Benua Afrika Mulai Memisahkan Diri Secara Perlahan

Minggu, 15 November 2020 - 02:30 WIB
loading...
Benua Afrika Mulai Memisahkan Diri Secara Perlahan
Mahasiswa doktoral Geosains Tahiry Rajaonarison memasang instrumen GPS di Madagaskar utara tahun 2016. Kredit : Rina Andrianasolo
A A A
Jakarta - Benua Afrika perlahan-lahan memisahkan diri menjadi beberapa blok tektonik besar dan kecil di sepanjang garis pantai Afrika Timur. Pemisahan ini dapat berlanjut ke Madagaskar, pulau panjang di lepas pantai Afrika Tenggara.

Penemuan ini muncul dalam penelitian baru asisten prosesor di Sekolah Tinggi Sains Virginia Tech, D. Sarah Stamp. Ia mengungkapkan bahwa perpecahan ini merupakan kelanjutan dari hilangnya benua super Pangea sekitar 200 juta tahun lalu.

Baca Juga : Deretan Perusahaan Teknologi yang Diduga Dapat Bekingan Militer China

Meski begitu, proses hilangnya sebuah benua besar tidak akan terjadi begitu saja. Butuh waktu yang sangat panjang sehingga tidak akan terjadi dalam waktu dekat.

"Tingkat perpecahan saat ini adalah milimeter per tahun, jadi butuh jutaan tahun sebelum samudra baru mulai terbentuk," kata Stamps, dikutip dari Phys.

Dataset GPS baru yang telah dipasang mengungkapkan bahwa proses pemecahan lebih kompleks dan lebih terdistribusi daripada yang diperkerikan sebelumnya. Dataset GPS mengambil dari permukan yang tepat di Afrika Timur, Madagaskar, dan beberapa pulau di Samudra Hindia.

Di satu wilayah, peneliti menemukan bahwa penyuluhan tersebar berada di wilayah yang luas. Wilayah perluasan yang terdistribusi lebarnya sekitar 600 kilometer, terbentang dari Afrika Timur hingga seluruh bagian Madagaskar.

Para peneliti menemukan bahwa Madagaskar secara aktif putus dengan Madagaskar selatan yang bergerak dengan lempeng mikro Lwandle, blok tektonik kecil. Sedangkan Madagaskar Tengah bergerak bersama lempeng Somalia.

"Bagian lain dari pulau itu ditemukan mengalami deformasi nonrigidly," tambah Stamps.

Stamps dibantu rekannya, Tahiry Rajaonarison, dalam melakukan penelitian ini. Rajaonarison bergabung dengan Virginia Tech pada 2015 dan kembali ke Madagaskar untuk mengumpulkan lebih banyak data.

"Memimpin tim untuk mengumpulkan data GPS di Madagaskar pada musim panas 2017 merupakan pengalaman lapangan yang luar biasa," kata Rajaonarison.

Baca Juga : Keren, Helm ini Jadi Helm Tercanggih dan Terpintar Pertama di Dunia

Tim tersebut menggunakan data gerakan permukaan baru dan data geologi tambahan untuk menguji berbagai konfigurasi blok tektonik di wilayah tersebut menggunakan model komputer. Para peneliti menentukan batas-batas baru untuk lempeng mikro Lwandle dan lempeng Somalia melalui serangkaian uji statistik yang komprehensif.

"Secara akurat menentukan batas lempeng dan menilai apakah benua menyimpang di sepanjang zona yang mengalami deformasi sempit atau melalui zona deformasi yang menyebar sangat penting untuk mengungkap sifat pecahnya benua," kata Stamps.

Penemuan zona deformasi yang luas membantu ahli geosains memahami aktivitas seismik dan vulkanik saat ini atau yang sedang berlangsung. Penelitian ini juga menyediakan kerangka kerja untuk penelitian di masa depan tentang gerakan lempeng global dan kekuatan yang menggerakkan lempeng tektonik.
(fan)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1000 seconds (0.1#10.140)