Mirip Telur Dadar Restoran Padang, tapi Cha Ruoi dari Vietnam Berisi Cacing, Berani Coba?

Sabtu, 28 November 2020 - 16:24 WIB
loading...
Mirip Telur Dadar Restoran...
Rasa Omelet Cacing dari Vietnam disebut agak amis seperti telur ikan caviar.
A A A
VIETNAM - Ada daging asap, ada keju, ada sosis, tapi orang Vietnam memilih membuat omelet atau telur dadar menggunakan cancing laut. Namanya Chả rươi, dan ternyata sangat populer. BACA JUGA: Tablet Bisa Jadi Alat Bonding Orang Tua-Anak, Begini Caranya

Jika sudah dalam bentuk omelet, mungkin orang tidak akan sadar isinya. Tampilannya seperti omelet yang biasa ditemukan di restoran Padang. Tapi, bisa jadi mereka akan muntah dan mual jika tahu telur dadar bernama Cha Ruoi itu terbuat dari cacing pasir.

Cha Ruoi adalah hidangan musiman Vietnam. Menggunakan cacing laut sepanjang 5-10 cm. Yang tampilannya benar-benar tidak sedap dipandang mata. Tapi, dibalik bentuknya yang menjijikan itu, Cha Ruoi disebut-sebut sangat lezat. Bahkan rasanya dibandingkan dengan kaviar, telur ikan yang super mahal.

Setiap tahun, di akhir musim gugur, hidangan Cha Ruoi disajikan di warung-warung jajanan di Vietnam utara, khususnya di Hanoi.

Cara memasaknya, tidak berbeda dengan membuat telur dadar di Indonesia. Antara lain telur kocok, kulit jeruk keprok, bawang bombay, adas manis dan rempah-rempah, dan akhirnya ditambahkan cacing laut sepanjang 5-10 cm.

Mirip Telur Dadar Restoran Padang, tapi Cha Ruoi dari Vietnam Berisi Cacing, Berani Coba?

Hasilnya adalah telur dadar yang tampak biasa, tapi begitu digigit terasa berdaging dan sedikit amis.

Ada juga yang menyajikan cacing Palolo digoreng dan dimakan dengan roti panggang. Ada yang dipanggang menjadi roti, bahkan dimakan hidup-hidup. Ya, hidup-hidup.

Sebelum ditambahkan ke telur dadar Cha Ruoi, cacing pasir harus direbus untuk menghilangkan tentakel dan bau amisnya. Juga dengan kulit jeruk keprok yang segar.

Cacing pasir “palolo”
Cacing pasir “palolo” yang dipakai untuk Cha Ruoi mudah sekali ditemukan di sepanjang pantai di banyak negara yang berbatasan dengan Samudra Pasifik, termasuk Cina, Jepang, Indonesia, atau Samoa.

Mengapa cacing pasir “palolo” dikonsumsi hanya satu atau dua bulan dalam setahun? Nah, itu ada hubungannya dengan kebiasaan kawin hewan laut tersebut.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1485 seconds (0.1#10.140)