Canggih, Kecerdasan Buatan Dapat Mendeteksi Infeksi Covid-19 Tanpa Gejala

Sabtu, 07 November 2020 - 09:00 WIB
loading...
Canggih, Kecerdasan...
Para ilmuwan di Massachusetts Institute of Technology (MIT), Amerika Serikat (AS), terus melakukan upaya untuk mendeteksi Covid-19 tanpa gejala. Foto/dok
A A A
JAKARTA - Para ilmuwan di Massachusetts Institute of Technology (MIT), Amerika Serikat (AS), terus melakukan upaya untuk mendeteksi Covid-19 tanpa gejala sebagai upaya pencegahan penularan virus. Mereka menemukan adanya perbedaan “batuk” antara pasien Covid-19 tanpa gejala dengan orang sehat yang ditangkap melalui kecerdasan buatan (AI).

Para peneliti membuat model AI yang membedakan orang tanpa gejala dari orang sehat melalui rekaman batuk yang dikirimkan secara sukarela melalui ponsel atau komputer. Mereka melatih model AI terhadap puluhan ribu sampel batuk. (Baca: Di Manakah Tempat Sifat Ikhlas Itu?)

Alat tersebut secara akurat mampu mengidentifikasi 98,5 persen batuk dari orang yang dipastikan mengidap Covid-19. Selain itu, orang yang belum pernah tes PCR atau Rapid dapat diketahui tanda-tandanya dari sini.

Saat ini, tim sedang bekerja untuk menggabungkan model AI ke dalam aplikasi yang ramah pengguna. Jika disetujui Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) maka berpotensi menjadi alat saring non-invasif yang gratis dan nyaman untuk mengidentifikasi pasien Covid-19 tanpa gejala.

Para pengguna dapat mencoba batuk ke telepon mereka dan langsung mendapatkan informasi tentang apakah mereka mungkin terinfeksi Covid-19 . Dengan begitu, mereka dapat melakukan tes formal untuk memastikan informasi yang didapat apabila terdeteksi positif.

“Penerapan yang efektif dari alat diagnostik kelompok ini dapat mengurangi penyebaran pandemi jika semua orang menggunakannya sebelum pergi ke ruang kelas, pabrik, atau restoran,” kata Brian Subirana, peneliti di Laboratorium Auto-ID MIT, dikutip dari Technology. (Baca juga: Kampus Merdeka Siapkan Mahasiswa untuk Hadapi Tantangan Global)

Sebelum munculnya pandemi, tim peneliti telah melatih algoritma pada rekaman batuk dari ponsel untuk mendiagnosis kondisi seperti pneumonia dan asma. Dengan cara yang sama, tim MIT sedang mengembangkan model AI untuk menganalisis rekaman batuk paksa untuk mendeteksi tanda-tanda Alzheimer.

Para peneliti melatih algoritma pembelajaran mesin umum atau jaringan saraf yang dikenal sebagai ResNet50 dengan tujuan membedakan suara yang terkait dengan berbagai tingkat kekuatan pita suara. Penelitian telah menunjukkan bahwa kualitas suara "mmmm" dapat menjadi indikasi seberapa lemah atau kuat pita suara seseorang.

Tim melatih jaringan saraf kedua untuk membedakan keadaan emosional yang terlihat dalam ucapan. Pasien Alzheimer dan orang yang mengalami penurunan neurologis secara umum telah terbukti menunjukkan sentimen tertentu, seperti frustrasi, daripada mereka mengekspresikan kebahagiaan.

Ketika pandemi virus Covid-19 mulai menyebar, Subirana bertanya-tanya apakah kerangka AI mereka untuk Alzheimer mungkin juga berfungsi untuk mendiagnosis Covid-19. Ini didasari oleh penemuan beberapa bukti bahwa pasien yang terinfeksi Covid-19 mengalami gejala neurologis serupa seperti gangguan neuromuskuler sementara.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2432 seconds (0.1#10.140)