansia.

Sejauh ini penyebab kerusakan tulang rawan dan sendi belum diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko osteoartritis. Salah satu contohnya adalah sering menggunakan sendi saat sedang cedera sehingga kondisi sendi semakin buruk.

Pengobatan osteoartritis biasanya dilakukan setelah seseorang mengeluh adanya rasa sakit pada bagian tertentu seperti lutut, siku, atau tulang belakang. Selanjutnya dokter akan memeriksa bagian-bagian yang menjadi keluhan tersebut. Artinya penyakit osteoartritis sulit untuk diketahui kapan itu terjadi. (Baca juga: Kemenag Validasi Data Penerima Bantuan Guru Madrasah Bukan PNS)

Untuk menjawab tantangan diatas, para peneliti di Rumah Sakit John Hopskins AS telah menemukan bahwa kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dapat digunakan untuk menentukan apakah seseorang akan mengembangkan osteoartritis. Mereka dapat menganalisis tekstur tulang rawan sejak tiga tahun sebelum lapisan pelindung tulang mulai hilang.

Para peneliti menjalakan teknologi tersebut kepada 86 orang tanpa gejala osteoartritis. Model pembelajaran mesin akan mendeteksi tahap awal kondisi dengan akurasi 78% hingga tiga tahun sebelum timbulnya gejala.

Di dunia, jumlah penderita osteoartritis mengalami peningkatan setiap tahunnya. Tingkat keparahan gejala dapat sangat bervariasi antara orang satu dengan lainnya, termasuk antar sendi yang terkena dampak berbeda. Kondisi ini menyebabkan persendian menjadi nyeri dan kaku, khususnya pada orang yang berusia di atas 65 tahun.

Para peneliti mengungkapkan jika kondisi tulang dapat dideteksi lebih awal, kombinasi penurunan berat badan dan olahraga dapat membuat osteoartritis tidak terlalu parah. Pencegahan ini sangat penting dilakukan untuk kelangsungan hidup di masa depan. (Baca juga: Ini Makanan yang Baik dan Tidak untuk Jantung)

Di berbagai rumah sakit, pengecekan sejumlah penyakit hingga struktur tulang biasanya dilakukan menggunakan mesin magnetic resonance imaging (MRI) atau yang dikenal dengan x-ray. Namun teknologi ini tidak memiliki petunjuk visual pada tahap awal atau luput dari deteksi berbasis gambar.

Sebagian besar diagnosis menggunakan mesin x-ray berada pada tahap yang tidak dapat diubah, termasuk setelah kerusakan tulang terjadi. Salah satu perawatan terbaiknya adalah perawatan paliatif atau pembedahan invasif yang mahal dan dikombinasikan dengan kondisi muskuloskeletal lainnya.

Di Inggris, Pusat Layanan Kesehatan Nasional (NHS) mengungkapkan bahwa pengobatan osteoartritis telah menghabiskan biaya sekitar GBP 10,2 miliar pertahun. Angka tersebut dapat meningkat menjadi lebih dari GBP118 miliar pada dekade berikutnya.

Munculnya gejala nyeri pada persendian tulang dan kerusakan tulang yang terjadi masih sulit untuk diobati. Pencitraan medis untuk menghubungkan gejala nyeri dan perkembangan penyakit juga susah dilakukan.

Namun para peneliti mengklaim ada beberapa bukti yang menyebutkan bahwa kondisi tersebut dapat disembuhkan di masa depan. Penyembuhan ini tentu dilakukan dengan perawatan yang tepat. (Baca juga: Peneliti Temukan Danau Air Asin di Planet Mars)

Perubahan biokimia awal yang terjadi pada tulang rawan sering kali mendahului gejala nyeri dan kerusakan tulang selama beberapa tahun. Di sinilah peran AI untuk mencari perubahan tersebut.

“Di masa depan, pendekatan kami dapat memungkinkan penilaian berbasis gambar yang lebih akurat dari perkembangan penyakit awal,” kata tim peneliti seperti dilansir Dailymail.

Pengembangan teknik baru yang telah dilakukan para peneliti dapat membantu para dokter dalam bekerja. Dokter dapat melihat tanda-tanda atau perubahan kondisi penyakit yang berkembang pada tubuh pasien sebelum mereka kehilangan fungsi geraknya. (Baca juga: Di Syamsuddin Minta Moeldoko Tak Mudah Lempar Tuduhan)

Para peneliti menggunakan AI untuk mencari pola dalam gambar pemindaian MRI. Penggunaan AI juga memungkinkan untuk penemuan otomatis kerusakan pada peta tulang rawan di masa depan.

“Gejala osteoartritis di masa depan sangat berpotensi dapat diprediksi hingga tiga tahun sebelum dikeluarkannya hasil diagnosis setelah rasa nyeri terjadi,” tambahnya.

Para peneliti menilai sistem diagnostik menggunakan teknik mereka pada orang sehat dapat memprediksi osteoartritis tahap awal. Namun penelitian ini baru didasarkan pada kumpulan terbatas yang terdiri atas 86 subjek sehingga model pembelajaran mesin masih membutuhkan lebih banyak subjek.

“Dengan bertambahnya ukuran sampel, teknik pembelajaran mesin menjadi lebih kuat dalam variasi yang mungkin ada dalam suatu populasi,” ungkap tim tersebut. (Baca juga: Uni Eropa Sanksi 40 Pejabat Belarusia)

Penemuan ini akan menjadi langkah penting mengingat belum ada metode yang dapat diandalkan untuk mendeteksi gejala awal osteoartritis. Dengan begitu, terapi dimasa depan dapat dikembangkan untuk mencegah penyebaran penyakit atau menyembuhkan penyakit sebelum bertambah parah.

Penggunaan model AI dalam mendeteksi gejala awal masih membutuhkan banyak penelitian sebelum dapat digunakan dalam pengaturan klinis. Ukuran sampel yang lebih banyak akan melihat berbagai variasi yang tidak biasa. (Lihat videonya: Janda Bolong jadi Primadona Saat Pandemi Harganya Bisa Mencapai Ratusan Juta)

Para peneliti juga ingin melakukan tes yang membandingkan kondisi kimiawi tulang rawan sebenarnya dengan prediksi model untuk memastikan keakuratannya. Metode yang mereka kembangkan bahkan dapat diadaptasi untuk mendeteksi tahap awal kondisi lain seperti kanker, retinopati, dan demensia. (Fandy)
(ysw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1637 seconds (0.1#10.140)