Semangat Bertarung Lebih Penting Dibandingkan Keterampilan
loading...
A
A
A
Keputusan juri adalah bagian integral dari olahraga pertarungan, mulai dari tinju, gulat, hingga seni bela diri campuran (MMA). Banyaknya faktor yang menentukan dalam keputusan juri membuat para peneliti menyarankan agar tingkat kekuatan dan semangat lebih diutamakan daripada keterampilan.
Penelitian ini dilakukan oleh para ahli perilaku hewan dari Sekolah Ilmu Biologi dan Kelautan Universitas Plymouth. Mereka menganalisis hampir 550 pertandingan seni bela diri campuran putra dan putri yang berlangsung antara Februari 2019 dan Maret 2020. Mereka menggunakan data yang dikumpulkan untuk Ultimate Fighting Championship (UFC).
Baca juga : SAH! Khabib Nurmagomedov GOAT dan Petarung UFC P4P Terbaik
Data tersebut merupakan persentase serangan yang secara signifikan mendarat tepat pada target (ukuran keterampilan), jumlah serangan yang dilakukan per detik (ukuran kekuatan), dan hasil pertarungan yang ditentukan oleh keputusan juri atau knockout (KO).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam semua pertarungan, pemenang bertarung lebih keras daripada yang kalah. Namun, kemampuan dan keterampilan lebih penting untuk pertarungan yang diselesaikan melalui keputusan juri daripada berakhir dengan hasil KO.
Bertarung secara terampil akan meningkatkan peluang kemenangan bagi seorang atlit. Keterampilan bertarung dapat meningkatkan semangat dan kesuksesan mereka. Serangan yang konsisten juga memberi faktor dominan yang menentukan keberhasilan dalam pertarungan yang dievaluasi oleh juri.
Peneliti Pascadoktoral, Dr. Sarah Lane, mengungkapkan bahwa MMA adalah olah raga yang bergerak dengan kecepatan. Dia dan timnya menyarankan bahwa penilaian pada kekuatan mungkin lebih mudah daripada nilai keterampilan.
"Pada gilirannya, menuntun mereka untuk membuat sebuah keputusan dalam pertandingan yang panjang dan salah satu atlit mengalami kelelahan lebih cepat maka penilaian terhadap semangat dan kekuatan akan lebih mudah," kata Lane, dikutip dari Phys.
Penelitian ini didanai oleh Biotechnology and Biological Sciences Research Council sebagai bagian dari penelitian yang sedang berlangsung tentang peran keterampilan dalam kontes hewan. Ini juga difokuskan pada perilaku kelomang atau sering kita sebut keong, yang memperebutkan kepemilikan cangkang siput kosong sebagai perlindungan.
Baca juga : Lee Cook Wasit Tinju Pencetak Rekor Dunia: Ini Rahasia dari Ring
Para peneliti saat ini melakukan pengamatan terhadap manusia yang berpotensi mengundang implikasi di seluruh dunia hewan. Penelitian sebelumnya telah menganalis prilaku perkelahian di sejumlah spesies laut lainnya.
Profesor Perilaku Hewan, Mark Briffa, menjelaskan bahwa olah raga pertarungan manusia memberikan skenario unik untuk mengeksplorasi keterampilan dan semangat baik oleh atlit itu sendiri atau pengamat. Sedangkan pada dunia hewan petarung, komunikasi merupakan salah satu masalah yang jelas terjadi karena mereka tidak memiliki ukuran untuk menilai kemampuan lawannya.
"Apa yang kami ketahui adalah para pengamat sering mengamati dan mengevaluasi penampilan petarung untuk memilih lawan di masa depan atau mempelajari lawan yang sebaiknya dihindari," kata Briffa.
Manusia menggunakan sifat kerja untuk mengevaluasi kemampuan bertarung seperti yang terlihat dalam penelitian ini. Ini juga sebagai masukan untuk tim peneliti dalam mengeksplorasi dunia hewan, khususnya kerajaan hewan.
Penelitian ini dilakukan oleh para ahli perilaku hewan dari Sekolah Ilmu Biologi dan Kelautan Universitas Plymouth. Mereka menganalisis hampir 550 pertandingan seni bela diri campuran putra dan putri yang berlangsung antara Februari 2019 dan Maret 2020. Mereka menggunakan data yang dikumpulkan untuk Ultimate Fighting Championship (UFC).
Baca juga : SAH! Khabib Nurmagomedov GOAT dan Petarung UFC P4P Terbaik
Data tersebut merupakan persentase serangan yang secara signifikan mendarat tepat pada target (ukuran keterampilan), jumlah serangan yang dilakukan per detik (ukuran kekuatan), dan hasil pertarungan yang ditentukan oleh keputusan juri atau knockout (KO).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam semua pertarungan, pemenang bertarung lebih keras daripada yang kalah. Namun, kemampuan dan keterampilan lebih penting untuk pertarungan yang diselesaikan melalui keputusan juri daripada berakhir dengan hasil KO.
Bertarung secara terampil akan meningkatkan peluang kemenangan bagi seorang atlit. Keterampilan bertarung dapat meningkatkan semangat dan kesuksesan mereka. Serangan yang konsisten juga memberi faktor dominan yang menentukan keberhasilan dalam pertarungan yang dievaluasi oleh juri.
Peneliti Pascadoktoral, Dr. Sarah Lane, mengungkapkan bahwa MMA adalah olah raga yang bergerak dengan kecepatan. Dia dan timnya menyarankan bahwa penilaian pada kekuatan mungkin lebih mudah daripada nilai keterampilan.
"Pada gilirannya, menuntun mereka untuk membuat sebuah keputusan dalam pertandingan yang panjang dan salah satu atlit mengalami kelelahan lebih cepat maka penilaian terhadap semangat dan kekuatan akan lebih mudah," kata Lane, dikutip dari Phys.
Penelitian ini didanai oleh Biotechnology and Biological Sciences Research Council sebagai bagian dari penelitian yang sedang berlangsung tentang peran keterampilan dalam kontes hewan. Ini juga difokuskan pada perilaku kelomang atau sering kita sebut keong, yang memperebutkan kepemilikan cangkang siput kosong sebagai perlindungan.
Baca juga : Lee Cook Wasit Tinju Pencetak Rekor Dunia: Ini Rahasia dari Ring
Para peneliti saat ini melakukan pengamatan terhadap manusia yang berpotensi mengundang implikasi di seluruh dunia hewan. Penelitian sebelumnya telah menganalis prilaku perkelahian di sejumlah spesies laut lainnya.
Profesor Perilaku Hewan, Mark Briffa, menjelaskan bahwa olah raga pertarungan manusia memberikan skenario unik untuk mengeksplorasi keterampilan dan semangat baik oleh atlit itu sendiri atau pengamat. Sedangkan pada dunia hewan petarung, komunikasi merupakan salah satu masalah yang jelas terjadi karena mereka tidak memiliki ukuran untuk menilai kemampuan lawannya.
"Apa yang kami ketahui adalah para pengamat sering mengamati dan mengevaluasi penampilan petarung untuk memilih lawan di masa depan atau mempelajari lawan yang sebaiknya dihindari," kata Briffa.
Manusia menggunakan sifat kerja untuk mengevaluasi kemampuan bertarung seperti yang terlihat dalam penelitian ini. Ini juga sebagai masukan untuk tim peneliti dalam mengeksplorasi dunia hewan, khususnya kerajaan hewan.
(fan)